Dientry oleh Dyah Puspasari - 04 September, 2020 - 1537 klik
FORDA Ekoliterasi, Mengawal Kesadaran Konservasi Alam Lintas Generasi

" FORDA Ekoliterasi hadir untuk berkontribusi mengawal kesadaran konservasi alam lintas generasi yang berbasis sains. Beragam aktivitas dilakukan untuk terus menggugah dan menumbuhkan kepedulian serta meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang pentingnya sumber daya alam dan lingkungan bagi manusia. "

[FORDA]_Menghadapi tantangan kondisi sumber daya alam dan lingkungan yang terus terdegradasi, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) menyadari bahwa dibutuhkan lebih dari iptek dan inovasi. Membangun kesadaran tentang pentingnya lingkungan hidup yang mengejewantah dalam perilaku, menjadi hal sangat penting yang harus terus dikembangkan. 

FORDA Ekoliterasi, telah menjadi salah satu strategi BLI turut andil dalam upaya tersebut. Melalui FORDA Ekoliterasi, BLI berkontribusi mengawal kesadaran konservasi alam lintas generasi yang berbasis sains. Beragam aktivitas dilakukan untuk terus menggugah dan menumbuhkan kepedulian serta meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang pentingnya sumber daya alam dan lingkungan bagi manusia. 

Ekoliterasi (eco-literacy) atau melek ekologi, pertama kali dikemukakan oleh Fritjof Capra dalam bukunya berjudul The Web of Life: A New Understanding of Living Systems pada 1997 silam. Sejak itu, gagasan ekoliterasi terus berkembang menjadi salah satu solusi membangun kesadaran tentang pentingnya lingkungan hidup. 

Gagasan ini sangat penting bagi pegiat literasi, terutama BLI yang berperan memproduksi iptek dan inovasi LHK serta menyebarluaskan hasil-hasilnya. Generasi muda, sebagai salah satu target penyebaran iptek dan inovasi tersebut, harus mempunyai paradigma pro-lingkungan, karena mereka adalah pewaris sumber daya alam dan hutan di masa depan. 

Kini, di tengah pandemi Covid-19 yang juga harus dihadapi Indonesia selain degradasi alam dan lingkungan, ekoliterasi semakin menjadi kebutuhan. Apalagi berbagai hasil riset telah mengungkapkan, bahwa keanekaragaman hayati yang tinggi dapat melindungi kesehatan manusia dengan mengurangi tingkat penularan patogen sehingga mengurangi risiko penyakit menular tertentu. Aktivitas manusia yang mengeksploitasi satwa liar dan merusak habitat alaminya, telah meningkatkan peluang interaksi hewan-manusia dan memfasilitasi penularan zoonosis. Sekitar 60% dari semua penyakit menular manusia saat ini adalah zoonosis. 

Memperhatikan fakta di atas, ekoliterasi tidak boleh berhenti pada kemampuan generasi muda menyerap bacaan teks dan beragam wacana kontemporer ekologi. Ekoliterasi juga dituntut untuk mampu mengajak generasi muda mewujudkan pemahaman ekologinya dalam aksi nyata yang berkontribusi mengurangi persoalan-persoalan lingkungan hidup. Membaca harus diaktivasi dengan kegiatan menanam misalnya, sebagai manifestasi keberpihakan pada masa depan planet bumi.  

Aksi FORDA Ekoliterasi 

Icon FORDA Ekoliterasi mulai diusung BLI pada akhir 2019. Meski kegiatannya sendiri telah dilakukan sejak bertahun-tahun silam dalam berbagai kegiatan pameran hasil-hasil iptek dan inovasi, maupun menyediakan lokasi tempat magang siswa dan mahasiswa. Yang terbaru adalah mengembangkan kurikulum tematik mangrove untuk siswa SD di Kabupaten Indramayu, yang bahkan berhasil meraih penghargaan MURI

Baca juga: Wariskan Semangat Konservasi, BLI dan Mitra Kembangkan Kurikulum Tematik Mangrove 

Dalam momen Kehati Expo 2019, selama 30 hari, BLI menggelar FORDA Ekoliterasi dengan memamerkan berbagai publikasi terkait Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.  Ratusan siswa sekolah dasar yang datang dari segala penjuru Jakarta hadir dan menikmati berbagai buku bacaan dan dongeng menarik tentang hutan dan satwa. 

Baca juga: Kehati Expo 2019, KLHK Tekankan Unsur Edukasi 

Debut FORDA Ekoliterasi berlanjut dalam kegiatan Perkemahan Bakti Saka Kalpataru dan Saka Wanabakti (PERTIKAWAN) Nasional 2019.  Dengan “Lestari Bumi, Sejahterakan Masyarakat”, BLI selaku host Sub Camp Bogor Forest Science Park (BOFOS) mengajak adik-adik pramuka menjadi agen-agen perubahan. 

Baca juga: BLI Ajak Peserta PERTIKAWAN Nasional 2019 Jadi Agen Perubahan 

Kegiatan terus berlanjut pada Desember 2019, dengan menggelar ekoliterasi untuk mengajak generasi muda, terutama generasi Z untuk semakin mengenal dan mencintai alam. Dalam lingkungan kampus BLI yang rindang, para siswa diajak mengenal alam lebih dekat, membaca buku serta melihat langsung penangkaran rusa yang ada di BLI. 

Baca juga: FORDA Youth: Ajak Generasi Muda Cintai Alam 

Kegiatan ekoliterasi ini juga dilakukan oleh unit-unit kerja BLI di daerah. Di antaranya kawasan Edupark Lebah Kelulut, Rusa Sambar dan Konservasi Anggrek yang dikembangkan oleh BP2LHK Banjarbaru. Di areal ini, tersedia beberapa sarana edukasi yang bertujuan untuk mengenalkan hutan, satwa, membuat tanaman dan manfaat-manfaat lainnya. Kegiatan serupa juga telah dilaksanakan di B2P2EHD Samarinda dalam bentuk Widyawisata LHK bagi siswa sekolah dasar. 

Baca juga: Pengunjung Edupark BP2LHK Banjarbaru Terus Meningkat 

BP2LHK Banjarbaru juga melakukan program RePeat (Rehabilitation of Peatland). Kegiatan ini melaksanakan kegiatan rehabilitasi lahan gambut secara kolaborasi dengan mengajak berbagai komponen masyarakat termasuk para siswa. Dimulai sejak 2016, hingga 2019 telah dilaksanakan sebanyak 27 kali penanaman. 

Baca juga: RePeat Lagi, 1.100 Bibit Meranti Rawa Ditanam di Lahan Gambut Tumbang Nusa 

Sementara di KHDTK Aek Nauli, dengan mengusung konsep edutainment, BP2LHK Aek Nauli juga menyediakan wisata ilmiah yang sangat menarik. Di sini, pengunjung dapat melihat atraksi panen madu lebah, panen getah pinus, penyadapan dan panen getah kemenyan, konservasi gajah jinak dan atraksi memanggil siamang. Tidak hanya menyaksikan, pengunjung juga dapat praktek langsung  memanen madu, getah pinus dan kemenyan, serta berinteraksi dengan gajah.  

Baca juga: Wagub Sumut Apresiasi Wisata Ilmiah KHDTK Aek Nauli 

Sementara di Manado, ada kegiatan Anoa Goes to School dan juga Anoa School Outreach. Ini merupakan salah satu program pendidikan konservasi satwa endemik Sulawesi, yang dimotori oleh Anoa Breeding Centre (ABC) BP2LHK Manado. Berkolaborasi dengan berbagai mitra konservasi, kegiatan ini membidik masyarakat khususnya anak usia sekolah, untuk mengenalkan konservasi sejak dini. 

Baca juga: Anoa Goes to School, Kolaborasi untuk Pendidikan Konservasi 

Kini, di 2020, kegiatan FORDA Ekoliterasi terus berlanjut, meski di tengah keterbatasan karena pandemi Covid-19. Protokol kesehatan yang ketat dilakukan termasuk menerapkan cara-cara baru yang mengedepankan penggunaan teknologi informasi untuk memperluas jangkauan publik, sehingga kampanye konservasi alam berbasis sains dapat terus berlanjut. 

Kegiatan yang telah dilakukan BLI di 2020 antara lain FORDA Ekoliterasi “Lingkungan Sahabat Kita” yang telah diselenggarakan di MI Ibnu Aqil Bogor dan akan dilanjutkan di Kecamatan Nanggung Bogor. Kegiatan diskusi dengan berbagai topik juga dilakukan secara virtual, di antaranya konservasi macan tutul jawa, burung Teluk Kupang, ekowisata mangrove, mengenal kayu eboni, mengenal merkuri, dan masih banyak lagi. 

Berbagai informasi tersebut dapat diakses melalui https://www.forda-mof.org. Semuanya dilakukan dengan tujuan tidak hanya untuk menyebarluaskan hasil iptek dan inovasi BLI, melainkan juga untuk terus mengawal dan mengembangkan menumbuhkan kepedulian serta meningkatkan pengetahuan masyarakat dan generasi muda tentang pentingnya sumber daya alam dan lingkungan bagi manusia.*(DP)

Photo cover: Zahra Syifa Aulia (Siswa kelas 6 SDN Polisi 6 Bogor)

Sumber bacaan:

  1. Sonny Keraf. Frintjop Capra tentang Melek Ekologi Menuju Masyarakat Berkelanjutan
  2. David Efendi. Ayat-ayat Ekoliterasi dan Hukum Keseimbangan

 

Penulis : Dyah Puspasari
Editor : Muhammad Sahri Chair