Dientry oleh Dyah Puspasari - 11 September, 2020 - 1203 klik
FORDA Ekoliterasi: Edukasi Lingkungan dan Bahaya Merkuri di Nanggung, Bogor

" Saya ingin lingkungan kita ke depannya lebih bersih dari sebelumnya. Saya juga siap untuk menjadi sahabat lingkungan. Saya sangat senang bisa hadir ke acara ini, karena saya jadi lebih tahu tentang lingkungan, tulis Putri Rahayu dari SDN Wates, Nanggung "

[FORDA]_ “Kami siswa-siswi dari Kecamatan Nanggung siap menjadi sahabat lingkungan!” seru 20 siswa sekolah dasar dalam kegiatan FORDA Ekoliterasi yang diselenggarakan Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Kamis (10/09/20), di Aula PGRI Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.  FORDA Ekoliterasi kali ini menampilkan edukasi tentang bahaya merkuri, selain edukasi tentang pentingnya menjaga sumber daya alam dan lingkungan. Acara ini juga digelar secara virtual melalui saluran zoom dan Youtube. 

“Kami berharap kegiatan kali ini dapat menumbuhkan kesadaran generasi Z tentang manfaat hutan dan kekayaan alam serta ancaman kelestariannya. Kami juga berharap generasi muda sadar akan adanya bahan berbahaya dan beracun dan bagaimana mengantisipasinya,” kata Dr. Sylvana Ratina, Sekretaris BLI, dalam sambutan pembukaan acara FORDA Ekoliterasi di Kecamatan Nanggung,Bogor. 

Baca juga: FORDA Ekoliterasi, Mengawal Kesadaran Konservasi Alam Lintas Generasi 

Dalam sambutan yang disampaikan melalui saluran zoom, Sylvana menyampaikan bahwa dalam FORDA Ekoliterasi ini, BLI menghadirkan mobil laboratorium Pusat Litbang Kualitas Laboratorium dan Lingkungan (P3KLL). Selain memberikan edukasi tentang bahaya merkuri, P3KLL juga mengambil contoh rambut siswa untuk diuji kadar merkurinya dalam mobil laboratorium tersebut. 

“Adik-adik akan di tes. Rambutnya diambil sedikit, dan di tes berapa kadar merkurinya,”ujar Dr. Yayuk Siswiyanti, Kepala Bagian Evaluasi, Diseminasi dan Perpustakaan, Sekretariat BLI, saat menyampaikan laporan FORDA Ekoliterasi. 

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Merkuri: Bahaya dan Solusinya 

Menurut Yayuk, ekoliterasi merupakan program rutin di Badan Litbang dan Inovasi.  Materi merkuri diangkat dalam kegiatan ini karena di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor terdapat area pertambangan emas. Kegiatan ini selain memberikan manfaat ekonomi yang besar, juga berpotensi menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan, antara lain akibat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yaitu merkuri. 

Merkuri (Hg /Hydrargyrum) merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, Namun pengetahuan masyarakat terhadap bahaya merkuri masih rendah.  Akibatnya, merkuri masih sering digunakan tanpa prosedur yang benar, terutama dalam proses penambangan tradisional. 

Baca juga: BLI Kampayekan Bahaya Merkuri dan Timbel 

Acara ini mendapat apresiasi dan sambutan dari pimpinan dan jajaran Kecamatan Nanggung. “Saya berharap kegiatan ini tidak berhenti hanya di sini. Setelah diketahui ada hal yang memungkinkan akan berpengaruh pada lingkungan maupun pada kehidupan masyarakat di Kecamatan Nanggung, mungkin ada tindakl lanjutnya, khususnya antisipasi dari kita semua,”harap Drs. Suharsono, Sekretaris Camat Nanggung dalam sambutannya. 

Dipandu oleh Tutik Sriyati, S.Sos, FORDA Ekoliterasi ini meliputi story telling, menonton video lingkungan, game interaktif, pengambilan sampel rambut, dan penyediaan bahan bacaan di mobil pustaka bergerak BLI. Protokol Covid-19 diterapkan dalam kegiatan ini. Setiap peserta duduk berjarak, memakai masker dan juga face shield serta mencuci tangan dengan hand sanitizer yang dibagikan panitia.

Kegiatan diikuti langsung oleh 20 siswa SD yang berasal dari 10 sekolah dasar di Kecamatan Nanggung, Bogor. Selain itu 10 guru pendamping dan beberapa perwakilan kecamatan juga hadir dalam acara ini. 

 

Belajar Lingkungan Bersama Kang Bugi dan Otan 

Drs. Bugi Kabul Sumirat, M.Phil., atau akrab dipanggil Kak Bugi, peneliti dari P3SEKPI yang juga seorang pendongeng, menjadi narasumber dalam acara ini. Bersama boneka orangutan yang akrab dipanggil si Otan, dengan atraktif Kak Bugi bercerita tentang pentingnya alam bagi kehidupan manusia, termasuk bahaya dari merkuri. 

Baca juga: Ekoliterasi Lingkungan Sahabat Kita 

Si Otan mengajak anak-anak untuk menjaga alam, baik dengan menanam pohon, menghemat kertas serta menjaga kebersihan. Selain itu, Si Otan juga mengenalkan satwa dan tumbuhan yang dilindungi di Indonesia, untuk menambah pengetahuan anak-anak tentang sumber daya alam hayati Indonesia.  

Beberapa video ditayangkan untuk ilustrasi kepada anak-anak. Di antaranya video orangutan di alam, ajakan untuk membantu mengurangi kerusakan hutan, dan proses pertumbuhan pohon mulai dari biji. 

Acara dilanjutkan dengan demo uji sampel rambut di mobil laboratorium P3KLL oleh Andrianto, S.Si. analis laboratorium toxic dan Maulana Kusumardani, analis laboratorium air dari P3KLL. Sebanyak 20 sampel rambut siswa dan 5 orang guru diambil dan diuji. Analisis satu sampel rambut membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Satu hasil uji yang sudah keluar menunjukkan angka yang di bawah ambang batas.  

“Kita mensurvei sampai 11 sekolah ingin melihat sumber-sumber potensi merkuri itu bukan hanya dari pertambangan, dari makanan juga bisa. Berapa perluasan pencemaran merkuri yang ada di sini” jelas Andrianto di hadapan para siswa, guru dan juga pihak kecamatan. 

 

Siap Menjadi Sahabat Lingkungan

Para siswa dan guru sangat antusias mengikuti acara ini. Saat dimintai pendapatnya tentang acara ini, salah seorang  siswa, Putri Rahayu dari SDN Wates mengungkapkan harapannya akan lingkungan yang lebih bersih. Cerita lingkungan dalam acara ini menurutnya, juga bisa menjadi contoh buat semua supaya lebih  cerdas untuk merawat lingkungan masing-masing. 

“Saya ingin lingkungan kita ke depannya lebih bersih dari sebelumnya. Saya juga siap untuk menjadi sahabat lingkungan. Saya sangat senang bisa hadir ke acara ini, karena saya jadi lebih tahu tentang lingkungan,”tulis Putri.  Siswa-siswa lainnya juga menuliskan pendapat, harapan dan komitmen yang sama. 

Antusisme yang sama juga disampaikan Arip R. Hakim, S.Pd., guru kelas IV SDN Nanggung 01. Arip menyampaikan banyak sekali edukasi dan ilmu pengetahuan baru yang disampaikan ke peserta didik yang ada di Kecamatan Nanggung. 

“Mudah-mudahan yang terlibat siswa didiknya bukan hanya siswa SD saja, mungkin bisa ditingkatkan di tingkat SMP bahkan SMA, sehingga semuanya dapat berkesinambungan. Kalau bisa tindak lanjut dari kegiatan ini terus menerus,”harapnya. 

 

Harapan dari Peserta Virtual 

Dalam FORDA Ekoliterasi di Kecamatan Nanggung ini, hanya 10 sekolah yang dapat mengikuti acara secara langsung, yaitu SDN Parmun 02, SDN Nanggung 01,  SDN Sukamaju 08, SDN Wates, SDN Parigi, SDN Curbit 01, SDN Nunggul, SDN Curbit 02, SDN Malasari 02, dan SDN Cisarua 01. 

Namun demikian, keterbatasan di masa pandemic Covid-19 ini tidak membatasi FORDA Ekoliterasi untuk menyebarluaskan kegiatannya ke para pihak. Acara yang juga digelar secara virtual melalui zoom dan Yotube sehingga dihadiri oleh sekitar 40 orang dari berbagai instansi dan wilayah di Indonesia.  

Mahardi dari Natuna, menyampaikan “Bagus programnya.” Sementara dari Nabila dari OKU Selatan menuliskan,”Acaranya menarik dan edukatif.” Peserta lainnya berharap acara ini terus berlanjut dengan tema-tema yang berbeda untuk semakin mengedukasi generasi muda, termasuk dapat dilaksanakan di daerahnya. *(DP)

Penulis : Dyah Puspasari
Editor : Yayuk Siswiyanti