Dientry oleh BP2TSTH Kuok - 15 December, 2020 - 558 klik
Fasilitasi Kebutuhan Daerah, BP2TSTH Bimbing KTNA di Kampar Terapkan Iptek Hasil Litbang

" KTNA Gunung Sahilan mengundang tim penelitian BP2TSTH untuk melihat potensi yang ada di daerahnya agar bisa dikembangkan dan dapat menjadi program kerja KTNA tersebut "

[FORDA] _Dalam rangka memfasilitasi kebutuhan daerah, Kepala Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) dan tim mengunjungi Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Jumat (11/12/2020). Turun ke lapangan, tim mengidentifikasi potensi pengembangan budidaya lebah madu dan gaharu yang ada di sana, kemudian menyampaikan paket ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) hasil litbangnya.

KTNA Kecamatan Gunung Sahilan yang diketuai oleh Sulaeman ini sebelumnya telah mengunjungi BP2TSTH untuk meminta saran dan masukan terkait budidaya lebah madu dan pemasaran produk lebahnya, serta prospek budidaya gaharu. KTNA Gunung Sahilan mengundang tim penelitian BP2TSTH untuk melihat potensi yang ada di daerahnya agar bisa dikembangkan dan dapat menjadi program kerja KTNA yang dipimpinnya tersebut.

“Saat ini kami dari KTNA telah memiliki 20 stup lebah jenis mellifera dan ribuan pohon gaharu yang dibudidayakan secara tumpang sari di perkebunan kelapa sawit milik anggota kelompok,” jelas Sulaeman kepada tim BP2TSTH.

“Kami sebagai masyarakat umum dengan keterbatasan pengetahuan, mengharapkan peran Bapak-Bapak untuk mengarahkan dan membina kami. Bantu kami mengelola koloni Apis mellifera ini dan mengolah pohon gaharu yang tahun ini sudah berumur empat tahun,” ungkapnya.

Sebagai informasi, BP2TSTH mempunyai tugas pokok dan fungsi yang salah satunya adalah melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang menjadi kebutuhan daerah. Terlebih lagi pada tahun 2002 – 2006 institusi ini merupakan Loka Litbang Hasil Hutan Bukan Kayu, sehingga cukup menguasai Iptek tentang lebah madu dan gaharu.

Berlatar belakang hal tersebut, Priyo Kusumedi,S.Hut, MP selaku Kepala BP2TSTH menyampaikan posisi dan peran BP2TSTH untuk senantiasa menyebarluaskan paket Iptek litbang yang dikuasai kepada masyarakat luas.

“Kami siap membantu secara teknis untuk membimbing KTNA Gunung Sahilan ini dalam membudidayakan lebah madu dan pohon penghasil gaharu yang ada saat ini. Tentunya konsep transfer knowledge (pengetahuan) ini dapat berjalan lancar jika komunikasi dua arah berjalan dengan baik,” papar Priyo.

“Komoditi HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) merupakan salah satu langkah persuasif kementerian untuk bermitra dengan masyarakat. Ayo bersama-sama kita wujudkan hutan lestari masyarakat sejahtera,” ujar Priyo saat berdiskusi diantara koloni melifera yang dikunjungi.

Sudah menjadi informasi publik bahwa konsep perhutanan sosial yang digaungkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merupakan sebuah pendekatan program pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Melalui program ini juga KLHK memberikan bantuan dalam bentuk sarana prasarana hingga hibah untuk menggerakkan perekonomian masyarakat di sekitar hutan.

Secara teknis, Dr. Agus Wahyudi, S.Hut, M.Si, peneliti BP2TSTH memaparkan peluang dan kendala KTNA dalam mengupayakan komoditi lebah madu dan gaharu kepada anggota KTNA yang hadir. “Sebaiknya KTNA mulai membagi atau menentukan tim yang akan mengelola lebah madu dan gaharu. Hal ini dikarenakan ada perbedaan teknis untuk membudidayakan hingga mengolah kedua komoditi ini,” ujar Agus.

Kepada kelompok tani, Agus menyampaikan bahwa Apis mellifera bukanlah lebah asli Indonesia. Lebah jenis ini terkenal manja dan butuh perhatian lebih. “Dengan kondisi budidaya dengan sumber pakan mengandalkan vegetasi di alam, sebaiknya mulai dipikirkan untuk menjalankan skema penggembalaan. Cari sumber nektar sebagai pakan selain pollen yang dihasilkan oleh kelapa sawit ini,” detail Agus.

“Untuk pohon penghasil gaharu sepertinya ini dari jenis microcarpa, ini yang umum ditemui pada Provinsi Riau khususnya. Pohon yang telah dibudidayakan ini saran saya ditujukan untuk disuling setelah diinokulasi nantinya,” tambahnya.

Sebagai informasi, Kecamatan Gunung Sahilan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kampar dengan luas sekitar 28.000 Ha. Topografinya bergelombang dengan bentang alam berbukit dan sungai.

Pada beberapa areal, kecamatan ini berbatasan dengan wilayah konsesi Hutan Tanaman Industri milik PT. Riau Andalan Pulp and Paper. Menurut tim BP2TSTH, komoditi jenis tanaman di HTI ini yaitu A. mangium dan A. crassicarpa ini tentunya dapat diandalkan sebagai sumber pakan lebah madu di sana.***

Penulis : Eko Sutrisno
Editor : Risda Hutagalung