No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
21 |
A New Approach to Oil Palm Wood Utilization for Woodworking Production, Part 2, Wood Modification With Organik Resin |
Jamal Balfas |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2008 |
The first stage of this study has demonstrated that oil palm wood has inferior characteristics in comparison with the conventional wood, and suggested to upgrade oil palm wood quality to increase its possible use for woodworking purposes. The use of organic resin (JRP-2) has been examined in this study for improving dimensional stability, strength and machining quality of the oil palm wood. Resin treatment was conducted by frying wood samples in a hot resin solution maintained at 60-80 0C. The treated samples were then oven dried to reach 10% moisture content. After conditioning, wood samples were subjected to various tests. Results indicated that organic resin treatment significantly improved oil palm wood dimensional stability of more than 50%. Machining and strength characteristics of the oil palm wood were markedly improved after the resin treatment. Improved characteristics of the treated oil palm wood were comparable with the quality of conventional timber
Detail |
|
22 |
Metal Corrosion in Waterborne Preservative-Treated Wood |
Krisdianto Sugiyanto and Didik A. Sudika |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2010 |
The rigidity and firmness of wooden construction and furniture those are joined by metal screws depend on corrosion rate of these metals. This paper examines the weight-loss percentage of metal screws used in wood samples that have been treated with water-borne preservative (i.e. 3% borax boric acid and 3% diffusol CB) and concurrently investigates the effect of brake fluid on preventing metal corrosion. Wood samples tested included three acacia and one eucalypts wood species which were grouped into sapwood and heartwood containing samples. Wood samples fastened with metal screws were freely suspended in glass jars that contained 25 ml of sulphuric acid (H2SO4) to keep the humidity rate above 90%. After 12 months, the metal screws lost their weight due to the corrosion brought about by the related factors either in separate individual or in combination, which comprised brake and fluid-dipping, wood species, wood portion (sapwood and heartwood), kinds of preservatives used. Corrosion rates of metal screws fastened in eucalypts wood sample as indicated by the screw-weight loss (i.e. 5.8%) was more severe than that fastened in acacia wood. Furthermore, corrosion rate of metal screws as fixed firmly in sapwood sample proceeded faster than that in heartwood. This might be caused by the higher moisture content in sapwood. On the other hand, corrosion rate of the screws as fastened in waterborne-preservative-treated wood samples was greater than that in non-preserved wood due to electrokinetic characteristics and ionic potential exhibited by the preservative thereby intensifying the screw-corrosion process. Meanwhile, less severe corrosion was observed and recorded on the screws pre-dipped in brake fluid compared to those on the non-dipped screws.
Detail |
|
23 |
Durability of 25 Local Specific Wood Species from Java Preserved with CCB Against Marine Borers Attack |
Mohammad Muslich and Sri Rulliaty |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Puslitbang hasil hutan |
2010 |
This study was conducted to provide basis information of the 25 local specific wood species indigenous from Java treated by copper bichromated boron (CCB). The full-cell process for 2 hours and 150 psi during the pressure-keeping period was employed. The IUFRO method was applied for the determination of wood treatability class. The treated and untreated wood specimens were tied together using plastic cord, arranged into a raft like assembly, and then exposed for 3, 6, and 12 months to the brackish water situated at Rambut Island’s coastal area. The Nordic Wood Preservation Council (NWPC) standard No.1.4.2.2/75 was used to determine the intensity of marine borer infestation. The results revealed that 19 out of those 25 species were classified as easy to be preserved, four species as moderate, and the remaining two were difficult to be preserved. Those 19 species, i.e. Tamarindus indica L., Diplodiscus sp., Ficus variegate R.Br., Ehretia acuminata R.Br., Meliocope lunu-ankenda (Gaertn) T.G. Hartley, Colona javanica B.L., Pouteria duclitan Bachni., Stercularia oblongata R.Br., Ficus vasculosa Wall ex Miq., Callophyllum grandiflorum JJS., Turpinia sphaerocarpa Hassk., Neolitsea triplinervia Merr., Acer niveum Bl., Sloanea sigun Szysz., Castanopsis acuminatissima A.DC., Cinnamomum iners Reinw. Ex Blume., Litsea angulata Bl., Ficus nervosa Heyne., and Horsfieldia glabra Warb. were more permeable implying that the CCB retention and penetration were greater and deeper. Hymeneae carboril. L., Litsea odorifera Val., Gironniera subasqualis Planch., and Lindera polyantha Boerl. were moderately permeable. Castanopsis tunggurut A.DC. and Azadirachta indica Juss. were the least permeable judging that the CCB retention and penetration were lowest and shallowest. The treated wood specimens in this regard were able to prevent marine borers attack. Meanwhile, the untreated specimens were susceptible to marine borers attack, except Azadirachta indica. The attacking borers consecutively are Martesia striata Linne that belongs to the Pholadidae family; and Teredo bartschi Clapp., Dicyathifer manni Wright., and Bankia cieba Clench. to the Terdinidae family
Detail |
|
24 |
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI KAYU JARAK PAGAR (Jatropha Curcas L.) |
R. Sudradjat, Anggorowati & D. Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi proses yang optimum pada pembuatan arang aktif dari kayu jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan mengetahui konsentrasi optimum dari penggunaan arang aktif jarak untuk pemucatan minyak jarak. Faktor perubah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu : konsentrasi H3PO4 (5%, 10% dan 15%) dan suhu aktifasi (650oC, 750oC dan 850oC). Parameter yang diamati adalah rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat, daya serap iod dan benzena. Untuk pemucatan minyak jarak parameternya adalah : rendemen, kejernihan, bilangan asam dan bilangan peroksida.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa konsentrai H3PO4 meningkatkan daya serap iod dan benzena secara nyata, tetapi pengaruh suhu hanya nyata terhadap peningkatan daya serap iod. Sifat fisiko-kimia yang optimum dari arang aktif dihasilkan dengan menggunakan suhu aktifasi 750oC dan konsentrasi H3PO415%. Kondisi optimum ini memberikan rendemen arang aktif 52,5%, kadar air 4%, zat terbang 11,8%, abu 19,29%, karbon terikat 68,91%, daya serap iod 1039,2 mg/g dan benzena 13,5%. Kecuali daya serap benzena, semua sifat arang aktif lainnya memenuhi SNI 06-3730-1995.
Karbon aktif yang dibuat dengan kondisi optimum, berhasil dengan baik digunakan sebagai absorben untuk pemucatan minyak jarak pagar kasar, karena berhasil meningkatkan kejernihan minyak tersebut hingga 92% - 105% dan mengurangi bilangan asam hingga 27% – 32 %.
Detail |
|
25 |
A LABORATORY TRIAL ON APPLYING ENTOMOPATHOGENIC FUNGUS Metarhizium anisopliae AS A BARRIER FOR SUBTERRANEAN |
Paimin Sukartana, Agus Ismanto, Rusti Rushelia & Neo Endra Lelana |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Pengendalian rayap selama ini lebih tergantung pada penggunaan insektisida kimia yang pada umumnya tidak ramah lingkungan. Pengendalian secara biologis, misalnya menggunakan cendawan patogen serangga, sedang dikembangkan untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia beracun tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas 6 strain cendawan patogen serangga, Metarhizium anisopliae (Metschnikoff) Sorokin, yang diperoleh dari berbagai lokasi, sebagai penyekat serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus. Beberapa tingkat ketebalan cendawan yang dibiakkan dalam media beras digunakan sebagai penyekat yang disusun bersama-sama dengan media pasir dan umpan blok kayu tusam (Pinus merkusii) dalam tabung reaksi. Rayap tanah sebanyak 50 ekor terdiri dari 45 ekor rayap pekerja dan 5 ekor rayap perajurit dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, dan kemudian percobaan disimpan pada suhu kamar selama 9 hari.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa rayap pada umumnya mampu menembus cendawan penyekat, tetapi hanya rayap yang berhasil menembus penyekat dengan ketebalan 2 cm atau kurang dapat menyerang kayu umpan. Persentase kematian rayap pada umumnya tinggi pada perlakuan dengan ketebalan penyekat 4 dan 5 cm. Strain cendawan yang berasal dari Pakem (Yogyakarta) tampak paling menjanjikan, sementara peringkat di bawahnya secara berurutan adalah dari Jombang (Jawa Timur), Universitas Gadjah Mada (UGM) 1 (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah) dan UGM 2 (Yogyakarta). Ketebalan cendawan penyekat 4 sampai dengan 5 cm pada umumnya dapat menyebabkan kematian rayap yang tinggi, antara 80 sampai dengan 100%.
Detail |
|
26 |
KUALITAS REKATAN BILAH SAMBUNG JARI PADA LIMA JENIS KAYU DENGAN PEREKAT LIGNIN DAN TANIN |
Adi Santoso, Osly Rachman & Jamaludin Malik |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komponen senyawa dalam lignin dan tanin dapat dibuat kopolimer dengan resorsinol dan formaldehida membentuk resin lignin- dan tanin formaldehida untuk produksi kayu lamina eksterior.
Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas lignin resorsinol formaldehida dan tanin resorsinol formaldehida dalam pembuatan bilah sambung jari dari lima jenis kayu untuk bangunan perkapalan, yaitu: tempeas (Teysmanniodendron sympliciodes Kosterm), waru (Hibiscus tiliaceus L), bunyo (Trioma malaccensis Hook F.), gambir (Trigonopheura malayana Hook F.), dan rasamala (Altingia excelsa Noronha) terhadap sifat mekanisnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak dijumpai adanya delaminasi bilah sambung jari pada kelima jenis kayu. Sifat mekanis dari bilah sambung jari dipengaruhi secara nyata oleh jenis kayu, jenis perekat dan interaksi kedua faktor tersebut.
Detail |
|
27 |
KEMUNGKINAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG |
Han Roliadi & Widya Fatriasari |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat industri minyak kelapa sawit dengan potensi cukup besar (± 2,5 juta ton per tahun), yang dewasa ini hanya dibuang di tempat, atau dibakar sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu usaha dalam mengatasi hal tersebut adalah memanfaatkannya untuk pembuatan papan serat berkerapatan sedang (MDF), sebagaimana dilakukan melalui percobaan skala laboratoris secara batch. Pengolahan pulp TKKS untuk MDF menggunakan proses semi-kimia soda panas terbuka, diikuti dengan perendaman dalam larutan alkali pada suhu kamar, dan sesudahnya diolah secara mekanis menjadi pulp. Sebelum pembentukan lembaran MDF, pada pulp TKKS ditambahkan bahan pengikat/perekat fenol formaldehida (PF). Pembentukan lembaran menggunakan proses basah.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perendaman alkali menghasilkan pulp TKKS dengan diameter serat dan lumen lebih besar, dan dinding serat lebih tipis, dibandingkan dengan tanpa perlakuan rendaman. Selanjutnya, perendaman alkali ternyata berinteraksi dengan penggunaan perekat PF, sehingga menghasilkan lembaran MDF dengan kerapatan dan sifat kekuatan lebih tinggi; dan penyerapan air dan pengembangan tebal yang lebih rendah, dibandingkan dengan tanpa perendaman. Beberapa sifat MDF memenuhi persyaratan standard FAO, yaitu kerapatan, modulus patah, dan kekuatan rekat internal. Yang belum memenuhi adalah pengembangan tebal, penyerapan air, modulus elastisitas, dan kekuatan memegang sekerup. Diharapkan bisa diperbaiki dengan penggunaan bahan penolak air dan lebih banyak bahan perekat
Detail |
|
28 |
MUTU KAYU MANGIUM DALAM BEBERAPA METODE PENGERINGAN |
Efrida Basri |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Masalah serius yang dikeluhkan dalam pengolahan kayu mangium (Acacia mangium Willd) adalah proses pengeringannya karena berlangsung lama dengan kecenderungan cacat bentuk dan pecah dalam. Penelitian telah dilakukan dengan metode pengeringan shed; metode kombinasi tenaga surya dan enerji biomas (panas dari tungku kayu bakar); metode shed dan kombinasi tenaga surya dan enerji biomas; kombinasi perlakuan pendinginan dan metode pengeringan shed. Hasilnya menunjukkan pengeringan dengan metode shed dan kombinasi tenaga surya dan enerji biomas dapat mempercepat pengeringan tanpa menimbulkan pecah dan cacat bentuk pada kayu mangium namun dari segi warna agak pucat. Mutu warna kayu mangium yang terbaik diperoleh dari hasil pengeringan shed dengan contoh uji dari ruang pendingin, walaupun dari segi waktu lebih panjang dibandingkan dengan ketiga metode yang lain.
Detail |
|
29 |
KEKUATAN DAN KEKAKUAN BALOK LAMINA DARI DUA JENIS KAYU KURANG DIKENAL |
Abdurachman dan Nurwati Hadjib |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Balok lamina 3 dan 5 lapis berukuran 5cm x 5cm x 120 cm yang dibuat dari kayu Kaya (Khaya senegalensis (Desr.) A. Juss) dan kayu Bipa (Pterygota alata (Roxb.) R.Br.) dengan perekat phenol formadehida (PF) telah diuji sifat fisik dan mekaniknya di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bogor. Susunan pelaminasinya didasarkan pada nilai kekakuan (E) dari bilah penyusunnya.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kerapatan balok lamina 3 lapis lebih besar dari balok lamina 5 lapis maupun kayu solidnya. Rata-rata MOE, MOR dan MCS kayu Kaya lebih besar dari kayu Bipa. Balok lamina 3 lapis maupun 5 lapis setara dengan kelas kuat III – II.
Detail |
|
30 |
PENGAWETAN BAGIAN LUNAK BATANG KELAPA BASAH DENGAN CARA TEKANAN |
Barly & Dikdik A. Sudika |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Tulisan ini mengemukakan hasil penelitian metode tekanan pada dua varietas kelapa dengan bahan pengawet senyawa boron. Bagian lunak batang kelapa basah pada dolok kesatu, kedua dan ketiga berukuran 5 cm x 10 cm x 100 cm diawetkan dengan cara proses sel penuh (FCP) dan metode tekan berganti (APM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua varietas dan letak dolok dalam batang kelapa dapat diawetkan dengan cara tekanan. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa retensi bahan pengawet yang dihasilkan dengan cara tekan berganti (APM) (11,06 kg/m3 dan 9,44 kg/m3), berbeda dengan yang dihasilkan dengan cara sel penuh (FCP) (4,45 kg/m3 dan 4,74 kg/m3) pada kelapa dalam dan kelapa hibrida.
Detail |
|