Dientry oleh B2P2BPTH Yogyakarta - 01 September, 2020 - 910 klik
Hilirisasi Benih Unggul Kayuputih Berbasis Kelompok Tani

" Dengan hilirisasi benih unggul skala kecil, masyarakat sekitar hutan dapat memperoleh manfaat ekonomi secara langsung. Mereka mengelola kebun, menyuling daunnya dan menjual sendiri minyak hasil sulingan di pasar lokal. KPHL yang ada di sana juga menampung minyak kayuputih dari petani dan memasarkannya secara lebih luas "

[FORDA] _Lima tahun terakhir, Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH/Biotifor) tengah menggiatkan hilirisasi benih unggul kayuputih berbasis kelompok tani. Pilot Project Kebun Kayuputih Unggul seluas 5 ha di Kampung Rimbajaya, Distrik Biak Timur merupakan project/test case pertama yang dilakukan tim peneliti kayuputih Biotifor, untuk membuktikan bahwa usaha kebun kayuputih skala kecil bisa menguntungkan.

“Dengan hilirisasi benih unggul skala kecil, masyarakat sekitar hutan di Kampung Rimbajaya dapat memperoleh manfaat ekonomi secara langsung. Mereka mengelola kebun, menyuling daunnya dan menjual sendiri minyak hasil sulingan di pasar lokal. KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) Biak Numfor juga menampung minyak kayuputih dari petani dan memasarkannya secara lebih luas,” jelas Dr. Anto Rimbawanto, Ketua Tim Penelitian Kayuputih Biotifor saat menjadi narasumber Diskusi Nasional “Membumikan Iptek & Inovasi Bidang LHK dalam Menghadapi Dinamika dan Tantangan Global”, Kamis (27/8/2020).

Dr. Anto menjelaskan bahwa pembuatan bibit dimulai sejak September 2015 dengan target 25 ribu bibit. Karena terkendala faktor SDM dan infrastruktur, namun baru terealisasi 12 ribu bibit. Penanaman dimulai Maret 2016. Total bibit yang sudah ditanam 12 ribu batang, dengan jarak tanam 4x1 meter. Pada 2020 ini kerapatan pohon sudah mencapai 4000 pohon/ha, atau kurang lebih 20 ribu pohon.

Dalam program hilirisasi benih unggul kayuputih ini, Biotifor bersinergi dengan beberapa pihak, seperti KPHL Biak Numfor dan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Wilayah Maluku Papua di Ambon dan masyarakat dalam hal ini Kelompok Tani Hutan (KTH) Kofarwis.

Balai PSKL Wilayah Maluku Papua memberikan hibah berupa alat suling minyak berkapasitas 100 kg yang diterima oleh masyarakat pada bulan Oktober 2017. Penyulingan perdana saat umur tanaman berusia 18 bulan. Kebun dan alat suling dikelola oleh KTH Kofarwis. Hasil minyak telah dipasarkan oleh KTH Kofarwis di pasar lokal dan dan dibeli oleh KPHL Biak Numfor.

Menurut Dr. Anto, dua tokoh di KTH Kofarwis yaitu Alm. Moses Ronggeare dan Issac Warnares  adalahyang paling berperan dalam menyukseskan program Pilot Project Kebun Kayuputih Unggul di daerah itu. “Tanpa pengetahuan sama sekali mengenai tanaman kayuputih, dan hanya karena keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, mereka menerima tanaman kayuputih ini untuk ditanam di lahan mereka,” ungkap Dr. Anto.

“Selama beberapa bulan kedua tokoh itu menjaganya sampai tanaman itu tumbuh tinggi dan mereka yakin tidak diganggu hama babi atau ditebang oleh penduduk setempat yang tidak senang. Akhirnya setelah 18 bulan mereka bisa melihat hasilnya,” tambahnya.

Model hilirisasi skala kecil lainnya adalah di Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Hilirisasi dilakukan terhadap Kelompok Tani Inovasi Tani Makmur (ITAM) 95 yang mengelola kebun kayuputih di lahan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) seluas 5 ha. Kebun kayuputih ini menghasilkan rata-rata 450 kg/musim.

Kegiatan ini adalah bagian dari skema kemitraan Plasma-Inti. Plasmanya adalah kebun-kebun kayuputih ini dan intinya adalah industri kayuputih besar dalam hal ini PT. Eagle Indo Pharma (Cap Lang) yang menampung minyak payuputih dari plasma-plasma ini. Alat atau fasilitas penyulingan merupakan hibah dari Kemenristek/BRIN.

Lebih lanjut, guna meningkatkan produksi menuju swasembada minyak kayuputih, Kemenristek/BRIN meluncurkan program Desa Inovasi Pengembangan Kayuputih Unggul. Program ini tersebar di berbagai desa di 8 Provinsi yaitu Riau, Bangka-Belitung, Lampung, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, NTB dan Papua, yang jumlahnya mencapai 21 lokasi. Dalam program ini Tim Penelitian Kayuputih Biotifor menjadi motor penggerak dengan menyediakan benih unggul, melakukan supervisi dan pembinaan.

Hasil litbang yang dipaparkan Dr. Anto tadi sekaligus menjawab apa yang disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya dalam arahannya ketika membuka diskusi nasional tersebut.

Menteri LHK menyampaikan bahwa Pemerintahan Presiden Jokowi dan Kyai Haji Ma’ruf Amin memang menekankan pada aspek sumberdaya manusia unggul Indonesia Maju. Ini mengandung arti bahwa pemerintah dan masyarakat berusaha bersama meraih cita-cita pembangunan, dengan merangkul semua pihak.

“Rakyat menguasai Iptek kelas dunia dan pemerintah mampu menjaga dan mengamankan bangsa dan negara dalam persaingan dunia yang semakin kompetitif,” tegas Siti Nurbaya. 

Hal ini juga selaras dengan apa yang disampaikan Kepala BLI, Dr. Agus Justianto, bahwa salah satu tantangan strategis Iptek adalah bersinergi, terintegrasi berbasis tapak yang meningkat.

Sebelumnya, di kesempatan lain, Dr. Anto menjelaskan bahwa kebutuhan minyak kayuputih saat ini ada di kisaran 3.500 - 4.000 ton/tahun, sedangkan Indonesia baru dapat mencukupi kebutuhan minyak kayuputih sebanyak 900 ton/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan, Indonesia mengimpor minyak substitusi yaitu minyak ekaliptus dari China.

Menurutnya, sebagai negeri tempat tumbuh asli pohon kayuputih dan pengguna minyak kayuputih terbesar, sepatutnya Indonesia dapat memenuhi kebutuhan minyak dari produksi sendiri. Untuk itu, pengembangan kebun-kebun kayuputih baru dengan benih unggul harus terus dilakukan.

Sebagai informasi, Tim Peneliti Biotifor memulai kegiatan penelitian kayuputih ini sejak tahun 1995. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktifitas kayuputih yaitu kadar 1,8 cineole dan rendemen minyak kayuputih. Pemuliaan dengan cara seleksi populasi dan individu dengan uji keturunan akan diperoleh individu dengan sifat unggul. Rendemen minyak penting karena ini menentukan menguntungkan atau tidaknya usaha kayuputih.

Sumber benih unggul yang telah dihasilkan yaitu Benih Unggul F1 (rendemen 1,2%), Benih Unggul Fullsib (rendemen 1,5%), Benih Unggul F2 (rendemen 2,2%) dan klon unggul sebanyak 20 klon. Klon unggul masih dalam proses pengujian untuk memastikan karakter bahwa tanaman ini menghasilkan jumlah rendemen yang stabil. Potensi yang dimilikinya berkisar 2,0-3,0%.

Bagaimana pengalaman Kelompok Tani Hutan Kofarwis yang telah membudidayakan dan memperoleh manfaat tanaman kayuputih ini? Kisahnya dapat disimak pada video dengan link berikut: http://bit.ly/2menyulingharapan1 Selengkapnya, acara ini dapat diikuti pada link: http://bit.ly/3disnasbumikaniptek.***(mna)

 

Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :
Jl. Palagan Tentara Pelajar KM15 Purwobinangun Pakem Sleman DI Yogyakarta (Indonesia)
Email                    : breeding@biotifor.or.id

Website                : www.biotifor.or.id

Instagram             : www.instagram.com/biotifor_jogja

Facebook              : www.facebook.com/Balai-Besar-Litbang-BPTH-187407891327294

Youtube                : http://youtube.com/c/BiotiforJogja

E-Journal              : http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPTH/index

Penulis : M. Nurdin Asfandi
Editor : Risda Hutagalung