Dientry oleh Rizda Hutagalung - 10 August, 2018 - 1786 klik
Ekspedisi Membawa Terang ke Tanah Sumba

BP2LHK Makassar (Makassar, Agustus 2018)_Siapa yang tidak tahu Pulau Sumba. Pulau Sumba adalah sebuah pulau di Nusa Tenggara Timur, yang layaknya permata tersembunyi, memiliki keindahan alamnya yang luar biasa memukau. Namun, siapa sangka, dengan segala keindahan alamnya, masyarakat beberapa desa di sana masih merasakan kegelapan karena listrik belum menjangkau daerah mereka.

Dalam rangka membawa terang ke Tanah Sumba ini, Tim Mikrohidro BP2LHK Makassar bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (BTN Matalawa) melakukan ekspedisi selama 16 hari, 10 sampai 25 Juli 2018 lalu. Berikut kisah ekspedisi kami.

Perjalanan dimulai ketika kami mendarat di Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya. Perjalanan Sumba Barat Daya ke Sumba Timur di tempuh selama kurang lebih 4 jam. Tim ekspedisi menyusuri indahnya Bukit Tanarara yang terletak di sepanjang perjalanan menuju ke Sumba Timur.

Dingin, itulah kalimat awal ketika kami sampai di Laironja, Desa Wanggameti, Sumba Timur. Laironja adalah dusun yang menjadi salah satu rencana lokasi pembangunan PLTMH. Angin dan suhu yang dingin memaksa kami harus mengenakan jaket meskipun pada siang hari. Sebagai informasi, Gunung Wanggameti dengan ketinggian 1.225 m/dpl adalah titik tertinggi Pulau Sumba.

Selanjutnya kami melakukan kunjungan ke rumah Kepala Desa Wanggameti dalam rangka sosialisasi dan koordinasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Dusun Laironja. Malam harinya, kami mengadakan pertemuan dengan warga Dusun Laironja untuk perkenalan, sosialisasi dan menanyakan kesiapan warga terkait pembangunan PLTMH.

Hasil pertemuan, masyarakat menyambut baik dan siap karena listrik yang mereka impikan selama ini akan segera terwujud melalui kegiatan pembangunan PLTMH yang diinisiasi BTN Matalawa bekerja sama dengan Litbang LHK Makassar.

Mengawali kegiatan, kami melakukan identifikasi potensi lokasi di Sungai Waimuru. Hasilnya, potensi pengembangan PLTMH di sungai Waimuru ini layak dijadikan pembangkit listrik tenaga mikrohidro berkapasitas hingga 5.000 watt untuk memenuhi kebutuhan sekitar 35 rumah warga Dusun Laironja.

Untuk menunjang data, kami melakukan pengambilan data sosial ekonomi masyarakat calon penguna listrik PLTMH, sehingga ada perbandingan data antara sebelum dan setelah adanya listrik di dusun tersebut.

Perjalanan kami berlanjut ke Desa Mahaniwa, berjarak kurang lebih 1 jam dari Dusun Laironja. Di Mahaniwa kami tinggal di rumah masyarakat dan disambut oleh keceriaan anak-anak. Sama seperti di Dusun Lairanjo, kamipun berkoordinasi dengan aparat desa Mahaniwa tentang rencana pembangunan PLTMH ini.

Hasil identifikasi kami, potensi lokasi di Desa Mahaniwa layak untuk pembangunan PLTMH dengan kapasitas hingga 40.000 watt untuk memenuhi kebutuhan sekitar 65 rumah di Desa Mahaniwa.

Setelah itu, kami mengadakan pertemuan dengan seluruh masyarakat desa Mahaniwa untuk menanyakan kesediaan dan kesiapan mereka dalam berpartisipasi membantu pembangunan PLTMH. Menyambut rencana tersebut, masyarakat menyatakan siap dan setuju berpartisipasi.

Pengambilan data sosial ekonomi masyarakat juga kami lakukan di Desa Mahaniwa. Atas bantuan beberapa warga desa yang ikut mendampingi, pengambilan data berjalan dengan lancar sehingga data sebelum dan setelah adanya PLTMH di Desa Mahaniwa juga dapat diketahui.

Setelah semua selesai, kamipun kembali ke kantor BTN Matalawa untuk membahas hasil yang diperoleh dari lapangan. Diharapkan semoga di tahun ini, pembangunan listrik PLTMH di kedua desa tersebut bisa terealisasi.***Saad & Ade S.

Penulis : Saad & Ade S.