Dientry oleh BALITEK DAS Solo - 11 December, 2020 - 666 klik
Kondisi Fisik dan Intensitas Hujan Picu Longsor di Karanganyar, Begini Rekomendasi Peneliti Balitek DAS

" Curah hujan dengan intensitas tinggi selama tiga hari berturut-turut menjadi pemicu terjadinya longsor di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu malam (5/12/2020) lalu. Hal ini diperparah dengan kondisi fisiknya, yaitu potongan tebing tegak, kemiringan lereng yang curam, regolit yang sangat dalam, dan panjang lereng yang cukup panjang "

[FORDA] _Curah hujan dengan intensitas tinggi tepatnya 200 mm selama tiga hari berturut-turut menjadi pemicu terjadinya longsor di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu malam (5/12/2020) lalu. Hal ini diungkapkan Peneliti Balitek DAS,  Beny Harjadi setelah meninjau lokasi longsor di Desa Tengklik, Senin (7/12/2020).

"Tanah sudah jenuh dengan air tanah karena musim hujan, sehingga tidak bisa menampung air lagi. Sehingga adanya curah hujan tinggi berakibat adanya longsor. Hal ini juga diperparah dengan kondisi fisik yang mendukung adanya longsor, yaitu potongan tebing tegak (PTT), kemiringan lereng yang curam, regolit yang sangat dalam atau lebih dari 5 meter, dan panjang lereng yang cukup panjang atau lebih dari 100 meter," jelas Beny.

Menurutnya, tipe longsor yang terjadi kebanyakan karena adanya potongan tebing tegak di belakang rumah dan pada tepian jalan desa maupun jalan raya. Di samping tipe longsor luncuran tersebut ada juga tipe longsor amblesan (turun ke dalam tanah) pada pekarangan rumah dan jalan, serta adanya longsor tipe rock fall (jatuhan batu).

Terkait itu, Beny merekomendasikan beberapa upaya untuk mitigasi bencana longsor di Tawangmangu, Karanganyar yaitu dengan pengelolaan lahan yang tepat. “Lereng yang terlalu panjang hendaknya dipotong dengan pembuatan teras yaitu bisa teras bangku (lereng < 45%) atau teras gulud (lereng >45%). Di samping itu dilakukan penguatan teras dapat tanaman rumput-rumputan (Graminae), gamal (Gliricidia sepium), dan akar wangi (Vetiveria zizanioides),” tutur Beny.

Berikutnya, perbaikan drainase atau pembuangan air agar air hujan yang jatuh ke lahan tidak kemana-mana, menurut Beny penting dilakukan, yaitu dengan pembuatan saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan dengan bambu atau batu. “SPA dibuat pada setiap batas kepemilikan tanah atau setiap lebar antar lahan lebih dari 25 meter dibuat SPA,” ujar Beny.

Selain itu, penguat tampingan pada PTT di belakang rumah maupun penguatan tebing di tepi jalan perlu dilakukan. “Penguatan ini dapat dilakukan menggunakan batu kosong bronjong kawat atau dengan semen batu yang diberi sulingan dengan pralon,” lanjut Beny.

Terakhir, menurutnya, jika terpaksa dibuat pemotongan tebing di belakang rumah atau di tepi jalan, hendaknya PTT tidak dibuat tegak lurus atau diusahakan agak miring, disamping penguatan teras.

Seperti diketahui, bencana longsor di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar ini terjadi secara bersamaan di 8 titik lokasi yang tersebar, yaitu di Desa Karanglo, Desa Blumbang, Desa Tengklik, Desa Sumokado, Desa Sendang, Desa Sepanjang, Desa Nglurah, dan Desa Ledoksari. Bencana ini menelan satu orang korban jiwa di Desa Tengklik.

"Untuk mencegah terjadinya korban atau kerugian yang lebih banyak lagi, sebaiknya warga dievakuasi karena sekarang sedang musim hujan," saran Beny.***

----------------------

Informasi Lebih Lanjut:

Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)

Website :  http://balitekdas.id

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 – 716959

 

Penulis : Tim Peneliti Longsor dan Tri Hastuti
Editor : Risda Hutagalung