No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
11 |
PENGELOLAAN CAGAR ALAM PULAU DUA DI PROVINSI BANTEN SEBAGAI EKOSISTEM BERNILAI PENTING |
Mariana Takandjandji & Rozza Tri Kwatrina |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2011 |
Cagar Alam Pulau Dua memiliki karakteristik ekosistem yang bernilai penting untuk berbagai jenis burung dan mangrove. Eksistensinya sebagai cagar alam diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman jenis, populasi, dan vegetasi habitat burung langka, terancam punah serta burung migran, oleh karena itu sumberdaya alam dan ekosistem kawasannya perlu dikelola secara optimal agar berperan menjadi sumber dan penunjang kehidupan biota ekosistem perairan sebagai sumber pakan burung. Ancaman yang sangat mengganggu kehidupan dan habitat spesies tersebut, antara lain adalah abrasi, perburuan, pencarian kayu bakar dan sampah yang berserakan. Ancaman tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya areal yang terbuka, penurunan populasi flora dan fauna termasuk jenis-jenis yang dilindungi, endemik dan terancam punah, merosotnya kualitas dan kuantitas habitat satwaliar.
Detail |
|
12 |
Pengaruh Perilaku Pengunjung Terhadap Jumlah Kunjungan Di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang |
B. Tejo Premono dan Adi Kunarso |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Palembang |
2008 |
Rekreasi adalah suatu aktivitas untuk memberikan kesenangan dan sebagai sarana untuk mengembalikan kesegaran pada sikap mental.Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan satu-satunya tempat rekreasi bernuansa alam yang ada di kota Palembang dan primadona bagi masyarakat. Namun pada kenyataannya jumlah kunjungan TWA mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengunjung dalam kunjungan ke TWA Punti Kayu. Untuk itu perlu diperoleh informasi mengenai perilaku pengunjung TWA Punti Kayu untuk meningkatkan jumlah pengunjung di masa mendatang. Pengumpulan dan pengolahan data menggunakan pengukuran Skala Likert kemudian dilakukan analisis dengan model regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor promosi, harga, produk, dan psikologis mempengaruhi perilaku pengunjung dan faktor psikologis merupakan faktor yang paling dominan. Faktor pendidikan dan pendapatan tidak mempengaruhi perilaku pengunjung.
Detail |
|
13 |
Degradasi Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai |
Indra A. S. L. P. Putri dan Merryana Kiding Allo |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Makassar |
2009 |
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan kawasan konservasi yang mayoritas masyarakat sekitarnya bergantung pada berbagai potensi sumberdaya alam yang terdapat di dalam kawasan taman nasional. Konsekuensi dari keadaan tersebut adalah terjadinya degradasi keanekaragaman hayati yang cukup serius terutama pada kawasan taman nasional yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Bila hal ini dibiarkan terus berlanjut, dikhawatirkan kawasan taman nasional yang mengalami kerusakan akan semakin luas dan degradasi berbagai potensi sumberdaya alam hayati akan semakin parah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kondisi keanekaragaman hayati terutama jenis flora dan fauna dikawasan taman nasional yang berinteraksi dengan desa penduduk. Pengumpulan data vegetasi menggunakan kombinasi metode transek dan garis berpetak, sedangkan terhadap mamalia dan reptilia menggunakan garis transek dan metode IPA untuk burung. Hasil penelitian memperlihatkan rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis vegetasi, tidak dijumpainya jenis-jenis mamalia dan hanya menjumpai jenis-jenis burung yang berasosiasi dengan kawasan terbuka. Cukup tingginya tekanan masyarakat terhadap sumberdaya alam dan telah terjadi degradasi keanekaragaman hayati Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, terutama pada kawasan hutan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.
Detail |
|
14 |
Dinamika Keanekaragaman Jenis Pohon Pada Hutan Produksi Bekas Tebangan Di Kalimantan Timur |
Ismayadi Samsoedin |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2009 |
Sesudah lebih dari 30 tahun kegiatan eksploitasi hutan di Indonesia, relatif masih sedikit penelitian tentang komposisi jenis pohon yang dilakukan pada petak ukur permanen, khususnya di Kalimantan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika keragaman jenis pohon pada hutan produksi bekas tebangan berumur 5, 15, dan 30 tahun, dan membandingkannya dengan petak hutan primer sebagai kontrol. Data dikumpulkan dari 16 petak ukur permanen berukuran masing-masing 1 ha, terdiri dari 4 petak untuk tiap perlakuan 5, 10, dan 30 tahun setelah penebangan dan 4 petak kontrol pada hutan primer. Hasil penelitian menemukan 914 jenis pohon, terdiri dari 223 genus dan 65 suku. Suku yang paling dominan untuk seluruh petak adalah Dipterocarpaceae. Eksploitasi hutan tidak berpengaruh nyata terhadap keragaman jenis pohon hutan, kecuali untuk jenis Dipterocarpacea pada LOA-5 dan 10. Dari indeks keragaman Shannon-Wiener dan indeks keseragaman jenis juga terlihat bahwa ekploitasi hutan tidak secara signifikan mengakibatkan penurunan keragaman jenis kecuali pada LOA-10 yang memiliki keragaman jenis pohon paling rendah dibandingkan petak yang lain. Walaupun keragaman jenis pada LOA-30 tidak berbeda nyata dengan hutan primer, tebangan rotasi kedua tidak disarankan untuk dilakukan karena akan membahayakan keberadaan sumberdaya genetik yang belum diketahui potensinya.
Detail |
|
15 |
Struktur Dan Komposisi Tegakan Serta Keanekaragamannya Di Hutan Lindung Sungai Wain, Balikpapan, Kalimantan Timur |
Kade Sidiyasa |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry |
2009 |
Hutan Lindung Sungai Wain merupakan satu-satunya sisa kawasan hutan yang masih dalam kondisi sangat baik di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Beberapa penelitian telah dilakukan di tempat ini, namun masih banyak hal yang harus diteliti dan diketahui untuk kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan, demi perbaikan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi kawasan, khususnya yang berhubungan dengan struktur dan komposisi tegakan hutan serta keanekaragamannya. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat sembilan petak sampel yang masing-masing berukuran 200 m x 20 m, dengan luas total 3,6 ha. Semua pohon berdiameter batang setinggi dada (dbh) ≥ 10 cm yang berada di dalam petak cuplikan dicatat, diukur, dan diidentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tegakan di Hutan Lindung Sungai Wain dicirikan oleh tingkat kerapatan pohon yang rata-rata mencapai 532,50 pohon/ha dan luas bidang dasar 20,57 m²/ha. Dalam seluruh petak cuplikan terdapat sebanyak 385 pohon, termasuk dalam 143 marga dan 49 suku. Berdasarkan jumlah spesies dalam setiap suku, maka Euphorbiaceae merupakan suku yang paling dominan yang terdiri atas 47 jenis. Berdasarkan besarnya indeks nilai penting setiap spesies, maka Shorea laevis Ridl. merupakan jenis yang paling dominan, diikuti oleh Madhuca kingiana (Brace) H.J. Lam, Gironniera nervosa Planch., dan Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binnend. Keanekaragaman vegetasi secara umum dicirikan oleh perbedaan asosiasi penyusun tegakan pada setiap petak dan nilai indeks kesamaan komposisi antar tegakan yang rendah, yakni bervariasi antara 14,6% dan 33,1%.
Detail |
|
16 |
Model Pendugaan Isi Pohon Agathis loranthifolia Salisb Di Kesatuan Pemangkuan Hutan Kedu Selatan, Jawa Tengah |
Bambang Edy Siswanto dan Rinaldi Imanuddin |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan |
2008 |
Penyusunan tabel isi pohon untuk Agathis loranthifolia Salisb dimaksudkan untuk menaksir hasil produksi jenis tersebut di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Kedu Selatan, Jawa Tengah. Tabel-tabel volume disusun berdasarkan 56 pohon model dengan sebaran diameter setinggi dada antara 30-67 cm dengan tinggi pangkal tajuk pohon antara 15-25 meter. Dua buah model persamaan regresi yang digunakan untuk menyusun tabel volume yaitu V = a.db dan V = a.db .tc di mana V = volume pohon tanpa kulit (sebagai peubah tak bebas); d = diameter pohon setinggi dada (sebagai peubah bebas); t = tinggi pohon (sebagai peubah bebas); a, b dan c = konstanta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria keakuratan yang digunakan (galat baku, simpangan rata-rata, dan simpangan agregat), keempat persamaan regresi cukup memenuhi syarat ketelitian dengan galat baku < sembilan persen, simpangan rata-rata < enam persen dan simpangan agregatif < 0,2%, maka keempat persamaan regresi dipandang cukup memenuhi syarat ketelitian.
Detail |
|
17 |
Kajian Kawasan Hutan Tebangan Dari Perspektif Pengelolaan Hutan Lestari Di PT. Hutan Sanggam Labanan Lestari, Kalimantan Timur |
Heru Dwi Riyanto, R. Dody Prakosa, dan Sukresno |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Pengelolaan DAS |
2008 |
Hutan alam Indonesia yang dikenal memiliki keanekaragaman jenis, baik sebagai penghasil komoditas hasil hutan kayu maupun komoditas hasil hutan bukan kayu, dengan adanya kegiatan pemanenan hutan, keranekaragaman jenis-jenis tersebut secara langsung maupun tidak, akan terpengaruh. Pengaruh kegiatan pemanenan hutan tersebut adalah berkurangnya atau bahkan sampai hilangnya jenis-jenis penyusun hutan tersebut serta menurunnya produktivitas hutan alam tersebut. Dalam rangka pengelolaan kawasan hutan bekas tebangan sangat diperlukan adanya informasi, guna mendukung upaya monitoring dan evaluasi agar dapat berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi para pengambil keputusan. Beberapa informasi penting tersebut adalah spesies diversitas, indek similaritas, tegakan tinggal, dan struktur tegakan dari kawasan hutan bekas tebangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kawasan hutan bekas tebangan dalam kaitannya dengan beberapa indikator monitoring kesehatan hutan dalam upaya pengelolaan hutan lestari. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei, dengan mengamati dan melakukan pengukuran kondisi lapangan sebagaimana adanya, tanpa memberikan perlakuan-perlakuan tertentu. Parameter yang diamati dan diukur adalah jenis pohon dan diameter pohon, dengan aspek pengamatan adalah spesies diversitas, indek similaritas, tegakan tinggal, dan struktur tegakan. Hasil pengamatan menunjukkan spesies diversitas di kawasan hutan bekas tebangan masih tinggi, indek similaritas 51%, dan tegakan tinggal rata-rata tertinggal lebih kurang 30% dengan jenis komersial Dipterocarpaceae tertinggal 22%, komersial non Dipterocarpaceae 30%, dan non komersial 43%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tegakan tinggal di kawasan hutan bekas tebangan yang didasarkan kelas diameter 10 cm ≥ D < 20 cm tertinggal 19%, kelas diameter 20 cm ≥ D < 40 cm tertinggal 38%, dan kelas diameter 40
Detail |
|
18 |
Profil Keragaman Dan Keberadaan Spesies Dari Suku Dipterocarpaceae Di Taman Nasional Meru Betiri, Jember |
Titi Kalima |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2008 |
The Meru Betiri National Park in Jember, was selected for this research conducting in June and November 2007. This research was aimed at examining the population, distribution of Dipterocarpaceae species and profile of the tree flora characteristic of the location (Sumbergadung and Lodadi) including tree composition and vegetation structure. Data were collected from 15 sample plots of 20 m width with total of 300 m long strips (20 m x 300 m) where Dipterocarpaceae species was found. The trees within 20 x 20 square meters plots were inventoried in each strip to more than 20 cm diameter. Poles of 10-19.9 cm and saplings of 2-9.9 cm in diameter were inventoried in 9 plots of 10 x 10 square meters, and seedling of < 1.9 cm in diameter were inventoried of 5 x 5 square meters. Number of species and individu, tree height to first branch, diameter at breast height, crown diameter were recorded. The results of the two location showed that, there are one species Dipterocarpaceae (Dipterocarpus hasseltii Blume) in Sumbergadung namely 29 tree species stage, 13 species pole stage, 11 species sapling stage, and eight species seedling stage. In Lodadi there were 16 species tree stage, 16 species pole stage, nine species sapling stage, and eight species seedling stage. Two variables of profile characteristic were analyzed to determine the vegetation along plot (50 m x 20 m). The Sumbergadung tree stage was dominated by Pterospermum javanicum Jungh. (INP=29.75%), pole stage was dominated by Ficus septica Burm. (INP=53.52%), and sapling stage was dominated by Cinnamomum porrectum (Roxb.) Kosterm. (INP =56.15%). Of the tree stage in Lodadi was dominated by Tetrameles nudiflora R.Br. (INP=37.01%), pole stage was dominated by Terminalia bellirica (Gaertn.) Roxb. (INP=40.11%), sapling stage was dominated by Dipterocapus hasseltii Blume (INP=43.08%), and seedling stage in Sumbergadung and Lodadi was dominated by Calophyllum inophyllum L. The stratification of the tree flora community in the Sumbergadung and Lodadi Meru Betiri National Park consisted mainly of three strata. The highest stratum was between 35 to 40 m high. However,few emergent trees can be 44 m tall or more with 45 to 95 cm diameter, i.e. D. hasseltii Blume and Ficus septica Burm.
Detail |
|
19 |
Pendekatan Model Sistem Dalam Kebijakan Pengelolaan Populasi Rusa (Cervus timorensis Mul. & Schl. 1844) Di Taman Nasional Baluran |
Agus Sumadi, Sri Utami, dan Efendi Agus Waluyo |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
BPK Palembang |
2008 |
Models on deer (Cervus timorensis Mul. & Schl. 1844 ) population dynamic in Baluran National Park consisted of three sub models, i.e. sub model savannah of Bekol, sub model deer dynamics, and sub model society. his system model illustrate deer population growth influenced by illegal hunting, attack of ajag (Cuon alphinus Pallas 1811), also supports of savannah habitat of Bekol. Simulation result showed that existence of illegal hunting and attack of predator above 7% caused decreased on deer population. Necessary measures must be taken by national park management to decrease illegal hunting and attack of predator under 7% every year, in order to maintain sustainability of deer population.
Detail |
|
20 |
Keragaman Potensi Tumbuhan Berguna Di Cagar Alam Mandor, Kalimantan Barat |
Marfu’ah Wardani |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2008 |
The purpose of this study was to obtain data and scientific information on potential of useful plants in Mandor Nature Reserve, West Kalimantan. The study was conducted in five observation plots distributed in the northern part of the nature reserve. The plots were 1,000 m x 20 m in size established on the area of 10-60 m above sea level. Specimens of the plants sampled were taken for species identification purpose. There were 30 species of useful plants found in the five observation plots including 11 species of edible fruits, four species suitable for handicraft, eight species of medicinal plants, one species of insecticide plants and six species of ornamental plants.
Detail |
|