No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
31 |
Pembuatan Arang Aktif dari Kayu Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) |
R. Sudradjat, Anggorowati & D. Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi proses yang optimum pada pembuatan arang aktif dari kayu jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan mengetahui konsentrasi optimum dari penggunaan arang aktif jarak untuk pemucatan minyak jarak. Faktor perubah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu : konsentrasi H3PO4 (5%, 10% dan 15%) dan suhu aktifasi (650oC, 750oC dan 850oC). Parameter yang diamati adalah rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat, daya serap iod dan benzena. Untuk pemucatan minyak jarak parameternya adalah : rendemen, kejernihan, bilangan asam dan bilangan peroksida. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa konsentrai H3PO4 meningkatkan daya serap iod dan benzena secara nyata, tetapi pengaruh suhu hanya nyata terhadap peningkatan daya serap iod. Sifat fisiko-kimia yang optimum dari arang aktif dihasilkan dengan menggunakan suhu aktifasi 750oC dan konsentrasi H3PO415%. Kondisi optimum ini memberikan rendemen arang aktif 52,5%, kadar air 4%, zat terbang 11,8%, abu 19,29%, karbon terikat 68,91%, daya serap iod 1039,2 mg/g dan benzena 13,5%. Kecuali daya serap benzena, semua sifat arang aktif lainnya memenuhi SNI 06-3730-1995. Karbon aktif yang dibuat dengan kondisi optimum, berhasil dengan baik digunakan sebagai absorben untuk pemucatan minyak jarak pagar kasar, karena berhasil meningkatkan kejernihan minyak tersebut hingga 92% - 105% dan mengurangi bilangan asam hingga 27% – 32 %.
Detail |
|
32 |
Potensi dan Biaya Pemungutan Limbah Penebangan Kayu Mangium sebagai Bahan Baku Serpih |
Sukadaryati, Dulsalam & Osly Rachman |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Pemanfaatan kayu di hutan sampai saat ini masih dirasakan belum optimal, terbukti masih tingginya limbah kayu dari kegiatan pemanenan. Limbah yang terjadi dari pohon yang ditebang sampai dengan diameter batang minimum 15 cm adalah sebesar 57%. Oleh karena itu langkah-langkah pengelolaan hutan menuju zero waste perlu dilakukan. Salah satu cara untuk meningkatkan pemanfaatan hutan tanaman adalah memanfaatkan limbah penebangan hutan tanaman menjadi bahan baku serpih. Penelitian potensi dan biaya pemungutan limbah penebangan kayu mangium telah dilakukan di BKPH Parungpanjang, KPH Bogor pada tahun 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata potensi dan biaya pemungutan limbah penebangan kayu mangium sebagai bahan baku serpih adalah 0,079 m3/pohon atau 15,4% dan Rp 15.250/sm. Potensi limbah penebangan mangium sebagai bahan baku serpih yang layak diusahakan adalah sebesar 8,33 sm/ha atau 4,44 m3/ha. Sementara itu harga pokok limbah kayu mangium adalah sebesar Rp 23.375/sm. Dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam bentuk kebijakan yang dapat mendorong kembali masyarakat sekitar hutan untuk memanfaatkan limbah penebangan kayu dari hutan tanaman sebagai bahan baku serpih. Kebijakan tersebut berupa kemudahan dalam memperoleh limbah kayu dengan harga sesuai besarnya biaya eksploitasi dan menetapkan harga dasar serpih yang tidak terlalu tinggi.
Detail |
|
33 |
Produktivitas dan Biaya Penyaradan Kayu dengan Traktor Pertanian yang Dilengkapi Alat Bantu |
Sukadaryati, Dulsalam & Djaban Tinambunan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Penelitian produtivitas dan biaya penyaradan kayu dengan traktor pertanian yang dilengkapi alat bantu dilakukan di hutan tanaman kayu mangium di KPH Bogor. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi teknis finansial tentang penyaradan kayu dengan traktor pertanian yang dilengkapi alat bantu. Data panjang dan diameter kayu yang disarad, waktu kerja dan biaya penyaradan dikumpulkan. Hasil penelitian penyaradan menggunakan traktor pertanian yang dilengkapi alat bantu sederhana mampu menyarad 3 batang/rit atau 2,075 m3.hm/jam. Traktor pertanian yang dilengkapi alat bantu winch menghasilkan produktivitas penyaradan yang lebih baik, yaitu sebesar 2,328 m3.hm/jam. Biaya penyaradan dengan traktor pertanian yang dilengkapi alat bantu sederhana sedikit lebih rendah dibanding biaya penyaradan dengan traktor pertanian yang dilengkapi alat bantu winch. Disarankan bahwa alat bantu taktor pertanian perlu disempurnakan. Di samping itu penyaradan pada areal dimana penyaradan secara manual tidak mungkin dapat dilakukan, traktor pertanian yang dilengkapi alat bantu dapat dijadikan salah satu alternatif.
Detail |
|
34 |
Kualitas Rekatan Bilah Sambung Jari pada LimaJenis Kayu dengan Perekat Lignin dan Tanin |
Adi Santoso, Osly Rachman & Jamaludin Malik |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komponen senyawa dalam lignin dan tanin dapat dibuat kopolimer dengan resorsinol dan formaldehida membentuk resin lignin- dan tanin formaldehida untuk produksi kayu lamina eksterior. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas lignin resorsinol formaldehida dan tanin resorsinol formaldehida dalam pembuatan bilah sambung jari dari lima jenis kayu untuk bangunan perkapalan, yaitu: tempeas (Teysmanniodendron sympliciodes Kosterm), waru (Hibiscus tiliaceus L), bunyo (Trioma malaccensis Hook F.), gambir (Trigonopheura malayana Hook F.), dan rasamala (Altingia excelsa Noronha) terhadap sifat mekanisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak dijumpai adanya delaminasi bilah sambung jari pada kelima jenis kayu. Sifat mekanis dari bilah sambung jari dipengaruhi secara nyata oleh jenis kayu, jenis perekat dan interaksi kedua faktor tersebut.
Detail |
|
35 |
Pengaruh Lama Aktivasi Terhadap Struktur Kimia dan Mutu Arang Aktif Serbuk Gergaji Sengon |
Gustan Pari, Kurnia Sofyan , Wasrin Syafii & Buchari |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh lama aktivasi terhadap perubahan struktur kimia dan mutu arang aktif. Arang aktif dibuat di dalam retor baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik pada suhu 850oC dengan lama waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit dengan menggunakan uap air sebagai bahan pengaktif. Evaluasi strukur kimia arang aktif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri infra merah (FTIR), X-ray difraksi (XRD dan elektron mikroskop (SEM). Mutu arang aktif terbaik dihasilkan pada arang yang diaktivasi selama 90 menit. Rendemen yang dihasilkan sebesar 13,75 %, kadar air 3,03 %, abu 23,57 %, zat terbang 11,12 %, karbon 65,31 %. Daya serap terhadap iodin sebesar 1003,9 mg/g, benzena 19,10 %, formaldehida 40,55 % dan metilina biru 282,19 mg/g. Mutu arang aktif yang dihasilkan ini, terutama apa bila dilihat dari besarnya daya serap terhadap iodin dan metilina biru memenuhi persyaratan Standar Indonesia. Hasil pengkajian struktur arang aktif dengan menggunakan XRD menunjukkan tinggi (Lc) dan jumlah (N) lapisan aromatik meingkat dengan makin lamanya waktu aktivasi, sedangkan lebar (La) lapisan aromatik dan derajat kristalinitasnya (X) menurun dengan jarak antar lapisan (d) stabil. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa permukaan arang aktif mengandung ikatan C-O dan C-H, dan hasil analisis SEM menunjukkan jumlah dan diameter pori meningkat dengan makin lamanya waktu aktivasi dan didominasi oleh makropori
Detail |
|
36 |
Pengeluaran Sisa Kreosot dalam Tiang Listrik Bekas Pakai menggunakan Perlakuan Uap |
Han Roliadi & Elvin T. Choong |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Keberadaan sisa-sisa kreosot dalam produk kayu bekas pakai dan tak lagi digunakan, diantaranya tiang listrik bekas, dapat mengakibatkan kesulitan/masalah dalam pemanfaatannya menjadi produk berguna lain seperti: papan blok, papan partikel, papan serat, dan pulp/kertas. Maka, sisa kandungan kreosot tersebut harus dihilangkan atau diturunkan menggunakan perlakuan khusus yang efektif. Sebelum perlakuan uap, tiang listrik tedsebut perlu dibuat menjadi partikel-partikel berukuran kecil, antara lain serbuk gergaji sehingga memudahkan penguapan kreosot oleh uap. Perlakuan uap terhadap tiang listrik bekas pakai telah dicoba keefektifannya dalam menghilangkan/menurunkan sisa kandungan kreosotnya. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan uap dapat menurunkan kandungan kreosot hingga 1,31 persen, untuk kandungan awal kreosotnya yang berbeda-beda. Tiang listrik dengan kandungan kreosot lebih tinggi membutuhkan waktu perlakuan uap lebih lama. Pada kandungan awal kreosot tertentu atau sama, penurunan/pengeluaran kreosot pada batang/tiang listrik bekas yang berumur pakai lebih lama ternyata lebih sulit dari pada tiang listrik berumur lebih muda. Pada berbagai umur Selanjutnya baik pada tiang listrik berumur lebih muda ataupun lebih tua, penurunan/pengeluaran kresosote juga lebih sulit pada bagian dalam batang/tiang dibandingkan dari bagian yang lebih dekat permukaan batang/tiang. Perlakuan uap merupakan cara yang murah dan efisien menurunkan kandungan kreosot. Penurunan lebih lanjut kreosot yang tersisa dalam batang dapat dilakukan dengan
Detail |
|
37 |
STRUKTUR TEGAKAN TINGGAL PADA UJI COBA PEMANENAN DI HUTAN PENELITIAN LABANAN, KALIMANTAN TIMUR |
Amiril Saridan & Sri Soegiharto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda |
2012 |
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang struktur tegakan tinggal pada berbagai teknik pemanenan yang berbeda. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di plot STREK di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dalam penelitian ini digunakan empat tipe perlakuan pemanenan yaitu pemanenan ramah lingkungan (RIL) dengan limit diameter ≥ 50 cm dan ≥ 60 cm, pemanenan secara konvensional (CNV) dengan limit diameter ≥ 60 cm, dan hutan primer sebagai kontrol. Pengukuran dilakukan setiap dua tahun, meliputi jenis pohon, jumlah pohon, dan diameter pohon 10 cm ke atas. Pengolahan dan analisis data secara umum dilakukan dengan menghitung kerapatan tegakan tinggal berdasarkan jumlah pohon dan bidang dasar serta volume. Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2008 dalam 10 kali periode pengamatan menunjukkan bahwa rataan kerapatan tegakan untuk teknik pemanenan yang berbeda dan hutan primer dari tahun ke tahun selalu meningkat. Selama 10 kali periode pengamatan kerapatan pohon pada RIL diameter > 50 cm, RIL diameter > 60 cm, CNV diameter > 60 cm, dan hutan primer secara berturut-turut adalah 624,0 batang/ha/tahun, 618,9 batang/ha/tahun, 590,9 batang/ha/tahun, dan 511,2 batang/ha/tahun. Kondisi bidang dasar tegakan setelah pemanenan lebih besar dibanding sebelum pemanenan. Rataan volume tegakan sebelum pemanenan tahun 1990 yang meliputi RIL > 50 cm, RIL > 60 cm, CNV > 60 cm, dan kontrol plot berkisar antara 231,26 m3/ha – 296,78 m3/ha, namun setelah pemanenan dari tahun 1992 sampai 2008 volumenya bervariasi. Pada akhir pengamatan tahun 2008, rataan volume RIL > 50 cm lebih besar dibandingkan RIL > 60 cm dan CNV > 60 cm yaitu 242,90 m3/ha
Detail |
|
38 |
KAJIAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTII) DI KALIMANTAN TENGAH |
Mawazin & Hendi Suhaendi |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2011 |
Produksi kayu bulat hutan alam, tahun 1989 sebesar 28 juta m3, kemudian menurun berturut-turut menjadi 10,8 juta m3 dan 8,2 juta m3 pada tahun 2003 dan 2006. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya riap tegakan hutan bekas tebangan. Penelitian dilakukan di areal PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah terhadap empat jenis unggulan setempat. . Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai riap tinggi, diameter, dan jenis-jenis yang cocok pada sistem silvikultur TPTII di areal tersebut. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap untuk menguji perlakuan jenis meranti (Shorea), dengan 4 taraf jenis (Shorea dasyphylla Foxw., S. parvifolia Dyer, S. leprosula Miq., dan S. plathyclados Sloot ex Foxw. Respon yang diamati meliputi tinggi, diameter dan dihitung nilai riap tahunan (MAI), pada umur tanaman 18 bulan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap riap tinggi maupun riap diameter. Shorea dasyphylla Foxw. Memiliki rata-rata riap tinggi terbesar yaitu 160,21 cm, disusul S. parvifolia Dyer, S. leprosula Miq., dan S. plathyclados Sloot ex Foxw, yaitu berturut-turut: 159,14 cm; 154,19 cm dan 86,44 cm. Sedangkan riap diameter terbesar pada S. leprosula Miq. yaitu 1,74 cm, diikuti jenis S. parvifolia Dyer, S. dasyphylla Foxw. dan S. plathyclados Sloot ex Foxw. berturut-turut: 1,41 cm; 1,33 cm dan 0,94 cm. Untuk jenis S. leprosula Miq., S. parvifolia Dyer dan S. dasyphylla Foxw., menunjukkan riap diameter yang lebih baik dibanding riap diameter tegakan bekas tebangan hutan alam, yaitu diatas 1 cm/th. Apabila riap ini dapat dipertahankan, maka dalam waktu 35 tahun diameter S. leprosula Miq., S. parvifolia dyer dan Shorea dasyphylla Foxw. akan mencapai berturut-turut adalah 60,90 cm, 49,35 cm dan 46,55
Detail |
|
39 |
Kajian Efisiensi Pemanenan Kayu Mangium (Acacia mangium) : Studi Kasus Di Hutan Tanaman Di Pulau Laut,KalimantanSelatan |
Asep Hidayat & H. Hendalastuti R. |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2005 |
Pemanenan harus mampu memproduksi kayu sesuai dengan target, ramah lingkungan, efektif dan efisien sehingga keuntungan perusahaan maksimal. Pelaksanaan sistem pemanenan yang akan atau telah dilakukan dapat diukur tingkat efisiensinya melalui tiga indikator yaitu indeks tebang, indeks sarad dan indeks angkut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya indeks tebang, indeks sarad dan indeks angkut serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jumlah contoh untuk penetapan indeks tebang dan sarad sebanyak 52 pohon dipilih secara purposive dengan memperhatikan penyebaran kelas diameter. Sedangkan jumlah contoh penetapan indeks angkut dilakukan dengan cara acak terhadap 22 trip pengangkutan. Pengolahan data indeks tebang dilakukan dengan cara pengelompokan kelas diameter dan dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dilanjutkan dengan uji Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata, indeks tebang sebesar 0,824, indeks sarad sebesar 0,874 dan indeks angkut sebesar 0,997. Berdasarkan ketiga indeks tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pemanenan yang dilakukan menghasilkan volume aktual sebesar 81,37 m3/ha dan limbah sebesar 31,96 m3/ha dari potensi tegakan sebesar 113,33 m3/ha.
Detail |
|
40 |
Produktivitas Dan Biaya Produksi Penebangan Hutan Tanaman Industri Di PT Inhutani II Pulau Laut |
Marolop Sinaga |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2005 |
Penelitian penebangan hutan tanaman industri telah dilaksanakan di areal hutan tanaman industri PT Inhutani II Semaras, Pulau Laut. Jenis pohon yang ditebang adalah mangium (Acacia mangium). Penebangan dilakukan dengan sistim tebang habis sesuai dengan tujuan pengusahaan hutan tanaman industri, sehingga contoh uji yang diamati terdiri dari 97 pohon. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu penebangan dilakukan dengan meninggalkan tunggak serendah mungkin, dan menggunakan gergaji rantai berukuran kecil mengingat diameter pohon yang kecil tidak seperti diameter pohon pada hutan alam.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas dan biaya produksi penebangan hutan tanaman industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas penebangan berkisar antara 0,738 – 11,645 m3/jam dengan rata-rata 3,12 m3/jam. Besarnya biaya penebangan berkisar antara Rp 814/m3 – Rp 18.868/m3 dengan rata-rata Rp. 4.411/m3. Produktivitas penebangan dapat ditingkatkan dengan mengefisienkan waktu kerja dan apabila produktivitas meningkat maka biaya produksi penebangan dapat diperkecil sehingga lebih murah. Untuk itu keterampilan para pekerja penebang pohon perlu ditingkatkan sehingga dapat menggunakan waktu seefektif mungkin.
Detail |
|