- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Risda Hutagalung -
10 May, 2019 -
1556 klik
Bibit Gerunggang Kurang dari 40 Sentimeter Lebih Adaptif Hadapi Kondisi Ekstrim di Lahan Gambut
BP2LHK Banjarbaru (Banjarbaru, Mei 2019)_Bibit gerunggang (Cratoxylum arborescens (Vahl) Blume.) kurang dari 40 cm lebih adaptif menghadapi kondisi ekstrim di lahan gambut. Hal ini diungkapkan Reny Setyo Wahyuningtyas, Peneliti Muda Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Banjarbaru di ruang kerjanya.
“Bibit gerunggang dengan ukuran tinggi 21-30 sentimeter (cm) dan 31-40 cm menunjukkan adaptasi yang baik terhadap pertumbuhan tinggi setelah ditanam di lapangan. Akan tetapi efeknya terhadap pertumbuhan diameter batang baru dapat menyaingi bibit berukuran >60 cm setelah 8 bulan,” kata Reny mengungkapkan hasil penelitiannya dan tim.
Lebih lanjut Reny menjelaskan bahwa bibit dengan ukuran tinggi >40 cm cenderung mudah stress yang ditunjukkan dengan tingkat mati pucuk yang lebih tinggi dan menggugurkan daun lebih banyak dibandingkan bibit ukuran yang lebih rendah.
“Walaupun ukuran bibit dengan tinggi <40 cm dianggap kurang siap dalam kondisi genangan, tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bibit kecil lebih adaptif menghadapi kondisi ekstrim di lahan gambut,” jelas Reny.
Baca juga: Gerunggang, Jenis Potensial untuk Restorasi Lahan Gambut
Di ruang kerjanya, Reny menjelaskan bahwa rehabilitasi lahan gambut terdegradasi dengan jenis-jenis asli sering terkendala oleh rendahnya kemampuan adaptasi tanaman. Hal ini karena kondisi lahan gambut terdegradasi umumnya terbuka, tergenang pada musim hujan dan kesuburannya rendah.
Akan tetapi karena permudaan gerunggang di alam bervariasi, maka perlu diketahui ukuran bibit gerunggang yang adaptif terhadap kondisi lahan gambut terbuka. Inilah yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini, yaitu bertujuan untuk mengetahui tingkat adaptasi tanaman gerunggang pada lahan gambut terdegradasi di Kalimantan Tengah.
Hasil penelitian Reni menunjukkan bahwa daya hidup tanaman gerunggang pada umur 8 bulan berkisar 90 hingga 100%. Ukuran bibit ternyata berpengaruh signifikan terhadap pertambahan tinggi tanaman gerunggang di lapangan pada umur 1, 3 dan 8 bulan. Sedangkan pertambahan diameter dan jumlah daun hanya menunjukkan pengaruh yang signifikan pada umur 3 bulan saja.
Reni menjelaskan, penelitian ini dilakukan dengan menguji beberapa kelas ukuran tinggi bibit dengan kisaran tinggi 10-90 cm terhadap daya hidup dan pertumbuhan awal tanaman di lapangan. Pada uji coba ini, bibit gerunggang ditanam pada kondisi lahan yang tidak tergenang.
Ketika ditanya terkait latar belakang penelitian ini, Reny menjelaskan bahwa gerunggang (Cratoxylum arborescens (Vahl) Blume.) merupakan salah satu jenis pioner yang cocok untuk rehabilitasi lahan gambut yang rusak. Hasil penelitian sebelumnya oleh Saito et al. (2005) menunjukkan bahwa permudaan gerunggang sangat toleran terhadap kondisi terbuka, penyinaran matahari intensif, suhu tanah tinggi dan kelembaban tanah rendah sehingga cocok untuk jenis rehabilitasi.***