Dientry oleh BP2TSTH Kuok - 17 December, 2020 - 550 klik
Pemangku Kepentingan Bicara Keanekaragaman Hayati di Sumbar Sekitarnya

" Indonesia yang dikenal sebagai mega biodiversitas dunia dapat saja hilang jika kita tidak berikhtiar untuk menjaganya. Konservasi sendiri bukan berarti tidak memanfaatkan, melainkan mengerti akan potensi dan mampu memanfaatkannya secara lestari "

[FORDA] _Webinar berseri Semarak Riset Alam Melalui Bincang Ilmiah (SERAMBI) kembali digelar, Rabu (16/12/2020). Mengangkat tema “Kehati: Potensi dan Pemanfaatannya”, SERAMBI Seri 4 ini menghadirkan pemangku kepentingan sebagai narasumber dan disiarkan langsung dari kaki Gunung Singgalang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Hadirkan narasumber dari beragam latar belakang, SERAMBI Seri 4 Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) ini bertujuan untuk mengampanyekan pelestarian keragaman hayati (Kehati) di Indonesia. Empat narasumber tersebut yaitu Wali Nagari Pandai Sikek, H. Harmen, ST. Rajo Malano; perwakilan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Budi Novella, S.Hut, M.Si; Kepala Unit SHE Semen Padang; dan Peneliti BP2TSTH, Dodi Frianto,SP., M.Si.

Membuka acara dengan live report, Kepala BP2TSTH, Priyo Kusumedi, S.Hut, MP menekankan pentingnya melestarikan keragaman hayati (Kehati), agar tetap ada hingga lintas generasi. Menurutnya, keragaman hayati akan berbeda di setiap daerah, yang disebut dengan istilah endemik.

“Indonesia yang dikenal sebagai mega biodiversity di dunia tentunya dapat saja hilang jika kita tidak berikhtiar untuk menjaganya. Konservasi sendiri bukan berarti tidak memanfaatkan, melainkan mengerti akan potensi dan mampu memanfaatkannya secara lestari,” kata Priyo di hadapan sedikitnya 110 peserta webinar.

Selaku pemerintah daerah, Wali Nagari Pandai Sikek, Harmen menegaskan bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari kekayaan alam yang harus dijaga.

“Tumbuhan dan hewan yang ada di tempat kita dilindungi oleh peraturan pemerintah. Pemanfaatannya juga diatur, ini semua sebagai peran pemerintah untuk melindungi kekayaan alam. Kami di nagari tentunya bersyukur banyak pihak yang turut memperhatikan,” ujar Harmen.

Terkait itu, masyarakat Nagari Pandai Sikek melakukan beberapa pengaturan. Pengaturan secara internal untuk masyarakat dalam wilayah administrasinya, dan secara eksternal untuk para pendatang, khususnya pada pendaki Gunung Singgalang.

“Kami melarang masyarakat untuk membabat hutan, menghimbau tanaman pelindung di sekitar lahan pertanian dan tidak diperkenankan memburu hewan di hutan. Kepada para pendaki (kami menghimbau) untuk tidak merusak hutan dan membuang sampah,” jelas Harmen.

“Sedangkan program dalam menjaga keragaman hayati kami menginisiasi kelompok tani yang membudidayakan tanaman lokal, meningkatkan peran hewan penyerbuk dan mengembangkan pariwisata dalam skema ekowisata,” tambahnya.

Selanjutnya, Budi Novella dari BKSDA Sumatera Barat menyampaikan kondisi dan regulasi peredaran tumbuhan dan satwa liar. Budi menjelaskan bahwa kawasan konservasi menjalankan fungsi berdasarkan bentuk pemanfaatannya. Jadi tidak semua kegiatan pemanfaatan bisa dilakukan di seluruh kawasan konservasi.

“Dalam upaya melindungi Kehati, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan untuk melindungi dan memanfaatkan secara terukur untuk tumbuhan dan satwa liar tersebut,” ucap Pengendali Ekosistem Hutan ini.

Beberapa peraturan mendasar dalam pelestarian dan pemanfaatan hutan dijelaskan Budi. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; Keputusan Presiden No 1978 tentang peredaran tanaman dan satwa yang dilindungi pada lampiran CITES (Convention on International Trade in Engadered Species of Wild Fauna and Flora); dan  Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:P.106/Menlhk/setjen/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, adalah beberapa diantaranya.

Narasumber lainnya dari PT. Semen Padang, Musytaqim Nasra, ST berbagi cerita tentang program pembangunan taman Kehati yang telah dilakukan. PT. Semen Padang telah membangun taman Kehati di kawasan perkantoran di Indarung – Padang.

“Taman ini dibuat dengan konsep menyatu dengan bangunan dan ruang publik. Silakan Bapak Ibu jika lewat untuk mampir dan melihat koleksi yang ada di taman Kehati tersebut,” ujar alumnus Universitas Andalas ini.

Tampil di urutan terakhir, peneliti BP2TSTH, Dodi Frianto, SP.M.Si memaparkan pengalaman eksplorasi beberapa jenis endemik di Pulau Sumatera. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan merupakan rangkaian kegiatan kerja sama BP2TSTH dengan lembaga ITTO (International Trade Timber Organization) empat tahun silam.

“Beberapa pencapaian kami yang terdokumentasikan, diantaranya plot eksitu untuk jenis langka Sumatera di beberapa lokasi. Kami punya plot di Kabupaten Kampar, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Merangin – Jambi,” ungkap peneliti muda bidang silvikultur ini.

Jenis langka tersebut mencakup cemara sumatera (Taxus sumatrana), merbau (Intsia palembanica), gaharu (Aquilaria spp.), dan ramin (Gonystylus spp.), kulim (Schorodocarpus borneensis), andalas (Morus macroura) dan giam (Cotylelobium melanoxylon).

Webinar ini diikuti para peserta dengan antusias. Ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan pada sesi diskusi. Pertanyaan-pertanyaan dijawab langsung oleh narasumber terkait sesuai perannya masing-masing. Diskusi diakhiri dengan pengumuman pemenang yang mendapatkan door prize yang disediakan penyelenggara.

Melalui kegiatan ini diharapkan, gerakan menjaga dan melestarikan kekayaan hayati dari hutan Indonesia semakin besar. Hal ini dalam rangka mewariskan amanah pengelolaan sumber daya alam ke generasi mendatang. Ayo jaga Kehati Indonesia, untuk kini dan nanti!

Webinar SERAMBI 4 “Kehati: Potensi dan Pemanfaatannya” dapat diakses kembali pada tautan berikut:

 (14) Webinar Serambi Seri-4, KEHATI: POTENSI DAN PEMANFAATANNYA - YouTube

Lebih lanjut mengenai kegiatan tersebut silahkan buka tautan berikut: https://bit.ly/E-sertifkat_dan_Dokumentasi

 

Penulis : Eko Sutrisno
Editor : Risda Hutagalung