Dientry oleh Rizda - 29 October, 2017 - 3035 klik
Mangrove Center Karangsong, Cerita Sukses Perbaikan Ekosistem Inisiatif Masyarakat Lokal yang Patut Dicontoh

FORDA (Indramayu, 28/10/2017)_Mangrove Centre Karangsong merupakan salah satu cerita sukses perbaikan ekosistem mangrove yang diinisiasi oleh masyarakat lokal. Hal ini disampaikan Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Dr. Henry Bastaman dalam sambutannya pada Press Tour BLI di Kawasan Ekowisata Mangrove Karangsong, Sabtu (28/10).

“Mendengar penjelasan Pak Ali, menurut saya luar biasa perjuangannya, sekitar 10 atau 9 tahun yang lalu memulai memperbaiki kondisi di sini,” kata Kepala BLI dalam sambutannya sebelum acara Deklarasi Pembentukan Mangrove Center Karangsong Indramayu menjadi Pusat Riset Mangrove Bagian Barat yang dilakukan oleh BLI bersama para pihak.

Untuk itulah, 6 media nasional, ditambah kontributor dari Indramayu diajak ke sini untuk melihat secara langsung, untuk menyiarkan apa yang dilakukan di Karangsong Indramayu ini.

“Jadi mungkin, kalau kita tidak tau sejarahnya, kita tidak akan menyangka ini adalah sentuhan tangan manusia, terutama oleh Kelompok Pantai Lestari dan kemudian dibantu oleh berbagai pihak yang mengembangkannya,” kata Henry.

Menurut Henry, ini sangat memberikan pencerahan bagi semua pihak, bukan suatu yang tidak mungkin, kita memperbaiki area yang rusak. “Yang penting niatnya ada dan melibatkan banyak pihak, dan masyarakat menjadi ujung tombaknya. Ini terbukti, kembali memberi manfaat yang besar kepada masyarakat,” kata Henry.

Lebih lanjut Henry mangatakan, ini juga menjadi contoh bagaimana kita bersinergi, semua pihak yang mencintai lingkungan. Yang telah dimulai Pak Ali tersebut adalah sesuatu yang perlu dipelajari oleh BLI. Kenapa ada orang-orang seperti Pak Ali dan kelompoknya, kenapa Pertamina mau men-CSR-kan, dan kenapa Dinas LH dan Bupati berkomitmen, dsb.

Ini menjadi contoh keberhasilkan yang dapat diterapkan, direplikasi di tempat lain, agar seperti Karangsong ini, mengingat lebih banyak orang menebang ketimbang melakukan seperti ini. Padahal kalau dilakukan seperti ini, manfaatnya banyak sekali, masyarakat dapat hidup dari mangrove ini.

“Kami sebagai pemerintah tentunya mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi inisiatif dari masyarakat seperti ini. Ini makanya kita hadir di sini, kita coba mendeklarasikan, harapannya nanti ke depannya semakin banyak pihak yang ikut terlibat secara langsung,” kata Henry.

Sebelumnya Ketua Kelompok Pantai Lestari, Ali Sodikin menceritakan kronologis latar belakang terjadinya ekosistem hutan mangrove Karangsong ini. Akibat abrasi, tahun 2008 ini tempat ini masih laut setinggi leher orang dewasa. Berangkat dari situ, sebagai pembudidaya tambak, Ali dan kawan-kawan Kelompok Pantai Lestari merasa khawatir bagaimana tambaknya nanti.

“Oleh karena itu, kami coba menanam, yang bisa ditanam kita tanam, cuma kurang lebih 2 hektar saja, itupun di tepian. Selama 7 tahun, baru kemudian kami kenalkan ke masyarakat. Setelah itu, tahun 2010 kita dibantu Pertamina (RU VI Balongan) sebanyak 5 ribu batang dan tahun 2012 dibantu 10 ribu batang,” jelas Ali.

Setelah itu, Ali mengajukan permohonan kepada Pertamina untuk dibuatkan track masuk ke dalam untuk bisa melihat seperti apa pertumbuhan tanaman yang ditanam itu sehingga tidak perlu masuk lagi ke dalam air. Permohonan tersebut disetujui. Dengan adanya track tersebut, mulailah ada kesepakatan dengan Pertamina untuk membawa anak-anak sekolah untuk belajar mengenal mangrove dan apa yang ada di dalamnya sampai menjadi track ekowisata mangrove seperti sekarang.

Oleh karena itu, untuk dapat mengembangkannya lebih baik lagi, Ali dan kawan-kawan dari Kelompok Pantai Lestari menyambut baik mangrove center ini akan dijadikan sebagai pusat riset mangrove. “Kami siap membantu apa-apa yang bisa kami lakukan dan perlu kami disampaikan,” kata Ali.

Terkait kronologi tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karangsong, Aep menjelaskan bahwa sejak tahun 1994, pemerintah melalui Dinas LH, Dinas Kelautan dan berbagai pihak sudah melakukan penanaman di Karangsong ini. Namun, tahun 2000-2008 terjadi abrasi yang menyebabkan laut dan tambak rusak.

“Tapi yang berkelanjutan melakukan penanaman adalah Pertamina RU VI Balongan bersama kelompok-kelompok masyarakat berkoordinasi dengan pemda sehingga terbentuklah seperti ini,” ungkap Aep.

Berdasarkan masterplan terkait mangrove center, Aep menjelaskan, Karangsong ini terdiri dari 3 wilayah, yaitu Kecataman Indramayu, Pasekan dan Cantigi. Menurut Aep habitatnya ini memang cocok untuk mangrove. Dari sisi lingkungan terjaga, dari sisi-sisi ekonomi akan muncul.

Kepada wartawan dan rombongan press tour lainnya, Aep mengungkapkan bahwa Pemerintah Daerah Indramayu dibantu Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menyusun masterplan kampung nelayan modern. Dari mulai pendopo, Waduk Bojongsari nantinya akan terintegrasi sampai ke mangrove sini.

“Mudah-mudahan 3 tahun lagi itu sudah tertata. Selain itu, untuk perumahan nelayan, sekarang sedang dibangun jalan aksesnya ke sana. Jadi akan ada kampung nelayan modern menjadi pusat ekosiwata,” kata Aep.

Menanggapi pertanyaan Kepala BLI, kenapa bisa ada mangrove center karangsong ini, Aep menyampaikan ini ada karena ada sinergis dengan berbagai pihak. Dengan pemerintah pusat berkaitan dengan regulasi.

“Regulasi itu penting Pak, karena tanpa regulasi tidak akan jelas. Dengan regulasi, baik di Kementerian LHK, Provinsi dan Pemda bahkan ada juga regulasi tentang itu di Perdes, nebang ada dendanya sekian,” tambah Aep.

Di akhir sambutannya, Aep mewakili Bupati dalam deklarasi tersebut menyampaikan terima kasih kepada BLI, atas dipercayakannya Indramayu menjadi Pusat Riset Mangrove untuk wilayah bagian Barat.

“Untuk ini kami minta dukungan dari masyarakat agar turut menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya ekowisata mangrove ini, Karangsong sudah dikenal luas dan pastinya akan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke sini, sebagaimana kemarin hadir juga duta besar dari 16 negara meninjau ke sini dibawa oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,” harap Aep.***RH

 

Berita Terkait:

Press Tour, BLI dan Mitra Deklarasikan Mangrove Center Karangsong Indramayu Jadi Pusat Riset Mangrove Bagian Barat

Wariskan Semangat Konservasi, Peneliti KLHK dan Mitra Susun Buku “PLH Tematik Mangrove” yang Masuk Kurikulum SD di Indramayu

Penulis : Risda Hutagalung