No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
1 |
Tannin Resorcinol Formaldehyde as Potential Glue for the Manufacture of Plybamboo |
|
- Nama : Prof. Riset. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Pusat Litbang Hasil Hutan
- Email : asanto10@yahoo.com
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2012 |
The tannin extracted from mangium (Acacia mangium Wild) tree bark exhibits strong affinity toward formaldehyde when both being reacted forming the tannin formaldehyde polymer which further could serve as resin adhesive. To improve the bonding strength and enhance the curing process, the tannin and formaldehyde is co-polymerized with resorcinol to form tannin resorcinol formaldehyde (TRF) resin. This resin is expectedly useful in the gluing work for the manufacture of reconstituted wood or other ligno-cellulosic products such as plywood, glue laminated timber, and laminated veneer lumber.
In relevant, the tannin extract (T) was prepared from mangium bark, then allowed to copolymerize through the reaction with resorcinol (R) and formaldehyde (F) to produce the TRF resin. In such copolymerization, the mole ratios of T : R : F was such that the mole portion of R varied at consecutively: 0.2, 0.5, 0.7, 0.9 and 1.1, while the mole portion of T and F was constant at the ratio of 1 : 1. The course and phenomena that might occur during the TRF polymerization was scrutinized using XRay diffraction (XRD) and Differential Thermal Analysis (DTA) to determine the optimum ratio of T : R : F in formulating the TRF adhesive. The resulting formulated TRF was later to be used in the gluing of ply-bamboo assembly consisting of 7 plies, which were virtually the veneers prepared from tali bamboo (Gigantochloa apus) species. The already shaped seven-ply-bamboo further sustained the hotpressing at 20 kg/cm2 employing 1300C for 20 minutes. Afterwards, the resulting 7-ply-bamboo panel was examined of its physical and mechanical (strength) properties, glue-bond quality and formaldehyde emission.
Result revealed that the TRF resin with mole ratio of T : R : F at 1 : 0.5 : 1 exhibited the highest crystallinity (51.33 %) and melting glass transition at 277.140 C. In addition, the TRF adhesive at such mole ratio exhibited the thermogram and diffractogram characterization which were similar to those of the conventional PRF (phenol-resorcinol-formaldehyde) adhesive. Consequently, the TRF with such ratio was judged as the optimum formulation to be used as adhesive for the gluing of ply-bamboo assembly. The resulting ply-bamboo exhibited particular characteristics, i.e density 0.904 g/cm3 MOR 1,214.62 kg/cm2, MOE 19,493 kg/cm2, bonding strength 38,40 kg/cm2 and zero percent (0%) delamination, and formaldehyde emission 0.043 mg/L. The properties of ply bamboo could mostly satisfy, except the MOE, the criteria of Indonesian and Japanese standard for structural that used the conventional non-renewable adhesive (PF and UF). As a result, the TRF adhesive as derived from the renewable stuff (tannin from mangium bark), with remarkably low formaldehyde emission seems more consecutively prospective environmentally friendly, significantly potential to replace sooner or later the non-renewable and less environmentally friendly conventional adhesive (UF and PF), thereby indicatively taking part in greening the environment and mitigating the global warming
Detail |
|
2 |
Peningkatan Pemanfaatan Jati Plus Perhutani (JPP) untuk Kayu Lamina |
Mohammad Muslich & Nurwati Hadjib |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2010 |
Jati plus perhutani (JPP) adalah jati (Tectona grandis) yang dikembangkan dengan menggunakan kultur jaringan. Informasi mengenai kualitas kayu jati cepat tumbuh tersebut belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat inferior agar pemanfaatannya optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa JPP umur sembilan tahun termasuk kriteria kayu bulat kecil (KBK, A.1.), rentan terhadap rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus) dan rayap tanah (Coptotermes curvignathus). Kayu tersebut setelah diawetkan, kelas awetnya meningkat. Untuk meningkatkan nilai tambah dan manfaatnya, kayu tersebut dibentuk menjadi balok lamina dengan dan tanpa sambungan bentuk jari kemudian dirakit menjadi balok lamina menggunakan perekat campuran fenol-resorsinol-formaldehida dan urea formaldehida. Hasil penelitian menunjukkan adanya sambungan dan pengawetan dengan boraks tidak berpengaruh terhadap modulus elastisitas balok tersebut kecuali pada uji tekan sejajar lamina.
Detail |
|
3 |
Kualitas Papan Isolasi dari Campuran Kayu Mangium (acacia mangium willd) dan Arang |
Saptadi Darmawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu |
209 |
Potensi kayu berdiameter kecil (<10cm) dari hutan tanaman cukup besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Sesungguhnya kayu tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan papan isolasi. Pada penelitian ini kayu mangium (Acacia mangium) berdiameter kecil dijadikan pulp untuk kemudian digunakan dalam pembuatan papan isolasi. Selanjutnya guna meningkatkan fungsi dari papan tersebut, tidak hanya sebagai insulation juga sebagai penyerap gas/uap, maka sebelum dibentuk lembaran papan, pulp mangium dicampur terlebih dahulu dengan arang serat (hasil pengarangan serat kayu mangium dan karet) pada beberapa komposisi yaitu 100:0, 90:10, 80:20 and 70:30 (w/w). Pulp mangium dibuat dengan proses soda panas terbuka. Kualitas papan isolasi yang dibuat telah memenuhi standar Jepang kecuali untuk pengembangan tebalnya. Berdasarkan nilai scoring, kerapatan, dan sifat fisk-mekanik papan isolasi serta dibandingkan dengan standar Jepang maka papan isolasi yang optimal diperoleh pada kontrol dan komposisi pulp dan arang 90:10. Sifat-sifat tersebut mengindikasikan bahwa kayu mangium berdiamater kecil dapat dibuat papan isolasi dengan kualitas yang baik.
Detail |
|
4 |
Mutu Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu |
Gustan Pari, Diah Tri Widayati dan Masato Yoshida |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2009 |
Tulisan ini mengemukakan hasil penelitian pembuatan arang aktif dari serbuk gergaji kayu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama waktu aktivasi terhadap hasil dan mutu arang aktif yang dihasilkan dari arang serbuk kayu gergajian. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan retor yang terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan elemen listrik pada suhu 700, 800 dan 900 oC dengan lama waktu aktivasi masing-masing selama 30, 60 dan 90 menit. Bahan pengaktif yang digunakan adalah larutan H3PO4 15 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik untuk membuat arang katif dihasilkan pada suhu 900oC, dengan lama waktu aktivasi 90 menit, yang menghasilkan rendemen sebesar 11,33%, kadar air 19,26%, kadar abu 41,90%, kadar zat terbang 9,25%, kadar karbon terikat 48,85%. Daya serap arang aktif terhadap benzena sebesar 10,93%, CHCl3 sebesar 30,38%, daya serap iodium 1171,5 mg/g (memenuhi syarat standar Jepang) dan daya serap terhadap biru metilena sebesar 149,98 mg/g. Berdasarkan sifat dan besarnya daya serap terhadap biru metilena, maka arang aktif dari serbuk gergaji kayu ini dapat digunakan untuk penjernihan zat warna dan sebagai campuran pakan ternak ayam
Detail |
|
5 |
Keefektifan Seng Khlorida Dikhromat sebagai Bahan Pengawet Kayu |
Barly & Agus Ismanto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi toksisitas campuran seng khloridadikhromat (SCD) untuk mencegah serangan rayap dan bubuk kayu kering perusak kayu. Kayu yang diberi perlakuan SCD cenderung tahan terhadap serangan rayap tanah, rayap kayu kering dan bubuk kayu kering. Hasil pengujian terhadap rayap kayu kering mortalitas 100% dan derajat proteksi 100 belum tercapai pada konsentrasi 3,5% dan retensi 20,56 kg/m3 . Mortalitas dan derajat proteksi tertinggi rayap tanah ditunjukkan pada konsentrasi 0,7% dengan retensi 4,35 kg/m3 . Derajat proteksi tertinggi bubuk kayu kering pada konsentrasi 1,4% dengan retensi 7,47 kg/m3 . Derajat proteksi tertinggi pada percobaan kuburan bergantung pada konsentrasi larutan, 3,5% dengan retensi 18,19 kg/m3 pada 12 bulan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi di bawahnya.
Detail |
|
6 |
Pemanfaatan Kulit Kayu Mangium dari Limbah Industri Pulp untuk Media Produksi Ganoderma Lucidum |
Sihati Suprapti, Djarwanto dan Ridwan Ahmad Pasaribu |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Media pertumbuhan Ganoderma lucidum dibuat dari serbuk kulit kayu mangium dengan perlakuan diekstrak dan tidak diekstrak taninnya, serbuk gergaji kayu sengon, dan campuran keduanya ditambah dengan dedak 10%, menir jagung 5%, kapur 2%, gips 0,5% dan air bersih secukupnya. Media yang telah steril diinokulasi bibit jamur dalam media serbuk gergaji kayu mangium dan atau sengon. Efisiensi konversi biologi (EB) dihitung berdasarkan bobot jamur dibagi bobot media kering dan dinyatakan dalam persen. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan miselium pada media kultivasi hampir sama yaitu 99,8% (bibit dari kayu mangium) dan 99,7% (bibit dari kayu sengon). Laju pertumbuhan miselium pada media kulit kayu yang diekstrak taninnya cenderung lebih cepat (3,85% per hari) dibandingkan dengan laju pertumbuhannya pada media kulit kayu yang tidak diekstrak taninnya (2,94-3,03% per hari). Pemanenan jamur dilakukan apabila tubuh buah telah masak petik yaitu pada umur 62 hari (HHB-322 dan HHB-328) dan pada umur 64 hari untuk HHB-333.Bobot jamur dan nilai EB tertinggi dijumpai pada media F (media yang menggunakan air hangat dan serbuk kayu sengon) yang diinokulasi G. lucidum HHB-328, yaitu 78,72 gram dengan nilai EB 16,79%. Sedangkan bobot dan nilai EB terendah dijumpai pada media kulit kayu mangium yang diekstrak taninnya (media D)
Detail |
|
7 |
Pengaruh Lama Perendaman Partikel, Macam Katalis dan Kadar Semen Terhadap Sifat Papan Semen |
I.M. Sulastiningsih |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama perendaman partikel, macam katalis dan kadar semen terhadap sifat papan semen. Papan semen sekala laboratorium dibuat dengan menggunakan partikel kayu manii (Maesopsis eminii) yang sudah direndam dalam air dingin selama 24 jam dan 48 jam. Perbandingan antara partikel kayu : semen : air dua macam yaitu 1 : 2,4 : 2 (kadar semen 240%) dan 1: 2,5 : 2 (kadar semen 250%). Katalis yang digunakan tiga macam yaitu kalsium klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), dan aluminium sulfat (Al2(SO4) 3) dengan tingkat kadar 5% dari berat semen. Di samping itu dibuat juga papan semen tanpa menggunakan katalis sebagai kontrol atau pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman partikel 48 jam tidak berpengaruh nyata dalam memperbaiki sifat papan semen manii dibanding lama perendaman partikel 24 jam. Sifat papan semen manii sangat dipengaruhi oleh macam katalis yang digunakan. Penggunaan katalis MgCl2 memberikan sifat kestabilan dimensi dan keteguhan lentur yang lebih baik dibanding katalis lainnya. Kadar semen sangat berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan semen manii. Semakin tingi kadar semen semakin baik sifat fisis dan mekanis papan semen yang dihasilkan. Penggunaan kadar semen 250% dapat meningkatkan keteguhan lentur sekitar 31% dibanding kadar semen 240%. Peningkatan kadar semen menyempurnakan stabilitas dimensi sekitar 24-30% pada pengembangan tebal, sekitar 20-40% pada pengembangan linier dan sekitar 10-12% pada penyerapan air.
Detail |
|
8 |
Peningkatan Mutu Arang Aktif Kulit Kayu Mangium |
Gustan Pari, Djeni Hendra & Ridwan A. Pasaribu |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2008 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu aktivasi, waktu aktivasi dan konsentrasi asam fosfat (H3PO4) terhadap hasil dan mutu arang aktif yang dihasilkan. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan retor yang terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan elemen listrik pada suhu 750 dan 850oC dengan lama waktu aktivasi 90, 120 dan 150 menit. Bahan pengaktif yang digunakan adalah larutan asam fosfat (H3PO4) dengan konsentrasi 0,0 dan 5,0%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk membuat arang aktif dengan kualitas terbaik dihasilkan dari arang yang diaktivasi pada suhu 7500C selama 90 menit dengan konsentrasi H3PO4 sebesar 5 %. Pada perlakuan ini rendemen yang dihasilkan sebesar 43,56%, kadar air 5,44%, kadar abu 8,01%, kadar zat terbang 11,40%, kadar karbon terikat 80,60%, daya serap terhadap benzena 18,60% dan dengan daya serap terhadap yodium sebesar 912,6 mg/g. Nilai daya serap yang diperoleh ini memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia dan dapat digunakan untuk menjernihkan air.
Detail |
|
9 |
Kemungkinan Pengendalian Serangga Perusak Kayu pada Kayu Karet dengan Bahan Pelapis |
Paimin Sukartana |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Kayu karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) sangat rentan terhadap serangga perusak terutama bubuk kayu kering Heterobostrychus aequalis Wat., rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgr. dan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light. Untuk menghindarkan serangan serangga perusak tersebut, kayu karet harus diberi perlakuan tertentu. Beberapa percobaan efikasi penggunaan beberapa jenis bahan pelapis(cat), yang banyak tersedia di pasaran, telah dilakukan untuk pencegahan serangan serangga perusak tersebut. Untuk penelitian terhadap bubuk kayu kering, papan kayu karet yang telah kering oven segera dipotong menjadi contoh uji ukuran 10 x 5 x 2,5 cm. Permukaan contoh uji dilabur sebagian atau seluruhnya dengan bahan pelapis. Contoh uji tersebut kemudian disimpan secara acak di antara tumpukan kayu karet yang telah diserang bubuk kayu kering agar terjadi penularan. Contoh uji yang lain, ukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 cm, setelah dilapisi seluruh permukaannya dengan bahan-bahan tersebut diumpankan ke rayap tanah atau rayap kayu kering masing-masing selama 4 dan 12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan seluruh permukaan dapat meningkatkan daya tahan kayu karet terhadap serangan bubuk kayu kering. Pelapisan dengan Melamine memberikan hasil terbaik, dalam waktu lebih dari tiga tahun belum menunjukkan adanya kerusakan yang berarti. Namun demikian, perlakuan tersebut ternyata tidak efektif untuk pencegahan serangan kedua jenis rayap tersebut
Detail |
|
10 |
Pembuatan Pulp untuk Kertas dan Papan Serat Kerapatan Tinggi dari Kayu Jarak Pagar |
R. Sudradjat, Setyani, B.L. & D. Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Tanaman jarak pagar memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai tanaman konservasi tanah dan air, disamping juga tanaman tersebut memiliki berbagai manfaat. Aneka pemanfaatan tanaman tersebut antara lain: minyak dari biji sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, selain itu limbah tanaman dan limbah proses dapat dibuat berbagai produk yang bernilai ekonomis seperti gliserin, makanan ternak, arang aktif, pulp kertas, papan serat dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah menyediakan informasi dan teknologi tepat guna pembuatan pulp kertas dan papan serat dari kayu tanaman jarak pagar yang sudah tidak produktif serta pemanfaatan kayu tanaman tersebut dari hasil pangkasan.
Hasil penelitian pembuatan pulp kertas menunjukkan kayu jarak pagar berserat pendek, kayunya sangat ringan, dinding tipis, bilangan Runkel <1. Sifat tersebut menunjukkan bahwa kayu jarak pagar dapat dibuat pulp kertas dengan kualitas medium. Pengaruh NaOH dan waktu pemasakan dapat meningkatkan nilai indeks retak, indeks sobek dan indeks tarik pulp, sedangkan pengaruhnya terhadap gramatur dan opasitas tidak nyata.. Penggunaan persentase soda 10% dibandingkan dengan konsentrasi 5% dan 15% menunjukkan hasil yang terbaik yaitu rendahnya angka konsumsi alkali dan rendahnya bilangan permanganat, namun juga memberikan rendemen pulp terendah. Hasil penelitian papan serat menunjukkan, kayu jarak pagar juga baik untuk dibuat papan serat. Pengaruh konsentrasi NaOH dan konsentrasi perekat phenol formaldehida dapat meningkatkan kerapatan, keteguhan tarik, lentur dan penyerapan air. Sedangkan kadar air, pengembangan volume dan pengembangan tebal cenderung menurun. Pada konsentrasi soda 15% dibandingkan dengan konsentrasi 5% dan 10%, menunjukkan hasil terbaik. Semua sifat fisik papan serat memenuhi standar FAO.
Detail |
|