Buku orasi ini memaparkan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penghitungan karbon hutan; prinsip utama penghitungan karbon hutan dan pengembangan sistem dalam konteks MRV mitigasi perubahan iklim; Inovasi sistem penghitungan karbon hutan untuk memperkuat MRV yang handal serta implikasinya pada kebijakan riset perubahan iklim nasional.
Buku Orasi ini menguraikan tentang pentingnya informasi genetik didalam menyusun strategi konservasi genetik; perkembangan konservasi genetik; aplikasi marka DNA dan pemanfaatannya untuk menyusun strategi konservasi genetik serta implikasinya pada kebijakan dalam penyusunan strategi dan pelaksanaan konservasi genetik tumbuhan hutan terancam punah.
Buku orasi ini menguraikan beberapa hal yaitu: Perkembangan teknologi identifikasi kayu melalui analisi anotami kayu dan analisis berbasis DNA; Marka DNA untuk verifikasi legalitas kayu; Prospek DNA untuk verifikasi legalitas kayu; dan Prospek, implementasi kebijakan dan strategi pemanfaatan.
Buku orasi ini memperkenalkan teknologi pemuliaan tanaman sengon untuk mendapatkan benih sengon yang tahan terhadap penyakit karat tumor guna mendorong perkembangan industri perkayuan di Indonesia.
Buku Orasi ini memaparkan pentingnya penguatan teknologi agroforestri selama daur dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat. Materi yang disampaikan mencakup perkembangan teknologi agroforestri di Indonesia, signifikansi teknologi agroforestri selama daur, dan strategi penguatan teknologi agroforestri selama daur dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat.
Buku orasi ini membahas tentang inovasi teknologi mikroorganisme untuk meningkatkan keberhasilan RHL dan produksi gaharu budidaya. Klasifikasi taksonomi fungi yang menjadi fokus riset, yaitu pada fungi ektomikoriza (FEM) termasuk dalam divisi Basidiomycota dan sebagian Ascomycota; Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) termasuk dalam divisi Glomeromycota; Fungi endofit Fusarium solani termasuk dalam divisi Ascomycota. Luaran riset ini adalah produk inovasi teknologi yang menjadi modal dasar implementasi bioekonomi dalam mendukung dan menyukseskan kegiatan RHL serta meningkatkan produk gaharu budidaya.
Buku orasi ini menganalisis implikasi sosial terkait revitalisasi kebijakan pengelolaan hutan nasional menuju Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) yang mencakup identifikasi beberapa faktor penting dalam sistem PHL, telaah kebijakan pengelolaan hutan sebelum era reformasi, analisis kebijakan pengelolaan hutan di era reformasi, dan usulan terobosan kebijakan pengelolaan hutan masa depan.
Dalam orasinya, Prof. Ris. Dr. Yulianti memaparkan bahwa kesatuan mutu genetik, fisik, fisiologis, dan kesehatan benih, akan mempengaruhi performa benih, yang selanjutnya menentukan kualitas bibit hingga produktivitas tanaman di lapangan. Penggunaan benih bermutu dapat meningkatkan produktivitas 30%-50% riap volume pohon. Untuk mendapatkan mutu benih sesuai standar, cara penanganan yang baik harus diterapkan. Teknik penanganan benih tanaman hutan mencakup pengumpulan buah dan indikator kemasakan; ekstraksi benih; pembersihan, seleksi dan sortasi benih; pengeringan benih; pengemasan dan penyimpanan benih serta perkecambahan. Pengelolaan kadar air pada saat penanganan sangat penting untuk diketahui, karena akan berkaitan dengan teknik pengemasan serta penyimpanan benih.
Dalam orasinya, Prof. Ris. Dr. Irfan Budi Pramono menyampaikan bahwa peran hutan dalam mengendalikan hasil air dapat ditingkatkan melalui penerapan teknik konservasi tanah dan air. Ketidaktepatan pemilihan jenis pohon dan terlalu rapatnya tanaman di daerah kering berpotensi mengurangi hasil air. Aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kelembagaan perlu menjadi pertimbangan dalam meningkatkan peran hutan untuk untuk mengendalikan hasil air.
Dalam orasinya, Prof. Ris. Dr. Satria Astana menyampaikan informasi kontribusi hasil hutan kayu, HHBK, dan jasa lingkungan sekaligus menawarkan 3 strategi untuk membangkitkan sekaligus mengurangi emisi sektor riil kehutanan. Pertama, meningkatkan produksi kayu HTI sebesar 9,5% pertahun. Kedua, memperbaiki property rights dalam pengelolaan hutan. Ketiga, mengoreksi distorsi harga kayu bulat di pasar dalam negeri untuk menjamin biaya pengelolaan hutan secara lestari dapat ditutupi oleh harga pasar kayu bulat.
Ministry of Environment and Forestry