Dientry oleh Dyah Puspasari - 20 January, 2021 - 2199 klik
Kisah Para Pionir, Ujung Tombak PEN LHK di Tingkat Tapak

" Pendekatan baru mengelola hutan dan kawasan hutan, yang bergeser dari kecenderungan tenaga kerja kontraktor kepada tenaga kelompok masyarakat, telah menumbuhkan pionir-pionir pemimpin gerakan sosial hijau "

[FORDA]_Denyut program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) terus berjalan. Pendekatan padat karya diimplementasikan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.  Para pionir di tingkat tapak, menjadi ujung tombaknya. 

Keyakinan akan pentingnya menjaga kelestarian alam bagi keberlanjutan kehidupan dan masa depan anak cucu, menjadi spirit terbesar mereka untuk terus berkiprah tanpa lelah di lapangan. Inisiatif, kontribusi dan harapan mereka, dikisahkan dalam buku “Pionir Tapak: Perintis Pemulihan Ekonomi Nasional Lingkungan Hidup dan Kehutanan.” 

Buku setebal 110 halaman ini merangkum catatan 49 pionir dari berbagai lokasi PEN LHK di Indonesia. Mereka adalah para perintis konservasi gambut dan mangrove, produksi pangan hutan, bisnis dan industri masyarakat, wisata tradisional, organisator lapangan, hingga perempuan-perempuan tangguh pilar ekonomi rumah tangga. Tidak hanya laki-laki, perempuan juga terlibat dan berperan penting dalam pengambilan keputusan serta pengelolaan hutan dan kawasan hutan di mana mereka tinggal.  

Proses munculnya pionir dan terbentuknya inisiatif kerja baik individu maupun kelompok, dapat disimak dalam buku ini.  Tersirat pula bahwa masyarakat di tingkat tapak memiliki kekuatan (power) yang tinggi. Karenanya, patut diperhitungkan sebagai sebuah sumber daya pelestari hutan dan lingkungan di Indonesia. 

“Pendekatan baru mengelola hutan dan kawasan hutan, yang bergeser dari kecenderungan tenaga kerja kontraktor kepada tenaga kelompok masyarakat, telah menumbuhkan pionir-pionir pemimpin gerakan sosial hijau,”ungkap Dr. Siti Nurbaya, Menteri LHK dalam buku tersebut. 

Menurutnya, masyarakat sekitar hutan memiliki hubungan antropologis, relasi historis, relasi religius, dan relasi ekonomi dengan alam. Keputusan-keputusan pada hutan dan kawasan hutan berdampak kuat pada masyarakat tersebut, baik dampak manfaat maupun kerugian. Kearifan lokal akan menjadi landasan pikir dan pola-pola tindak pengelolaan hutan dan kawasan hutan. 

Seleksi sosial dan ujian alam telah menumbuhkan pionir-pionir kelompok, memberikan teladan konkret, bahkan menggambarkan daya tahan (endurance) dan adaptasi terhadap alam. Ke depan, Menteri Siti meyakini bahwa pionir-pionir hijau ini akan menjadi penggerak sosial di tempat tinggalnya, hutan dan kawasan hutan di tingkat tapak. 

Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian LHK yang mengemban amanah  dari Menteri LHK untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan PEN LHK menghadirkan buku ini sebagai sebuah refleksi. Terdapat 74 kegiatan PEN LHK, didedikasikan untuk memperbaiki lingkungan hidup dan kehutanan, dengan menghadirkan stimulus-stimulus untuk berkontribusi memulihkan ekonomi nasional. Berbagai insentif diberikan kepada masyarakat antara lain dispensasi/relaksasi, penciptaan kesempatan akses lahan pangan, serta akses ekonomi, dengan tetap menjaga akuntabilitas. 

Observasi lapangan memberikan catatan, bahwa pendekatan tersebut telah memunculkan pionir-pionir perintis ide dan inisiatif pelestarian hutan dan lingkungan. Kisah-kisah mereka dalam buku ini, tidak hanya memberi warna dalam pelaksanaan PEN LHK 2020, melainkan juga dapat sebagai pembelajaran penting untuk meningkatkan kesukseskan PEN LHK 2021. 

“Sekecil apapun langkah yang kau lakukan untuk kelestarian alam, maka setiap langkah itu juga alam akan memberikanmu penghargaan indah yang tak mampu diberikan seseorang,” demikian ungkapan salah seorang pionir.  Ini membangkitkan keyakinan, bahwa masa depan LHK yang lebih baik terbentang luas di depan. Bersama dapat kita wujudkan hutan lestari dan masyarakat sejahtera.*(DP)

Unduh buku di sini.

Penulis : Dyah Puspasari
Editor : Yayuk Siswiyanti