Dientry oleh Risda Hutagalung - 05 August, 2019 - 1637 klik
Aplikasi Mikoriza pada Bibit Tanaman untuk Restorasi Lahan Gambut

Balitbang LHK Banjarbaru (Banjarbaru, Juli 2019) _Kita perlu memperbaiki kondisi hutan kita dengan aplikasi mikoriza pada bibit-bibit yang ditanam di lahan hutan yang terdegradasi, khususnya juga lahan gambut bekas terbakar. Hal ini disampaikan Miss Siu dari The Mushrrom Initiative (TMI), Hongkong dalam sambutannya pada pelatihan “Aplikasi Mikoriza pada Bibit Tanaman untuk Restorasi Lahan Gambut” yang diadakan Balai Litbang LHK Banjarbaru, Rabu (24/7/2019). 

“Saat ini kita dipermudah dalam berkomunikasi dengan adanya jaringan internet. Komunikasi di antara tempat yang berjauhan dengan mudah kita peroleh, tanpa batas ruang dan waktu. Namun perlu diketahui, sebelum manusia menciptakan internet, lebih dahulu teknologi canggih itu sudah digunakan diantara pohon di dalam hutan. Komunikasi ini berkat adanya jaringan mikoriza di dalam tanah,” jelas Siu. 

Siu mengatakan, berdasarkan penelitian, komunikasi ini terjadi melalui pelepasan dan deteksi bahan kimia pembawa informasi di dalam tanah melalui jaringan mikoriza yang bekerja seperti jalan raya informasi yang menghubungkan langsung tanaman. 

“Hal ini dicapai karena jamur seperti benang tumbuh di bawah tanah, menghasilkan untaian yang disebut miselia yang menghubungkan satu sel akar ke akar pohon yang lain,” tambah Siu. 

Hal yang sama juga disampaikan Dr. Maman Turjaman, DEA, peneliti dari Pusat Litbang Hutan Bogor sekaligus koordinator kegiatan penelitian kerjasama TMI Indonesia. Kepada peserta pelatihan, Maman menjelaskan, aplikasi mikoriza pada bibit dapat membantu pertumbuhan tanaman. 

“Mikoriza adalah simbiosis antara fungi dan perakaran tanaman. Dengan aplikasi mikoriza pada bibit tanaman dapat meningkatkan serapan unsur hara dari dalam tanah, sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih baik. Disamping itu, mikoriza bukan unsur kimiawi dan ramah lingkungan. Tanaman akan lebih tahan terhadap kondisi kekeringan dan serangan patogen akar,” jelas Maman. 

Sebelumnya, mengawali pelatihan tersebut, Kepala Balai Litbang LHK Banjarbaru, Ir. Tjuk Sasmito Hadi M.Sc mengucapkan selamat datang kepada peserta dan berterima kasih atas partisipasinya dalam pelatihan ini. 

“Balai Litbang LHK Banjarbaru telah melakukan riset aplikasi mikoriza dan telah menghasilkan produk berupa pupuk bermikoriza untuk aplikasi di lahan gambut,” Kata Tjuk. 

Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 26 peserta dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian Pembangunan Banjarbaru, teknisi dari UPTD BPTH (Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Perbenihan Tanaman Hutan) Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, dan Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. 

Adapun materi pelatihan yang diberikan adalah teori dan praktik aplikasi mikoriza dari peneliti dan teknisi Balai Litbang LHK Banjarbaru. Mikoriza, apa dan bagaimana disampaikan oleh Tri Wira Yuwati, S, Hut, MSc. Pembuatan bibit, sterilisasi media dan aplikasi mikoriza oleh Budi Hermawan. Pembuatan bahan aplikasi Ektomikoriza (ECM) cair, tablet dan kapsul alginate oleh Safinah Hakim, S.Hut, M.Sc dan Ahmad Ali Mustofa, AMd., serta Pengamatan kolonisasi pada akar tanaman oleh Grafi Margaseta, AMd dan Noveani Annisa. 

Dalam kegiatan pelatihan ini juga dipamerkan foto-foto kegiatan TMI Indonesia di Balai Litbang LHK Banjarbaru, display produk-produk ramah lingkungan asli Kalimantan yaitu pengganti polibag dari purun dan bambu, tas purun, topi purun, tempat sampah dari anyaman rotan, atap daun rumbia,  serta topi tanggui. Semua bahan ramah lingkungan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga  menarik dan instagramable.***

Penulis : Tim website