No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
1 |
Sifat Pengkaratan Besi pada Sebelas Jenis Kayu |
Djarwanto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2010 |
Sebelas jenis kayu yang berasal dari Cianjur Selatan, Sukabumi, Jawa Barat dan Probolinggo, Jawa Timur di uji sifat pengkaratannya terhadap sekrup logam menggunakan metode jam-pot. Contoh uji diambil dari bagian tepi (A), tengah (B), dan dalam (C) dolok. Hasilnya menunjukkan bahwa pengkaratan logam terjadi pada semua jenis kayu yang diuji. Tingkat pengkaratannya ditunjukkan dengan besarnya kehilangan berat sekrup yang bervariasi. Sifat korosif logam yang besar umumnya terjadi pada kayu ki hiur (Castanopsis acuminatissima A.DC.). Kehilangan berat sekrup tertinggi didapatkan pada kayu ki hiur yang berasal dari bagian dalam yaitu 6,89%. Sedangkan kehilangan berat sekrup terendah terjadi pada bagian dalam kayu huru mentek (Lindera polyantha Boerl.).
Detail |
|
2 |
Pembuatan Karton Skala Industri Kecil dari Campuran Limbah Pembalakan dan Sludge Industri Kertas |
Han Roliadi & Setyani Budi Lestari |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2010 |
Percobaan pembalakan kayu hutan alam produksi menjadi pulp dan pembuatan karton skala industri kecil menggunakan campuran pulp limbah KHAP tersebut dan sludge industri kertas pada 2 proporsi yaitu 50%:50% dan 25%:75%. Pengolahan limbah pembalakan KHAP menjadi pulp dilakukan dengan proses semi kimia soda panas pada skala semi pilot dengan kondisi konsentrasi alkali 14% dan 16%, dan perbandingan berat limbah dengan larutan pemasakan 1:5,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pulp pada konsentrasi alkali 14% lebih sesuai sebagai bahan pencampur sludge untuk pembuatan karton, ditinjau dari rendemen pulp, konsumsi alkali, dan bilangan kappa. Rendemen dan sifat fisik dan kekuatan karton dari campuran pulp limbah pembalakan KHAP (50%) dan sludge (50%) berikut bahan aditif, lebih tinggi dibandingkan dengan dari campuran pada proporsi 25%:75% (juga dengan aditif). Selanjutnya, sifat fisik/kekuatan karton dari proporsi campuran 50%:50% tersebut lebih tinggi dari pada sifat karton produksi industri rakyat dari campuran kertas bekas (50%) dan sludge (50%) tanpa aditif, dan banyak memenuhi persyaratan karton komersial; dan juga dari pada sifat karton dari campuran pulp limbah pembalakan kayu hutan tanaman dan sludge (pada proporsi 50%:50%, dan dengan aditif pula). Dengan demikian pulp limbah pembalakan kayu hutan alam berprospek cerah sebagai bahan substitusi campuran sludge pada industri karton rakyat yang menggunakan kertas bekas
Detail |
|
3 |
Pengaruh Susunan Lamina Kayu Karet Tua Terhadap Sifat Kekuatan Balok Silang-I Laminasi |
Han Roliadi & Nurwati Hadjib |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2010 |
Perakitan balok silang-I laminasi dilakukan menggunakan kayu karet tua (Hevea brasiliensis) asal pohon karet yang sudah tidak produktif lagi menghasilkan getah lateks (umur sekitar 25-30 tahun). Mula-mula, dolok kayu karet (diameter sekitar 10-25 cm) terlebih dulu dibentuk menjadi lamian (bilah-bilah) melalui penggergajian. Rendemen bilah tersebut (36-39%) masih lebih rendah dari pada rendemen yang umum dari kayu berdiameter besar. Bilah yang dihasilkan dirakit menjadi balok silang-I menggunakan perekat fenol-resorsinol-formaldehida pada suhu kamar.
Hasil perakitan menunjukkan kekuatan balok silang-I laminasi dengan profil rekatan horisontal antar lamina dibagian tubuh (keteguhan lengkung pada batas proporsi = 132.97 kg/cm2, MOR = 184.13 kg/cm2, MOE = 54425.196 kg/cm2, dan keteguhan geser horisontal = 2.9397 kg/cm2 ) lebih rendah dari pada sifat balok kayu karet utuh berdimensi kecil bebas cacat, tetapi lebih tinggi dari pada balok silang-I laminasi dengan profil rekatan vertikal dan produk balok laminasi (glulam) juga dari kayu karet tua dengan profil rekatan horisontal antar lamina. Di samping itu terdapat korelasi nyata negatif antara sudut jari-jari kayu – bidang rekatan dengan sifat mekanis/ kekuatan balok Silang-I laminasi. Ini mengindikasikan prospek positif pembuatan balok Silang-I laminasi laminasi dari kayu karet tua dengan profil rekatan vertikal tersebut untuk tujuan konstruksi, karena dapat lebih menghemat pemakaian bahan baku.
Detail |
|
4 |
Studi komparasi aplikasi penebangan ramah lingkungan di riau dan jambi |
Sona Suhartana & Yuniawati |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2010 |
Teknik penebangan ramah lingkungan (RIL) ditengarai dapat meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2009 di dua perusahaan hutan di Riau dan Jambi, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik penebangan RIL terhadap produktivitas, biaya produksi dan efisiensi pemanfaatan kayu. Data yang dikumpulkan berupa volume kayu, waktu tebang dan biaya yang dikeluarkan dari teknik penebangan RIL dan teknik setempat dengan ulangan masing-masing 15 pohon. Analisis data dilakukan dengan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik penebangan RIL di hutan tanaman rawa gambut dapat: 1) meningkatkan produktivitas sebesar 0,328 m3/jam (Riau) dan 0,982 m3/jam (Jambi); 2) menekan biaya produksi sebesar Rp 1.767,1/ m3 (Jambi) dan Rp 518,6/ m3 (Riau); 3) meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu sebesar 7,9% yang setara dengan Rp 25.438.000.000,-/tahun (Jambi) dan 5,6% yang setara dengan Rp 15.680.000.000,- /th (Riau). Berdasarkan ketiga aspek ini, ternyata aplikasi RIL di Jambi lebih baik dari pada di Riau.
Detail |
|
5 |
Daya Tahan 25 Jenis Rotan Terhadap Rayap Tanah |
Jasni & Han Roliadi |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2010 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan 25 jenis rotan terhadap serangan serangga rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dengan menggunakan contoh uji berukuran panjang 2 cm dan diameter tergantung jenis rotannya. Pengujian berlangsung dalam jampot yang didalamnya terdapat 200 ekor rayap tanah kasta pekerja yang sehat dan aktif. Parameter yang diuji adalah persentase penurunan berat rotan dan persentase rayap yang yang hidup, yang kemudian melalui bantuan penelaahan statistik dipakai sebagai dasar penggolongan 25 jenis rotan tersebut menurut kelas ketahanannya. Disamping itu dilakukan pula pengamatan secara subyektif derajat serangan rayap terhadap rotan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 25 jenis rotan yang diteliti, 7 jenis (28%) termasuk kelas ketahanan tinggi (kelas I dan II), sisanya yaitu 18 jenis (72%) termasuk kelas ketahanan rendah (kelas III,IV dan V). Dalam penggunaan rotan dengan kelas ketahanan rendah diperlukan proses pengawetan. Walaupun diamati secara subjektif, ternyata derajat serangan rayap berkorelasi positif dengan penurunan berat rotan (R = + 0,618**) dan jumlah rayap hidup (R = + 0,697**).
Detail |
|
6 |
Pengaruh ketebalan kayu, konsentrasi larutan dan lama perendaman terhadap hasil pengawetan kayu |
Neo Endra Lelana & Barly |
- Nama : Neo Endra Lelana, S.Si, M.Si
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Pusat Litbang Hutan
- Email :
|
|
2010 |
Sifat keterawetan kayu dicirikan oleh jenis kayu, keadaan kayu, teknik dan bahan pengawet yang digunakan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketebalan kayu, konsentrasi bahan pengawet, dan lama perendaman terhadap hasil pengawetan kayu yang dicapai. Kayu kering, sengon (Paraseriantheus falcataria Nielsen) dan tusam (Pinus merkusii jung et de Vries) diawetkan menggunakan campuran boraks dan asam borat dengan proses rendaman dingin dan rendaman panas-dingin. Retensi dinyatakan dalam kg/m3 asam borat (BAE) dan penetrasi dalam persen luas bidang yang ditembus. Pada perendaman dingin, retensi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan lama perendaman 168 jam pada konsentrasi 10%, yaitu sebesar 32,58 kg/m3, sedangkan terendah ditunjukkan oleh perlakuan dengan lama perendaman 24 jam pada konsentrasi 5%, yaitu sebesar 8,17 kg/m3. Sementara itu pada perendaman panas dingin, retensi tertinggi ditunjukkan oleh tebal kayu 15 mm dengan lama perendaman 7 jam, yaitu sebesar 11,54 kg/m3 dan terendah ditunjukkan oleh tebal kayu 45 mm dengan lama perendaman 1 jam, yaitu sebesar 3,44 kg/m3.
Detail |
|
7 |
Analisis Teknis dan Finansial Produksi Arang dan Cuka Kayu dari Limbah Industri Penggergajian dan Pemanfaatannya |
Tjutju Nurhayati & Yelin Adalina |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2009 |
Limbah serbuk gergaji dan sebetan dari industri penggergajian kayu rakyat secara teknis dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi arang dan cuka kayu secara terpadu karena kualitas produk masing-masing memenuhi SNI dan Jepang. Limbah sebetan yang diproduksi pada tungku kubah batu-bata yang dilengkapi dengan unit pendingin air menghasilkan rendemen arang 33,6% dan cuka kayu 40,6%. Analisis financial limbah sebetan menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi dapat diperoleh setelah 32,9 bulan, tingkat bunga maksimum 79 % dan besarnya nisbah manfaat terhadap biaya 1,08. Oleh karena itu hasil penelitian produksi sebetan ini layak dikembangkan pada usaha skala kecil. Limbah serbuk gergaji tidak layak dikembangkan karena investasi lebih tinggi dari nilai hasil produksi. Berdasarkan analisis financial arang sebetan dapat digunakan untuk bahan baku arang aktif yang diproduksi pada tungku arang aktif model pedesaan dengan menggunakan kayu bakar sebagai sumber energinya layak dikembangkan secara komersial, dengan jangka waktu pengembalian investasi dapat diperoleh setelah 35,8 bulan, tingkat bunga maksimum sebesar 13 % dan besarnya nisbah manfaat terhadap biaya adalah 1,003. Pemanfaatan cuka kayu pada budidaya tanaman padi diperlukan sebanyak 40 liter/ha dapat memberikan keuntungan usaha pada petani sebesar Rp 9.980.500 .-per ha sedangkan tanpa cuka kayu Rp 6.761.500.- per ha.
Detail |
|
8 |
Dekomposisi Daun dan Ranting Mangium dan Ekaliptus Oleh Delapan Isolat Fungi Pelapuk |
Djarwanto, Sihati Suprapti dan Ridwan Achmad Pasaribu |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2009 |
Studi dekomposisi daun dan ranting mangium (Acacia mangium) dan ekaliptus (Eucalyptus sp.) yang disterilkan, menggunakan delapan isolat fungi pelapuk yaitu HHBI-204 (Schizophyllum commune), HHBI-302, HHBI-341, HHBI-346-350, dan diinkubasikan selama 30 hari secara laboratoris. Tingkat degradasi contoh uji dievaluasi berdasarkan perubahan kandungan karbon organik, nitrogen total, kadar unsur hara, dan kapasitas tukar kation (KTK). Hasilnya menunjukkan bahwa inokulasi fungi berpengaruh terhadap kandungan kimia contoh uji tersebut. Nisbah C/N berkisar antara 24,3-33,4 (untuk mangium) dan 19,5-27,6 (untuk ekaliptus). Nisbah C/N yang rendah dijumpai pada mangium yang diinokulasi HHBI-341, HHBI-346 dan HHBI-350 yaitu masing-masing 25,9; 25,0 dan 24,3; dan pada ekaliptus yang diinokulasi HHBI-302, HHBI-341, HHBI-346 dan HHBI-350 berturut–turut yaitu 20,1; 19,8; 19,5 dan 20,9. Pada mangium, kandungan unsur hara berkisar antara: N 0,52%-0,86%; P 0,32%-0,38% dan K 0,16%-0,21%. Pada ekaliptus, kandungan unsur berkisar antara: N 0,66%-0,94%; P 0,32%-0,38% dan kadar K 0,2%-0,30%. Nilai KTK contoh uji masing-masing adalah 23,48 me/100 g - 28,71 me/100 g (mangium) dan 25,73 me/100 g - 29,11 me/100 g (ekaliptus).
Detail |
|
9 |
Isolasi dan Seleksi Mikroba Potensial Sebagai Aktivator Pengomposan untuk Mendekomposisi Limbah Kulit Acacia Mangium |
Gusmailina |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2009 |
Kulit kayu merupakan limbah organik yang dapat dimanfaatkan kembali secara efektif dengan memberi perlakuan yang tepat. Beberapa jenis kulit kayu dapat menyebabkan racun bagi pertumbuhan akar tanaman, sehingga harus diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum digunakan. Salah cara adalah melalui pengomposan. Dalam proses tersebut diperlukan mikroorganisme sebagai aktivator yang berperan mendegradasi kulit kayu dalam waktu singkat. Kulit kayu yang telah terdekomposisi dan menjadi kompos selanjutnya dapat digunakan sebagai media tumbuh tanaman baik di persemaian mapun di lapangan. Penelitian bertujuan mencermati mikroba potensial efektif digunakan sebagai aktivator pada pengomposan limbah kulit Acacia mangium, meliputi tahapan eksplorasi, isolasi, dan seleksi mikroba yang terdapat pada limbah kulit tersebut. Isolasi mikroba dilakukan pada berbagai tempat habitat alami yaitu pada areal tumpukan kulit mangium di PT. TEL (Tanjung Enim Lestari) Pulp & Paper (Sumatera Selatan) dan PT. IKPP (Indah Kiat Pulp & Paper), Perawang (Riau). Hasil menunjukkan bahwa dari dua lokasi eksplorasi yang telah dilakukan, diperoleh 46 isolat mikroba yang terdiri dari 23 isolat fungi dan 23 isolat bakteri. Sebanyak 30 isolat (15 isolat fungi & 15 isolat bakteri) asal PT. TEL Palembang, dan 16 isolat (8 isolat fungi & 8 isolat bakteri) asal PT. IKPP, Perawang, Pekanbaru. Hampir semua isolat fungi positif mempunyai kemampuan menguraikan lignin dan selulosa dengan kecepatan sedang hingga cepat, sedangkan isolat bakteri yang diperoleh ternyata hanya bersifat pembusuk. Diantara semua isolat yang diperoleh, terpilih 7 isolat fungi yang diperkirakan potensial efektif mewakili ke dua lokasi.
Detail |
|
10 |
Karakteristik Pupuk Organik Limbah Padat Industri Pulp Plus Arang Serbuk Gergaji |
Sri Komarayati |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Penelitian ini mengemukakan proses pembuatan pupuk organik dari limbah padat industri pulp dengan bahan baku kayu mangium (Acacia mangium). Proses pengomposan berlangsung dengan adanya penambahan aktivator sebesar 10% pada limbah padat industri pulp. Selain itu ditambahkan juga arang serbuk gergaji sebesar 10%. Campuran limbah padat, aktivator dan arang serbuk gergaji diaduk sampai homogen dan dibiarkan selama 60 hari. Setelah selesai proses pengomposan, pupuk organik plus arang serbuk gergaji dijemur, digiling dan disaring, akhirnya siap untuk digunakan.
Dari penelitian pembuatan pupuk organik plus arang serbuk gergaji diperoleh hasil sebagai berikut: kadar air 32,90-39,40%; pH 6,70-6,90; nisbah C/N 18,70-23,70; C organik 24,17-28,26%; N 1,19-1,29%; P2O5 total 0,53-0,63%; CaO total 0,27-0,34%; MgO total 0,26-0,27%; K2O total 0,63-0,68% dan KTK 29,34-32,44 meq/100 g. Kandungan logam berat Pb 0,07-0,09 ppm dan Cd 0,02 ppm.
Untuk meningkatkan kualitas pupuk organik plus arang serbuk gergaji dilakukan penambahan spora ektomikoriza dan tanah liat yang kemudian dicetak berbentuk tablet.
Detail |
|