Dientry oleh Puslitbang Hasil Hutan - 04 September, 2020 - 695 klik
Strategi Aktualisasi Iptek dan Inovasi BLI untuk Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19

" BLI telah menghasilkan banyak Iptek bidang lingkungan dan kehutanan, antara lain terkait pangan, energi, sosial, lingkungan, dan pengolahan hasil hutan. Semuanya sangat potensial dan siap diaplikasikan untuk berkontribusi mengatasi dampak pandemi di bidang sosial dan ekonomi "

[FORDA] _Pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir, sangat berdampak di berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya pada aspek kesehatan, yang telah menyebabkan puluhan juta orang terinfeksi dan ratusan ribu korban jiwa dari seluruh dunia, pandemi ini juga berdampak pada aspek ekonomi dan sosial secara global.

Bagaimana peran Badan Litbang dan Inovasi KLHK (FORDA) menyikapi kondisi tersebut, dikupas tuntas oleh Dr. Agus Justianto dalam keynote speech-nya pada International Conference on Forest Products (ICFP) 2020: Seri Tematik 12th International Symposium of IWoRS (Indonesian Wood Research Society), yang digelar Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (FORPRO), Selasa (1/9/2020).  

Baca juga: Inovasi Pengolahan Hasil Hutan untuk Masyarakat: Fokus Utama ICFP 2020 - 12th International Symposium of IWoRS

Dalam keynote speech-nya bertajuk “New Strategy: Actualization of Science-Technology and Innovations Applications for Economic Recovery as an Impact of COVID-19 Pandemic”, Agus menyampaikan setidaknya ada empat hal yang dilakukan FORDA untuk berkontribusi mengatasi dampak pandemi di bidang sosial dan ekonomi. 

Empat hal tersebut, yaitu aplikasi Iptek dalam pelaksanaan kegiatan untuk mengatasi dampak Covid-19; Berkontribusi secara tidak langsung melalui penerapan Iptek; Memberikan transfer teknologi untuk meningkatkan kapabilitas masyarakat; dan memberikan sarana teknologi untuk pengembangan usaha berkelanjutan.

“FORDA telah menghasilkan banyak Iptek bidang lingkungan dan kehutanan, antara lain terkait pangan, energi, sosial, lingkungan, dan pengolahan hasil hutan. Semuanya sangat potensial dan siap untuk diaplikasikan,” ujar Agus kepada lebih dari 500 orang peserta yang mengikuti acara tersebut secara virtual, baik melalui Zoom maupun livestreaming YouTube.

Baca juga: FORPRO Kenalkan Inovasi ‘Kayu Baru’ di Ajang ICFP 2020: 12th International Symposium of IWoRS

Untuk mewujudkan peran tersebut, Agus menyampaikan ada lima strategi yang akan dilakukan, yaitu pengembangan program implementasi Iptek potensial, seperti pangan dan energi; dan pengembangan program multi usaha jangka pendek melalui implementasi Iptek.

Strategi lainnya yaitu pengembangan sinergi dengan masyarakat, pelaku usaha, akademisi, dan lembaga litbang lainnya; Pengembangan potensi sumberdaya lokal, seperti aren, bambu, rotan, minyak atsiri, dll; serta pengembangan sistem pemantauan untuk mengukur perubahan pendapatan dan pergerakan ekonomi masyarakat.

“Tahap pelaksanaannya dimulai dari mengidentifikasi potensi Iptek (aplikatif, teknologi sederhana yang mudah diimplementasikan oleh masyarakat), dan menerapkannya untuk memberikan nilai tambah pemanfaatan hasil hutan dan terus mendukung mata pencaharian selama krisis,” jelas Agus.

“Kemudian memberikan pendapatan alternatif dan mata pencaharian yang berkelanjutan. Setelah itu dilakukan pengembangan demplot sebagai model yang dapat direplikasi,” lanjutnya.

Teknologi Arang Terpadu adalah salah satu Iptek yang akan diterapkan. Agus mengatakan, perpaduan arang aktif, arang kompos, dan asap cair ini akan bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

“Arang terpadu juga akan diterapkan untuk pengembangan agroforestri. Dengan demikian, masyarakat memiliki sumber pangan dari tanaman semusim secara berkala,” ujar Agus.

Baca juga: Sukses di Cianjur, Teknologi Arang Terpadu akan Diaplikasikan di Sukabumi

Contoh Iptek lainnya adalah adopsi tanaman penghasil pangan dengan sistem paludikultur juga akan diterapkan dalam strategi ini. Paludikultur adalah budidaya tanaman di ekosistem gambut dengan menjaga daya basah lahan gambut. Spesies yang dipilih untuk paludikultur adalah spesies lokal dan asli.

“Pemulihan fungsi ekosistem gambut dilakukan sekaligus dengan pengembangan tanaman pangan di lahan gambut. Tanaman akan menghasilkan makanan untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Agus.

“Aksi konkrit  sangat diperlukan untuk membantu pemulihan ekonomi berbasis masyarakat sebagai aktor kunci,” pungkasnya.

Sebagai informasi, selain Dr. Agus Justianto, tiga pembicara lainnya juga dihadirkan sebagai keynote speaker dalam konferensi internasional ini yaitu Prof. Kenji Umemura dari Kyoto University, Prof. Nam Hun-Kim dari Kangwon University, dan Dr. Jamaludin Malik dari internal FORPRO. Selengkapnya, acara dapat diakses kembali pada link: https://www.youtube.com/watch?v=-XLt4tBGW7Y *** (WSW)

Penulis : Wening Sri Wulandari
Editor : Risda Hutagalung