Dientry oleh Risda Hutagalung - 08 January, 2020 - 690 klik
Puslitbang Hutan-BLI dan Pemkab Wajo Inisiasi Pengembangan Sutera Alam di Tahun 2020

P3H (Bogor, Januari 2020) _Mewujudkan upaya hilirisasi inovasi persuteraan alam, dalam waktu dekat Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (Puslitbang Hutan)-BLI KLHK bersama Pemerintah Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan akan bekerja sama mengembangkan hibrid ulat sutera unggul. Inisiasi ini mengemuka saat Bupati Wajo dan jajarannya berkunjung ke kantor Puslitbanghutan BLI KLHK di Bogor (7/1/2020).

Bupati Wajo, H. Amran menyampaikan, saat ini kebijakan Gubernur Sulawesi Selatan adalah mengembalikan kejayaan persuteraan alam, sehingga berbagai kegiatan dilakukan untuk mendorong program persuteraan alam.

"Wajo merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang sangat berpotensi di bidang persuteraan alam, karena meliputi kegiatan mulai dari hulu hingga hilir. Meskipun sempat stagnan karena kendala dalam pengembangan bahan baku, terutama terkait pemeliharaan ulat dan kualitas tanaman murbei untuk menghasilkan kokon yang berkualitas," ujar Amran.

Dengan adanya dukungan dari Gubernur Sulawesi Selatan, Bupati Wajo berharap persuteraan alam dapat bangkit kembali menjadi unggulan dari Kabupaten Wajo. Ia juga berharap Puslitbanghutan BLI KLHK dapat memberikan bimbingan dan turut mengawal program pengembangan sutera alam di Kabupaten Wajo mulai tahun ini.

"Kami ingin kembangkan lebih besar terkait persuteraan alam, dan kami mencoba menyiapkan semua program-program yang terkait, termasuk mencetak 10 ribu entrepreneur (wirausahawan), dan penyediaan beasiswa bagi anak-anak yang berminat di bidang persuteraan alam, serta melakukan kolaborasi dengan pemerintah provinsi, pemerintah pusat, termasuk dengan Puslitbanghutan,” ujar Amran.

“Kami punya mimpi di tahun 2020 ini, kami dapat merintis indukan sendiri yang berkualitas sehingga tidak tergantung dengan bahan impor. Saya kira potensi itu ada," ujar Amran optimis.

Tentunya mimpi sang Bupati tersebut bukan tanpa alasan, karena disampaikannya, saat ini kebutuhan sutera di Kabupaten Wajo sangat tinggi, yaitu sekitar 2 juta meter per tahun sedangkan ketersediaan yang ada hanya mampu memenuhi 10%, dan itu pun telah didukung bahan imitasi dan bahan-bahan lainnya.

"Sebelumnya kami pernah diundang dalam workshop Persuteraan Alam oleh Puslitbanghutan, dan hal tersebut membuat kami tambah semangat untuk mewujudkan mimpi besar ini. Kami sangat berharap bimbingan atau informasi apa yang akan kita lakukan di tahun 2020 ini didukung provinsi, antara lain dalam pembangunan sarpras dari hulu ke hilir, ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman murbei secara masif, dan didukung pendampingan, bimbingan dan jaminan harga kepada petani,"  pungkas Amran.

Mendukung penuh inisiasi ini,  Kepala Puslitbanghutan, Kirsfianti L. Ginoga menyatakan bahwa inisiasi ini menjadi aksi nyata bagaimana inovasi para peneliti, dapat diaplikasikan dan memberikan dampak yang optimal bagi masyarakat dan stakeholder.

“Khususnya dalam pengembangan persuteraan alam di Kabupaten Wajo, terdapat unsur budaya didalamnya, sehingga bisa menjadi salah satu faktor pendorong keberhasilan persuteraan alam di Kabupaten Wajo," sambut Kirsfianti.

Pada kesempatan yang sama, Lincah Indadari, peneliti sutera alam Puslitbanghutan, menyampaikan beberapa rencana kegiatan dalam konsep kerja sama ini, antara lain Pengembangan induk galur murni pada breeder; Alih teknologi pelestarian induk; Menghasilkan hibrid ulat sutera unggul; Pendampingan oleh Puslitbanghutan; Membangun kemitraan antara petani sutera dengan calon breeder; Monitoring dan evaluasi; serta menyiapkan mekanisme pemasaran kokon.

"Melalui alih teknologi ini, diharapkan dapat tersedia bibit hibrid yang mencukupi secara kuantitas, kualitas dan berkesinambungan untuk mendukung usaha persuteraan kelompok masyarakat," Lincah menambahkan.

Selain Pemerintah Kabupaten Wajo, kerja sama ini akan didukung oleh Silk Solution Centre (SSC) Kabupaten Wajo. Selain itu, akan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL), mengingat pengembangan sutera alam ini dilakukan sebagai bentuk dukungan BLI terhadap implementasi program perhutanan sosial tahun 2020.

Turut hadir dalam kunjungan ini, Kepala BAPPEDA Kabupaten Wajo, Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian Kabupaten Wajo, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Wajo. Selain itu juga hadir perwakilan asosiasi persuteraan alam Kabupaten Wajo yaitu Silk Solution Centre (SSC), perwakilan Ditjen PSKL, dan peneliti sutera alam. Didampingi jajaran Puslitbang Hutan, para tamu berkesempatan mengunjungi laboratorium Puslitbanghutan dan Teras Inovasi BLI KLHK.***

Penulis : Tim website