Dientry oleh BP2TSTH Kuok - 26 January, 2021 - 480 klik
Pemuliaan Tanaman Tingkatkan Kualitas Kayu untuk Industri

" Pemuliaan atau seleksi genetik pohon merupakan langkah yang efektif untuk mendapatkan kayu berkualitas. Pemilihannya sendiri berdasarkan indikator seperti berat jenis, kerapatan, dan panjang serat. Pemilihan pohon berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia kayu tersebut memiliki keutamaan karena pada dasarnya karakteristik kayu akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik. "

[FORDA]_Seiring berjalannya waktu, kebutuhan industri hasil hutan akan kayu yang berkualitas tinggi semakin meningkat namun hal ini tidak sejalan dengan kondisi hutan yang terus mengalami pengurangan kuantitas dan kualitasnya. Tercatat, kebutuhan bahan baku kayu saat ini terpenuhi melalui Hutan Tanaman Industri (HTI). Walaupun begitu produktivitas yang dihasilkan oleh HTI belum optimal dalam mencukupi kebutuhan bahan baku industri hilir kehutanan itu sendiri, karena dari dominasi tanaman HTI di Indonesia seperti pohon akasia, jati, mahoni, sengon, dan ekaliptus belum memiliki kualitas yang memadai. Hal ini seperti data dan informasi yang diperoleh dari Perhutani, bahwa pada tahun 2019, pemenuhan kayu berkualitas (khususnya jati) sekitar 70-90 m3/ha.

Lebih lanjut, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) melalui Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok berupaya meningkatkan kualitas kayu dengan cara pemuliaan tanaman untuk menyediakan benih unggul sesuai dengan target penggunaan akhir di industri hilir. Benih unggul dihasilkan secara genetik melalui sistem seleksi berulang berdasarkan fenotip individu dengan nilai terbaik. Tanaman hasil pemuliaan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta toleransi terhadap cekaman lingkungan. cara ini dinilai sangat baik, berdasarkan data dari Perhutani, pemuliaan tanaman dapat meningkatkan kualitas kayu yang cukup signifikan yaitu sekitar 183-200 m3/ha.  

Pemuliaan atau seleksi genetik pohon merupakan langkah yang efektif untuk mendapatkan kayu berkualitas. Pemilihannya sendiri berdasarkan indikator seperti berat jenis, kerapatan, dan panjang serat. Pemilihan pohon berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia kayu tersebut memiliki keutamaan karena pada dasarnya karakteristik kayu akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik.

Program pemuliaan pada setiap jenis tanaman yang menjadi objek merupakan upaya untuk memenuhi tuntutan industri. Pemuliaan pohon yang dilakukan oleh berbagai pusat penelitian dan pengembangan sebelumnya ditujukan untuk menghasilkan spesies-spesies baru dengan berbagai keunggulan. Tanaman dari hasil pemuliaan tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat, berbatang lurus, dan adaptif di berbagai kondisi tempat tumbuh. Disamping keunggulan dari karakteristik pertumbuhannya terdapat pula kelemahan pada kualitas kayu yang dihasilkan.

Peningkatan kualitas kayu juga telah banyak dilakukan dengan berbagai teknologi dan inovasi. Salah satunya adalah melalui modifikasi suhu, yaitu pemanasan kayu dengan suhu tinggi guna meningkatkan kualitas warna, keawetan, dan stabilitas kayu. Keseragaman warna antara kayu gubal dan kayu teras menjadi salah satu tujuan penting dalam metode pemanasan. Metode ini menggunakan oven yang memanaskan kayu pada suhu 150-240 ℃ dengan lama waktu yang disesuaikan pada tujuan akhir.

Secara umum, kayu yang dihasilkan setelah pemanasan memiliki kadar air rendah, kembang susut kayu menurun dan warna yang lebih bervariasi antara cokelat hingga hitam. Dengan tampilan warna cokelat hingga cokelat gelap, kayu yang diberi perlakuan panas dapat menjadi pengganti beberapa kayu keras tropis yang sudah langka. Semakin tinggi suhu pemanasan maka perubahan warna kayu juga akan semakin meningkat.

Selain perubahan warna, perlakuan panas juga memberikan perubahan pada sifat fisika dan mekanika kayu. Pada kayu jati hutan tanaman di Negara Costa Rika yang diberi perlakuan panas menghasilkan peningkatan nilai stabilitas dimensi dan penurunan higroskopisitas. Komponen kimia kayu (lignin, hemiselulosa, selulosa, dan ekstraktif) akan mengalami penguraian rantai senyawa. Penguraian senyawa akan menyebabkan kehilangan beberapa senyawa yang mudah menguap, peningkatan konsentrasi senyawa, dan juga akan muncul senyawa baru.

Selanjutnya, keawetan alami kayu merupakan sifat terpenting dari bahan-bahan berkayu. Perlakuan panas kayu sebagai teknik pengawetan kayu yang ramah lingkungan untuk melawan organisme perusak kayu. Metode perlakuan panas pada kayu cocok diterapkan pada kayu komersil dengan daya tahan yang rendah. Perlakuan panas pada kayu tidak secara signifikan meningkatkan ketahanan kayu terhadap kerusakan/kebusukan saat kayu kontak dengan tanah.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menjelaskan penuruan kadar air setelah perlakuan panas menjadikan kayu lebih tahan terhadap pelapukan alami. Hal ini terkait dengan perubahan struktur kayu yang bersifat hidrofilik dan mudah hancur menjadi molekul hidrofobik. Selain itu, metode pemanasan kayu juga memiliki kekurangan seperti menurunkan sifat mekanika kayu (tidak cocok untuk kontruksi), meskipun sifat-sifat yang dihasilkan setelah proses pemanasan juga tergantung pada jenis kayu, lama waktu pemanasan, dan suhu yang digunakan.

Metode pemanasan pada kayu yang sudah dikomersilkan ini dapat juga dijadikan upaya alternatif oleh industri kayu guna meningkatkan kualitas kayu hasil pemuliaan sesuai dengan tujuan penggunaan akhirnya. **YSL

Penulis : Yunida Syafriani Lubis, S.Hut, M.Sc
Editor : Muhamad Sahri Chair