Dientry oleh BP2LHK Manado - 08 January, 2021 - 816 klik
Obat Luka dari Alam Aketajawe Lolobata

" Sterculia oblongifolia atau yang dikenal dengan sebutan toyom merupakan tumbuhan yang sangat bermakna bagi masyarakat sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Halmahera Timur, Maluku Utara. Tumbuhan ini berperan penting dalam kehidupan komunitas suku Togutil di sana yang masih nomaden "

Oleh Lis Nurrani , S.Hut, M.Sc

Peneliti Ilmu Kayu dan Teknologi Hasil Hutan – Balai Litbang LHK Manado

[FORDA] _Sterculia oblongifolia atau yang dikenal dengan sebutan toyom merupakan tumbuhan yang sangat bermakna bagi masyarakat sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Halmahera Timur, Maluku Utara. Tumbuhan ini berperan penting dalam kehidupan komunitas suku Togutil di sana yang masih nomaden.

Kayu toyom dimanfaatkan suku Togutil sebagai bahan baku pembuatan pondok/rumah tradisional selain sebagai kayu bakar untuk memasak dan membuat perapian di dalam hutan. Karena memiliki khasiat tertentu, kulit toyom juga dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan lainnya untuk pengobatan.

Tumbuhan obat ini digunakan masyarakat Desa Akejawi, salah satu desa penyangga Taman Nasional Aketajawe Lolobata untuk mengatasi infeksi luka bakar. Berdasarkan pengalaman masyarakat di sana, kulit toyom dapat mengobati luka infeksi berat akibat terkena tembakan, yang telah divonis amputasi oleh dokter.

Cara membuat ramuannya sangat sederhana. Dimulai dari pengambilan kulit batang di alam dengan ukuran selebar tangan orang dewasa sebanyak tiga hingga lima lembar, kemudian dibakar hingga gosong atau menjadi arang. Setelah itu ditumbuk hingga halus lalu campurkan dengan minyak kelapa (Cocos nucifera). Ramuan dalam bentuk pasta inilah yang dioleskan pada bagian tubuh yang terluka infeksi disertai dengan pijatan ringan.

Selain itu kearifan lokal lainnya yang perlu diperhatikan agar ramuan ini terjaga khasiatnya adalah minyak kelapa yang digunakan sebagai campurannya. Minyak kelapa haruslah merupakan hasil olahan dan buatan tangan manusia, bukan minyak pabrikan yang umum diperdagangkan.

Menurut pengalaman masyarakat, ramuan dioleskan pada luka sebanyak tiga kali dalam sehari selama dua minggu. Dalam kurun waktu tersebut luka berangsur membaik dan penderita pulih serta mulai bisa berjalan kembali setelah sebelumnya kaki yang terluka sulit untuk digerakkan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa S. oblongifolia atau toyom mengandung senyawa steroid, flavonoid, tanin dan saponin. Kombinasi senyawa tersebut memiliki peran penting dalam mengobati luka. Saifudin et al., 2011 menyebut tanin berfungsi menghentikan pendarahan dan menyembuhkan infeksi luka bakar, mampu membuat lapisan pelindung pada luka dan ginjal. Sementara steroid dengan konsentrasi tinggi berpotensi sebagai bahan pengobatan untuk menghilangkan keletihan kronis (Kissinger et al., 2013).

Tanin dan steroid diketahui memiliki persamaan fungsi sebagai penyembuh luka yang mengakibatkan keletihan kronis. Saponin dapat digunakan sebagai antiseptik dan antibiotik alami. Seperti halnya pada tanaman lidah buaya (Aloe vera), kandungan saponin mempunyai kemampuan membunuh kuman, menghilangkan rasa sakit dan berperan sebagai antibiotic (Koswara, 2012).

Karenanya, saponin sangat baik dimanfaatkan sebagai obat luka terbakar. Sebagaimana diketahui luka sangat rentan terjangkit kuman dan mikro organisme melalui udara yang dapat berdampak infeksi. Selain itu, zat ini juga mampu merangsang terbentuknya sel-sel baru pada kulit bekas terbakar.***

Referensi:

Kissinger., E.A.M. Zuhud, L.K. Darusman dan Iskandar. 2013. Penapisan Senyawa Fitokimia dan Pengujian Antioksidan Ekstrak Daun Pohon Merapat dari Hutan Kerangas. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 31(1), 9-18.

Koswara, S. 2012. Khasiat Apotek Hidup Lidah Buaya. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saifudin, A., V. Rahayu dan H.Y. Teruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Edisi pertama. Graha ilmu. Yogyakarta.

 

Informasi lebih lanjut, hubungi:

Lis Nurrani melalui email: lisnurrani@gmail.com

Penulis : Lis Nurrani
Editor : Risda Hutagalung