[FORDA] ­_Pemuliaan tanaman yang telah dilakukan Balai Besar Litbang BPTH (B2P2BPTH) dapat mengatasi kebutuhan benih unggul, dalam rangka memenuhi bahan baku kayu maupun bahan baku bukan kayu untuk industri hilir. Benih unggul hasil pemuliaan bila dibandingkan dengan benih bukan hasil pemuliaan memperlihatkan perbedaan yang signifikan terhadap riap volume maupun kualitas kayu.

Hal ini diungkapkan Prof (Ris) Dr. Ir. Mudji Susanto, MP, Peneliti B2P2BPTH dalam Buku Orasi Pengukuhan Profesor Riset berjudul “Pemuliaan Tanaman Hutan Cepat Tumbuh untuk Peningkatan Kualitas Bahan Baku Industri Hilir” miliknya yang diterbitkan IPB Press, baru-baru ini.

Prof. Mudji menjelaskan bahwa kebutuhan bahan baku industri hilir terbagi dua yaitu industri bahan baku kayu dan bahan baku non kayu. Bahan baku kayu terdiri dari industri pulp dan kertas serta industri kayu pertukangan. Untuk industri pulp dan kertas B2P2BPTH telah memuliakan jenis akasia, ekaliptus dan araucaria. Sedangkan untuk industri kayu pertukangan dihasilkan pemuliaan jenis jati, pulai, mahoni, sengon, manglid, warugunung dan meranti.  

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih unggul untuk penghasil kayu dapat meningkatkan riap volume kayu antara 100% sampai 170%, sehingga produktivitas hutan tanaman  atau HTI meningkat untuk mencukupi kebutuhan bahan baku kayu industri hilir," jelas profesor riset bidang genetika dan pemuliaan tanaman hutan ini.

Pemuliaan jenis bahan baku non kayu yang telah dilakukan oleh B2P2BPTH yaitu pemuliaan tanaman kayuputih untuk meningkatkan industri minyak kayu putih, dan pemuliaan tanaman untuk bahan baku kayu energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih unggul untuk penghasil minyak kayu putih dapat meningkatkan rendemen minyak kayu putih sampai 100%, sehingga produk industri minyak kayu putih meningkat.

Sebelumnya dijelaskan bahwa pemuliaan tanaman hutan pada dasarnya merupakan suatu penelitian aplikatif yang ditujukan untuk menghasilkan benih unggul secara genetik. Penelitian ini dilakukan melalui seleksi berulang berdasarkan fenotipe individu tanaman yang mempunyai nilai genetik atau kinerja pemuliaan (breeding value) terbaik.

“Penentuan sifat yang akan dimuliakan dari jenis tanaman hutan tersebut didasarkan oleh kebutuhan bahan baku industri hilir atas referensi pengguna, serta hasil kerja sama dengan HPH HTI maupun Perum Perhutani,” tulis Prof. Mudji.

Menurutnya, program pemuliaan tanaman hutan untuk menghasilkan benih unggul akan mencapai tujuan yang diinginkan dengan dukungan teknologi pengujian kayu dan pemuliaan molekuler serta manajemen sumber benih yang baik.

Sebagai penutup, profesor yang baru dilantik 3 Desember 2020 lalu bersama empat peneliti lainnya ini menyampaikan bahwa penelitian pemuliaan tanaman hutan ke depan harus mempunyai terobosan yang menghasilkan benih unggul dengan integrasi teknologi pemuliaan molekuler menuju “pemuliaan presisi”.

“Metode terbaru dari pemuliaan presisi adalah aplikasi teknologi Genome editing yang merupakan salah satu alternatif teknik rekayasa genetik konvensional. Genome editing diharapkan dapat menghasilkan varietas-varietas unggul baru untuk menopang kebutuhan benih unggul di masa depan,” pungkasnya.*

Unduh Buku di https://www.forda-mof.org/content/publikasi/post/733

Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BIOTIFOR YOGYA):
Jl. Palagan Tentara Pelajar KM15 Purwobinangun, Kec. Pakem, Kab.ya Sleman, Yogyakarta (Indonesia)

Telp. (0274) 895954; 896080 Fax. (0274) 896080

Email               : breeding@biotifor.or.id

Website           : www.biotifor.or.id

Instagram        : https://www.instagram.com/biotifor_jogja

Facebook        : www.facebook.com/Balai-Besar-Litbang-BPTH-187407891327294

Youtube          : http://youtube.com/c/BiotiforJogja

E-Journal        : http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPTH/index