Dientry oleh BP2LHK Makassar - 24 July, 2020 - 1200 klik
OBSESI: Mengenal Eboni, Si Hitam Mewah Asal Sulawesi yang Populasinya Terus Berkurang

" Si Hitam manis dari hutan-hutan Sulawesi menghasilkan corak kayu yang sangat artistik dengan perpaduan warna hitam bergaris kemerah-merahan, kekuningan dan arah serat yang lurus dan rapi ini menjadi incaran masyarakat internasional karena bernilai jual tinggi "

[FORDA] _Webinar “Podcast” OBSESI (Obrolan Seputar Sains dan Inovasi) telah memasuki Seri#2. Berlangsung Rabu (22/7/2020), OBSESI kali ini mengenalkan kepada publik tentang kayu endemik Sulawesi bernama ilmiah Diospyros Celebica, penghasil kayu mewah (fancy wood) dengan tekstur dan kesan raba yang halus, yaitu eboni.

Dua orang peneliti Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar menjadi narasumber pada webinar tersebut, yaitu Ir. Merryana Kiding Allo, M.P., peneliti bidang konservasi dan sumber daya hutan dan Dr. Muhammad Asdar, S.Hut., M.Si peneliti bidang ilmu kayu dan teknologi hasil hutan. Seorang peneliti bidang silvikultur C. Andriyani Prasetyawati, S.Hut., M.Sc berperan sebagai pemandu diskusi webinar bertema “Eboni Sulawesi: Konservasi dan Teknologi Kayu” ini.

Kepada 300an peserta webinar melalui virtual meeting, belum termasuk yang menonton dari YouTube, Muhammad Asdar mengatakan, eboni atau dikenal masyarakat umum dengan sebutan kayu hitam ini memiliki nilai ekonomi yg sangat tinggi di antara jenis-jenis kayu tropis dan merupakan satu kekayaan flora hutan Sulawesi sebagai bagian dari wilayah Wallace.

“Menghasilkan corak kayu yang sangat artistik, baik corak maupun warna yang indah strip kayu merupakan perpaduan warna hitam bergaris kemerah-merahan, kekuningan dan arah serat yang lurus dan rapi,” jelas Asdar.

Hasil penelitian Asdar, corak kayu teras yang terbaik ditemukan pada lokasi Kasimbar, Sulawesi Tengah yang bertipe iklim kering D2. “Lokasi dengan iklim yang basah mempunyai corak kayu teras di bawah kualitas kayu pada zona iklim kering, seperti yang ditemukan di Taman Nasional Bantingmurung Bulusaraung, Cagar Alam Kalaena dan hutan lindung Parangloe, Sulawesi Selatan,” lanjut Asdar.

Dari sisi konservasinya, Merryana Kiding Allo menyampaikan beberapa hal, salah satunya adalah saat ini populasi eboni semakin berkurang. Menurutnya hal ini terjadi karena eboni terus dieksploitasi tanpa mengindahkan aturan dan sanksi yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Dari semua yang dibahas pada OBSESI kali ini, satu hal yang mengemuka adalah pentingnya integrasi penelitian eboni. Konservasi eboni ini tidak dapat diteliti sendiri. Perlu ada penelitian yang terintegrasi dari aspek konservasi, ilmu kayu, pemuliaan, silvikultur untuk kualitas kayu, kecepatan pertumbuhan dan mempersingkat masa panen, sehingga kualitas yang dihasilkan sama dengan kualitas kayu pohon eboni yang berumur hingga 100 tahun.

Selengkapnya, OBSESI Seri #2 ini dapat disimak di kanal YouTube pada link https://youtu.be/zU9pAHhF91U. Minggu depan, Senin (27/7/2020) OBSESI Seri#3 akan tampil kembali membahas tema yang tidak kalah menarik yaitu tentang Persuteraan Alam. Murbei hasil persilangan, rumah ulat percontohan, alat pengering kokon tenaga surya dan kajian sosial ekonomi persuteraan alam, akan dibahas pada kesempatan ini.

Jangan sampai ketinggalan, segera mendaftar pada link bit.ly/Obsesi3. Siapkan pertanyaan terbaik karena yang beruntung akan mendapatkan merchandise menarik dari para narasumber.***

Salam Inovasi

www.balithutmakassar.org

Penulis : M. Taufiq Hidayat
Editor : Risda Hutagalung