- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
BP2LHK Banjarbaru -
04 December, 2020 -
397 klik
Peringati Hari Pohon, Peneliti BP2LHK Banjarbaru Berbagi Ilmu kepada Siswa SMP Islam Al Azhar Banjarbaru
" Meskipun dilaksanakan secara virtual, para peserta tetap antusias mengikuti acara tersebut. Pihak Balai Litbang LHK Banjarbaru berharap, semoga pandemi segera berakhir agar para siswa bisa berkunjung ke Edupark Balai Litbang LHK Banjarbaru sehingga bisa belajar tentang pohon, hutan, satwa dan lainnya secara langsung di lapangan "
[FORDA] _Memperingati Hari Pohon 2020, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMP Islam Al Azhar 47 Banjarbaru menggelar diskusi virtual bertema “ Tanam Sejuta Pohon untuk Masa Depan“, akhir November 2020 lalu. Pada acara tersebut dua orang Peneliti Balai Litbang LHK Banjarbaru menjadi pemateri terkait pembuatan pupuk kompos sampah rumah tangga dan budidaya tanaman hias.
Tentang materi Pembuatan Kompos Sampah Rumah Tangga, Reny Setyo Wahyuningtyas, S.Hut, MSc mengawalinya dengan menjelaskan besarnya sampah rumah tangga. Contohnya di DKI Jakarta, sampah rumah tangga mencapai 6.000 ton dan 65% nya adalah sampah organik. Itulah alasan pentingnya mengetahui bagaimana cara mengolah sampah rumah tangga, sehingga dapat mengurangi sampah organik yang dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA).
“Bagaimana cara membuat kompos?. Pertama, lapisi dasar wadah dengan sampah organik coklat seperti tanah kebun, kompos jadi atau sampah organik kering. Kedua, tambahkan sampah organik hijau seperti sisa sayur, kulit buah, ampas teh, potongan daun dan sampah rumah tangga yang organik lainnya,” jelas Reny.
“Ketiga, tambahkan banyak sampah organik coklat yang berguna sebagai serat seperti daun kering, tanaman atau rumput mati, serbuk gergaji, bunga layu atau sekam. Keempat, susun bahan hijau dan coklat dalam beberapa lapisan. Kelima, tutup wadah kompos dan ingat sampah sisa makanan di bawah sampah kebun biasa. Keenam, terus pantau agar kompos tetap lembab,” lanjut Reny.
Setelah para siswa paham cara membuatnya, Reny menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi proses pengomposan yaitu porositas, kelembaban, suhu, aerasi, ukuran partikel dan Rasio C/N.
Tertarik dengan hal ini, Agung Hari Susanto, salah satu siswa meresponnya dengan bertanya. “Untuk menjaga kandungan bahan kompos yang ideal yaitu r C/N rasio sekitar 40-60 adalah meningkatkan kandungan bahan yang mengandung banyak N. Bahan apa saja yang banyak mengandung C selain serbuk gergaji dan ranting pohon, serta bahan apa saja yang mengandung bahan N?,” tanya Agung.
“Bahan yang mengandung C antara lain humus (serasah), tandan kosong kelapa sawit, tongkol jagung. Sedangkan bahan yang mengandung banyak N adalah kotoran satwa, lauk sisa, sayuran hijau,” jawab Reny.
Di sesi selanjutnya, di hadapan sekitar 75 peserta yang terdiri dari siswa kelas 7, 8 dan 9 SMP dan juga staf pengajar tersebut, Rusmana, S,Hut yang dikenal sebagai ahli persemaian menjelaskan tentang budidaya tanaman hias.
“Nah sekarang kan tanaman hias lagi digandrungi semua kalangan. Tanaman hias tersebut jadi bernilai jual tinggi. Sebelum nya penting bagi kita mengetahui hal-hal terkait Budidaya Tanaman Hias,” ungkap Rusmana mengawali materinya.
Rusmana menjelaskan, tanaman hias banyak jenisnya, ada tanaman hias daun, bunga, buah dan batang. Selain sebagai hiasan, tanaman ini juga mempunyai fungsi ekologis, yaitu dapat menyerap zat-zat polutas seperti enceng gondok (Eihornia crassipes) yang mampu menyerap polutan di perairan.
“Selain itu ada lidah mertua (Sansevieria sp) yang mampu menyerap zat polutan di udara. Selain itu ada juga yang berfungsi pangan, pewangi dan peneduh,” jelas Rusmana.
Untuk teknik budidaya tanaman hias, Rusmana mengatakan ada yang generatif dengan biji, dan ada yang vegetatif berupa stek atau potongan bagian tanaman. Karena tidak memungkinkan langsung praktik di persemaian, teknik budidaya tersebut dijelaskan Rusmana melalui tayangan video yang menceritakan tentang perbanyakan tanaman hias jenis Aglonema sp.
Meskipun dilaksanakan secara virtual, para peserta tetap antusias mengikuti acara tersebut. Pihak Balai Litbang LHK Banjarbaru berharap, semoga pandemi segera berakhir agar para siswa bisa berkunjung ke Edupark Balai Litbang LHK Banjarbaru sehingga bisa belajar tentang pohon, hutan, satwa dan lainnya secara langsung di lapangan.***