Dientry oleh B2P2BPTH Yogyakarta - 22 September, 2020 - 1067 klik
Informasi Karakter dan Keragaman Genetik Perlu jadi Pertimbangan Strategi Konservasi Banteng

" Upaya konservasi banteng merupakan hasil kegiatan integratif dari berbagai stakeholder dengan melibatkan data dan informasi yang komprehensif, termasuk informasi tentang karakter dan keragaman genetiknya "

[FORDA] _Informasi karakter dan keragaman genetik perlu jadi pertimbangan dalam strategi konservasi banteng ke depan. Hal ini disampaikan Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Agus Justianto, saat membuka Webinar Biotifor 2020 Seri 3 bertajuk “Konservasi Satwa Liar Banteng di Indonesia”,  Kamis (17/9/2020).

“Upaya konservasi banteng merupakan hasil kegiatan integratif dari berbagai stakeholder dengan melibatkan data dan informasi yang komprehensif, termasuk informasi tentang karakter dan keragaman genetiknya,” ujar Agus kepada sedikitnya 300 peserta  webinar dari berbagai kalangan, diantaranya instansi pemerintah terkait, baik pusat maupun daerah, peneliti, lembaga konservasi, akademisi/dunia pendidikan, mitra kerja sama, serta masyarakat umum.

Rekomendasi ilmiah tentang ini menurut Agus penting untuk mendukung berbagai upaya konservasi banteng yang telah dilakukan banyak pihak selama ini merujuk pada Peraturan Menteri Kehutanan No P.58/Menhut-II/2011 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Banteng (Bos javanicus) Tahun 2010-2020, seperti membangun penangkaran semi in situ untuk meningkatkan jumlah populasi banteng.

Pernyataan ini didukung oleh akademisi, peneliti dan praktisi konservasi yang hadir sebagai narasumber pada webinar tersebut. Menurut Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM, ada dua parameter konservasi banteng dikatakan berhasil atau tidak, salah satunya adalah representasi keragaman genetik.

“Populasi yang ada itu harus merepresentasikan keragaman genetik dari spesies dan ada replikasinya di semua setting ekologis dan di semua ring,” ujar Satyawan.

“Sebagai contoh banteng jawa ada yang setting ekologisnya agak basah seperti di Jawa Barat, ada pula setting ekologi yang agak kering seperti di Jawa Timur (Baluran) dan yang agak basah di Taman Nasional Meru Betiri dan lain sebagainya,” tambahnya.

Menurut peneliti B2P2BPTH/Biotifor, Maryatul Qiptiyah, S.Si., M.Sc, untuk mendefinisikan konservasi genetik, perlu perangkat analisis biologi, dalam hal ini menggunakan DNA yang dianalisis secara molekuler. Hal-hal yang diperoleh dari analisis molekuler ini dapat mengidentifikasi spesies maupun mengukur jarak genetik antar sub spesies.

“Dengan metode tertentu juga bisa mengenali individu “a” dengan “b” itu berbeda atau sama. Kita juga dapat menentukan bagaimana tetua mereka, jenis kelamin, untuk identifikasi karakter populasi secara genetik maupun komposisi populasinya,” papar peneliti bidang genetika ini.

Berbagi cerita sukses di Suaka Satwa Banteng (SSB), Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Taman Nasional Baluran menyatakan pentingnya meningkatkan kualitas genetik banteng di alam.

“Dibangunnya SSB bertujuan untuk mengembangbiakkan banteng secara semi alami, meningkatkan populasi banteng di habitat alami, serta meningkatkan kualitas genetik banteng di alam,” ungkap Wahyudi.

Untuk itu, TN Baluran menjalin kerja sama dengan B2P2BPTH/Biotifor untuk pemeriksaan DNA banteng, dengan Copenhagen Zoo untuk pemeriksaan kesehatan, dan dengan Balai Veteriner Wates untuk uji lab penyakit menular.

Wahyudi mengatakan, baru-baru ini, Sabtu (5/9/2020) TN Baluran melakukan  pelepasliaran dua ekor banteng jantan. “Sebelum dilepas ke alam, banteng-banteng itu terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan  DNA oleh B2P2BPTH,” ujar Wahyudi.

Berdasarkan data kamera trap, dinamika populasi banteng TN Baluran cukup menggembirakan. Berturut-turut mulai tahun 2015 berjumlah 46 ekor, 2016 45 ekor, 2017 naik menjadi 77 ekor, 2018 meningkat lagi menjadi 112 ekor, dan pada 2019 bertambah menjadi 132 ekor.

Berbeda dengan BTN Baluran, TN Kayan Mentarang melakukan upaya konservasi banteng kalimantan (Bos javanicus lowii) di kawasannya dengan melibatkan masyarakat.

“Pengelolaan banteng di Taman Nasional Kayan Mentarang selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaksana di lapangan,” ujar Kepala Seksi PTN Wilayah II Long Alango, Tamsil, S.Hut., M.Si, di sesi terakhir webinar ini.

Hal ini merujuk pada Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 890/Menhut-IV/2013, tanggal 12 Desember 2013, tentang Dewan Pembina dan Pengendali Pengelolaan Kolaboratif Taman Nasional Kayan Mentarang (DP3K).

Untuk melindungi populasi banteng, salah satu metode yang dilakukan TN Kayan Mentarang adalah pencegahan perburuan liar. Hal ini dilakukan bekerja sama dengan masyarakat setempat melalui penyuluhan, edukasi dan pendekatan dengan aturan adat setempat.

Program lainnya adalah edukasi terhadap generasi muda terkait dengan perubahan perilaku yaitu dengan perekrutan masyarakat menjadi Tenaga Pengaman Hutan Lainnya (TPHL).

“Selain itu, TN Kayan Mentarang juga memfasilitasi untuk melanjutkan sekolah di SMK Kehutanan Samarinda, serta menyelenggarakan Sekolah Alam Ujung Negeri (SAUNG) mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA,” terang Tamsil.

Tamsil menerangkan, populasi banteng di TN Kayan Mentarang berjumlah 13 ekor pada awal tahun 2014, mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi 18 ekor, yaitu 12 betina 5 jantan dan 1 anakan banteng. 

Sebagaimana diketahui, banteng (Bos javanicus D’Alton 1828) merupakan salah satu mamalia besar yang termasuk dalam kategori terancam punah (endangered) berdasarkan IUCN RedList  dan dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/Kum.1/12/2018.   

Ancaman terhadap kelestarian banteng saat ini disebabkan berbagai hal, diantaranya penurunan kualitas dan kuantitas habitat, perburuan, serta penurunan keragaman genetik karena jumlah populasinya yang kecil.

Selengkapnya, acara tersebut dapat diakses kembali melalui channel live streaming youtube Biotifor Jogja.***

Link Materi: http://biotifor.or.id/content-1098-webinar-biotifor-2020-seri-3.html

---------------- 

Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :
Jl. Palagan Tentara Pelajar KM15 Purwobinangun, Kec. Pakem, Kab. Sleman, Yogyakarta (Indonesia)

Telp. (0274) 895954; 896080 Fax. (0274) 896080

Email               : breeding@biotifor.or.id

Website           : www.biotifor.or.id

Instagram        : www.instagram.com/biotifor_jogja

Facebook        : www.facebook.com/Balai-Besar-Litbang-BPTH-187407891327294

Youtube           : http://youtube.com/c/BiotiforJogja

E-Journal        : http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPTH/index

Penulis : Muhamad Nurdin Asfandi
Editor : Risda Hutagalung