Dientry oleh Risda Hutagalung - 22 January, 2020 - 698 klik
Pelajari Pengelolaan Gambut, Mahasiswa IPB Didampingi Dosen Sambangi BP2LHK Palembang

BP2LHK Palembang (OKI, Januari 2020) _“Mau dicari kemana pun juga, di Bogor tidak ada gambut. Jadi mahasiswa kami cuma bisa membayangkan dan menerka-nerka seperti apa itu wujud tanah gambut yang sebenarnya. Di sini mereka bisa melihat dengan mata kepala dan merasakan sendiri, sehingga tahu manfaat gambut itu buat apa. Ini pengalaman yang luar biasa,” ujar Darmawan, Dosen Fakultas Pertanian sekaligus ketua rombongan field trip mahasiswa Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor di Kebun Konservasi Plasma Nutfah, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan yang dikelola Balai Litbang LHK Palembang.

Darmawan menyatakan bahwa plot pengelolaan gambut ini sangat bermanfaat bagi civitas akademika yang belajar tentang pengelolaan gambut. Selain karena wujud fisiknya, mahasiswa juga bisa mengetahui updating tantangan dan hambatan yang ada di lapangan, sehingga kedepannya bisa menerapkan konsep sustainability dalam pengelolaan gambut.

Senada dengan itu, Budi Mulyanto, dosen lainnya mengatakan dunia pendidikan sangat beruntung dengan adanya plot seperti ini. “Kita sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Balai Litbang Palembang dalam menunjukkan spesies-spesies yang penting dan adaptif yang bisa hidup dan dikembangkan di kawasan gambut. Saya yakin upaya ini patut untuk dihargai baik di level nasional maupun internasional,” katanya.

Budi Mulyanto juga sangat berharap contoh-contoh plot seperti ini juga dapat dibangun di beberapa daerah lainnya yang memiliki gambut, bukan hanya di Sumatera tetapi juga di Kalimantan dan Papua. Karena karakteristik gambut di Indonesia sangat beragam, sehingga dapat dipelajari secara holistik  dan memperkaya wawasan keilmuan gambut, dan pastinya akan sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

Kepala Balai Litbang LHK Palembang, Tabroni menyatakan rombongan field trip ini merupakan rombongan mahasiswa yang kesekian kalinya menyambangi Balitbang LHK Palembang untuk belajar pengelolaan kawasan gambut. Tabroni berharap apa yang dihasilkan di plot ini dapat bermanfaat bagi kepentingan umum, khususnya bagi dunia pendidikan di Indonesia.

“Tamu kita bukan hanya dalam negeri tapi juga banyak yang dari luar negeri. Setelah hampir 10 tahun plot ini dibangun, kami bisa memberikan bukti bahwa kawasan gambut bisa dikelola dengan baik asalkan mengerti apa yang dibutuhkan,” ujarnya.

Peneliti Balai Litbang LHK Palembang, Bastoni, yang mendampingi kunjungan ini mengatakan kunci dari pengelolaan gambut adalah bagaimana memilih jenis tanaman yang sesuai dan adaptif karena kharakter hidrologis gambut berbeda dengan tanah pada umumnya, selain pengetahuan mengenai tipologi lahan gambut.

“Saat ini kita (Balai Litbang LHK Palembang) sudah mengkoleksi lebih dari 30 jenis tanaman adaptif seperti, ramin, jelutung, belangeran dan lain sebagainya. Kita optimis bisa menumbuhkan kembali vegetasi asli gambut kedepannya nanti,” terang Bastoni.

Selain itu Bastoni juga menyoroti budidaya sonor yang dipraktikkan masyarakat sekarang. ”Ini menjadi PR bagi kita semua bagaimana kedepan harus dicari solusi modifikasinya, solusi alternatifnya. Karena kalaupun bukan dia yang membakar, dia berharap lahan itu terbakar agar bisa menyonor. Ini menjadi tantangan bagi khususnya bagi Fakultas Pertanian IPB, Fakultas Pertanian Unsri, maupun kami di Litbang Kehutanan,” jelasnya.

Bastoni juga menerangkan bahwa saat ini Balai Litbang LHK Palembang sudah mencoba membuat terobosan dengan mengembangkan konsep agrosilvofishery di lahan gambut, yaitu dengan mengkombinasikan penerapan pertanian, kehutanan dan perikanan di lahan gambut, selain mencari alternatif pengganti sonor, yang akan dikerjakan mulai tahun 2020 ini.

Sebagai informasi, field trip ini dilakukan selama dua hari, 14-15 Januari 2020. Di hari pertama, rombongan yang  berjumlah 100 orang, terdiri dari 79 orang mahasiswa, 14 orang dosen dan 7 orang tenaga pendamping ini langsung menuju ke Kebun Konservasi Plasma Nutfah, Kabupaten OKI. Di sana dilakukan praktik pengenalan lahan gambut dari penjelasan dan melihat langsung pengelolaan kawasan gambut yang dilakukan Balai Litbang LHK Palembang.***(FA)

Penulis : Fitri Agustina