Dientry oleh Risda Hutagalung - 01 March, 2021 - 649 klik
Potensi Kerja Sama Litbang dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia – Singapura

" Di akhir pertemuan, pihak Singapura menyampaikan ketertarikannya menjadikan topik-topik yang dipresentasikan para peneliti BLI KLHK tersebut sebagai topik kerja sama. Penjajakan kerja sama akan dilanjutkan dengan pembicaraan key point agar lebih terarah dan dapat ditindaklanjuti. "

[FORDA] _Dalam rangka peningkatan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan penjajakan potensi kerja sama bilateral dengan Singapura. Kerja sama bilateral ini digagas dalam pertemuan informal antara BLI KLHK dengan Kedutaan Besar Singapura beberapa waktu lalu.

Sebagai tindak lanjutnya, BLI KLHK selaku perwakilan Indonesia mengadakan diskusi secara virtual Singapura, Selasa (9/2/2021). Pertemuan yang membahas potensi kerja sama antara kedua negara ini dihadiri oleh para pejabat fungsional peneliti dan pejabat struktural bidang kerja sama BLI KLHK mewakili Indonesia, dan National Parks Board Singapore mewakili Singapura.

Topik yang dibahas dalam diskusi tersebut antara lain biodiversity conservation, habitat restoration and forest management, xylarium, DNA wood tracking, dan seed and germplasm. Lima orang peneliti dari empat unit kerja lingkup BLI mempresentasikan topik-topik tersebut di hadapan perwakilan Singapura.

“Xylarium adalah perpustakaan kayu yang merupakan dokumentasi koleksi keragaman jenis kayu Indonesia, yang bermanfaat sebagai penunjang penelitian dan sumber informasi ilmiah jenis kayu (nama lokal, nama ilmiah, keragaman jenis, dan persebaran jenis kayu) dan bahan rujukan utama dalam identifikasi kayu,” jelas Dr. Ratih Damayanti dari Pusat Litbang Hasil Hutan memperkenalkan Xylarium Bogoriense.

Dalam presentasinya berjudul “Identifikasi Hasil Hutan dan Database untuk Fasilitasi Perdagangan Legal”, Ratih menyampaikan bahwa Xylarium Bogoriense telah terdaftar di Index Xylariorum Institutional Wood Collection pada tahun 1957 (BZFw) dan Index Herbariorum Indonesianum pada tahun 2006.

Terkait topik seed and germplasm, Dr. Aam Aminah dari Balai Litbang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan memaparkan “Benih Pohon Hutan dan Plasma Nutfah untuk Masa Depan yang Lebih Hijau”.

“Tujuan kerja sama topik ini yaitu penelitian ilmu dan teknologi benih jenis pohon tropis; meningkatkan kualitas benih dan bibit untuk berbagai program penanaman (jenis pohon untuk produksi kayu, biomassa, dan bioenergi); konservasi materi genetik menggunakan metode kriopreservasi, bank benih, dan kultur jaringan; serta pertukaran benih dan materi genetik untuk memperluas basis genetik dan meningkatkan koleksi spesies,” ungkap Aam.

Topik mengenai habitat restoration and forest management dipaparkan oleh Dr. Henti Hendalastuti dari Pusat Litbang Hutan dengan judul “Establishment of MedTrof Centre (Medicine of Tropical Forest Centre)​”. Menurutnya, pembentukan Pusat Obat Hutan Tropis (Medtrof) ini untuk mendukung program nasional di bidang kesehatan dan penemuan obat berbasis sumber daya hutan tropis.

“Selain itu, tujuan dibentuknya Medtrof adalah untuk mengungkap potensi pohon hutan tropis sebagai sumber farmasi untuk aktivitas antimikroba, antivirus, antioksidan, antikanker dan antipenuaan serta prospek produksi bio dengan pemanfaatan dan pengelolaan berkelanjutan,” ujar Henti.

Topik lainnya Biodiversity conservation dipaparkan Prof. R Garsetasih dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Dijelaskannya, tujuan penelitian biodiversity conservation yaitu teknologi konservasi untuk meningkatkan flora dan fauna; Strategi pengelolaan konflik manusia - satwa liar; Strategi pengelolaan kawasan hutan (Hutan konservasi, ekosistem esensial, hutan produksi, hutan lindung); dan Teknologi pemanfaatan jasa lingkungan.

Paparan terakhir membahas topik DNA wood tracking disampaikan Prof. Ris. Dr. Anto Rimbawanto dari Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH), Yogyakarta. Dalam presentasinya berjudul “Penggunaan Teknologi DNA untuk Memerangi Perdagangan Ilegal Hasil Hutan”, Prof. Anto menyebutkan, teknik sidik jari DNA menggunakan karakter yang melekat pada kayu, menjamin metode resolusi spasial yang tinggi, hemat biaya dan kuat secara statistik, penting untuk mengontrol asal kayu dan produk kayu.

“Metode barcode DNA juga dapat membedakan spesies yang berkerabat dekat atau serupa secara jelas,” ujar Prof. Anto. Terkait itu disampaikannya bahwa B2P2BPTH telah memiliki laboratorium DNA yang menerapkan teknologi pelacakan DNA untuk flora (kayu) dan fauna (satwa liar).

Di akhir pertemuan, pihak Singapura menyampaikan ketertarikannya menjadikan topik-topik yang dipresentasikan para peneliti BLI KLHK tersebut sebagai topik kerja sama. “Kami akan follow up hasil diskusi kerja sama ini,” ujar Mr. Wendy Yap, Director NParks International Biodiversity Conservation Division selaku perwakilan Singapura.

Diskusi tersebut akan dilanjutkan via email melalui contact person Mr. Jeremy Woon selaku Senior Biodiversity Manager NParks International Conservation Division – Singapura.

"Penjajakan kerja sama akan dilanjutkan dengan pembicaraan key point agar lebih terarah dan dapat ditindaklanjuti," tutup Dr. Krisdianto, Kepala Bagian Program dan Kerja Sama – Sekretariat BLI selaku koordinator perwakilan Indonesia.***

Penulis : Nurul Hikmah
Editor : Risda Hutagalung