Dientry oleh budi - 18 July, 2011 - 2417 klik
Pameran Teknologi Kehutanan dalam PENAS XIII di Tenggarong, Kaltim

Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi berpartisipasi dalam Pekan Nasional XIII Petani –Nelayan tahun 2011 yang diselenggarakan tanggal 18-23 Juni 2011 di Komplek Stadion Olah Raga Aji Umbut, Tenggarong, Kab. Kutai Kartanegara, Kaltim.

Pekan Nasional Tani dan Nelayan XIII tahun 2011 merupakan yang terbesar sepanjang masa karena dihadiri sekitar 30 ribu nelayan dan petani seluruh Indonesia dengan menempati areal pameran seluas 27 ha di stadion Tenggarong, Kalimantan Timur. Dengan tema “Melalui pemberdayaan petani-nelayan dan penguasaan teknologi tepat guna kita kembangkan daya saing perekonomian nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani-nelayan”, Penas ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi petani, terutama dalam rangka pengembangan teknologi pertanian yang sudah teruji untuk diterapkan para petani di daerah masing-masing.

Penas tani dan nelayan ini merupakan ajang pertemuan untuk saling tukar informasi di antara para petani dan nelayan seluruh Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan dan menumbuhkembangkan kegairahan petani-nelayan, masyarakat pelaku agribisnis dalam pembangunan pertanian, kehutanan dan kelautan, serta menambah wawasan minat generasi muda dalam bidang tersebut. Peserta yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pameran terdiri atas : petani-nelayan, perwakilan pemerintah (Pemkab dan Pemkot), Kementerian Pertanian, Kehutanan, Kelautan, pelaku agribisnis, pengusaha, pakar dan penyuluh pertanian serta perikanan se tanah air dan sejumlah utusan negara.

Pameran dibuka oleh Wakil Presiden RI Budiono pada pukul 10.00 WIT di stadion utama Aji Imbut. Dalam pesannya wakil presiden mengatakan bahwa sejumlah negara menghadapi masalah ketahanan pangan yang harus cepat terpenuhi, untuk itu pangan Indonesia harus aman.

Bapak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang memberikan sambutan melalui teleconference pada tanggal 22 Juni 2011 mengharapkan, sebaiknya petani dan nelayan yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) tidak terlibat politik praktis karena ini sangat merugikan. Dalam kesempatan itu pula presiden mengajak untuk melawan penggundulan hutan yang menyebabkan gangguan iklim di Indonesia, dan meminta agar informasi prakiraan cuaca untuk didistribusikan sampai pada tingkat daerah.

Kementerian Kehutanan turut berpartisipasi dalam pameran dengan mengisi booth seluas 6 x 9 m. Pameran diisi oleh Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan, Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial, KPWN, Koperasi petani sutera, dari Sulawesi Selatan dan Pusat Informasi Kehutanan selaku penanggung jawab pembangunan stand

Materi yang dipamerkan oleh Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi adalah Gaharu meliputi: Inokulan, contoh chip gaharu alam dan buatan, contoh-contoh produk turunan (sabun padat dan cair, minyak wangi, lulur, hand body lotion, whitening alat pembuat lubang inokulasi, dan makmul aroma terapi), serta batang gaharu hasil inokulasi. Selain itu disajikan pula 2 buah poster ukuran 70 x 150 cm dan pulbikasi tentang budidaya gaharu dan hama penyakit pohon penghasil gaharu sebagai bahan informasi pendukung.

Pengunjung stand Kementerian Kehutanan c.q. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, pada umumnya sangat antusias terhadap gaharu dan ingin mendapatkan informasi lebih dalam tentang : teknik budidaya, penggunaan dan manfaat tanaman penghasil gaharu, teknik inokulasi dan cara mendapatkan inokulan, pemasaran dan harga jual produk dari gaharu.

Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten di Papua Barat secara khusus meminta kepada Puskonser agar dapat memberikan pelatihan kepada para penyuluh dan petani gaharu di Kabupaten Papua Barat. Selain itu beberapa kelompok masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani di Lampung, Kalimantan Selatan (Nunukan), Kalimantan Tengah, dan Gorontalo juga ingin mendapatkan hal serupa. Salah satu pengunjung yang berasal dari UPT Kementerian Pertanian di Kalimantan Timur mengharapkan agar teknologi budidaya dan rekayasa gaharu ini dapat ditransfer kepada para penyuluh di daerah-daerah agar masyarakat dapat mengakses dengan mudah tentang teknologi ini.