No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
1 |
Alternatif Teknik Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Pada Lahan Bekas Galian Industri |
|
- Nama : Ir. La Ode Asir, M.Si
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar
- Email : asier_kawanua@rocketmail.com
|
Balai Penelitian Kehutanan Manado |
2013 |
Upaya pemerintah dalam rangka menanggulangi bertambah luasnya lahan kritis, telah dilakukan sejak tahun 1976 yang ditandai dengan berlakunya INPRES Penghijauan dan Reboisasi, namun upaya ini belum banyak memberikan kontribusinya terhadap perbaikan lahan-lahan kritis di Indonesia. Salah satu aktivitas yang menyebabkan kritisnya suatu wilayah adalah penambangan secara terbuka yang tidak diikuti dengan segera upaya reklamasi yang optimal. Untuk merehabilitasi lahan terdegradasi bekas galian industri (tambang semen dan batu apung), diperlukan pemilihan jenis-jenis penyubur tanah yang mampu tumbuh ditempat terbuka pada lahan yang miskin hara dan mengandung bahan kimia yang bersifat racun bagi tanaman. Setelah itu dilakukan upaya seksama dalam menerapkan teknologi silvikultur seperti pemilihan jenis tanaman yang dapat beradaptasi baik pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan atau jenis pohon andalan setempat
Detail |
|
2 |
Ancaman Kelestarian Taman Nasional Bogani Nani Wartabone |
|
- Nama : Ir. Halidah, M.Sc
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Makassar |
2012 |
Eksistensi keberadaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sebagai kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem endemik asli Sulawesi Utara, memiliki nilai penting dimata konservasionis dunia. Namun fenomena kerusakan kawasan pelestarian alam ini juga menjadi fakta yang tidak terbantahkan sekaligus cerminan buruk ketidakmampuan dalam pengelolaan hutan lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang berpotensi mengancam kelestarian fungsi taman nasional dalam rangka menentukan kemungkinan solusi alternatif yang dapat dilakukan. Permasalahan pokok yang menjadi sumber ancaman kelestarian taman nasional antara lain tekanan penduduk, kemiskinan, dan minimnya tingkat pendidikan dan kebudayaan. Perambahan dan kegiatan tambang tradisional dalam kawasan merupakan faktor yang sangat signifikan mengakibatkan kehilangan vegetasi dan luasan taman nasional dengan cepat.
Detail |
|
3 |
Persepsi Masyarakat terhadap Taman Nasional dan Sumberdaya Hutan : Studi Kasus Blok Aketajawe Taman Nasional Aketajawe Lolobata |
|
- Nama : Nurlita Indah Wahyuni, S.Hut
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Manado |
2012 |
Kelestarian taman nasional sebagai suatu ekosistem sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi dan perkembangan perilaku sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) serta sumberdaya hutan di dalamnya. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara masyarakat di dua desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNAL. Responden dipilih secara purposive random sampling. yaitu masyarakat yang menggarap lahan di sekitar dan dalam kawasan serta sering mengambil hasil hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi tentang sumberdaya hutan dan taman nasional dalam jumlah yang hampir sama. Masyarakat memiliki persepi sedang hingga baik tentang sumberdaya hutan, serta persepsi baik dan tidak baik tentang keberadaan TNAL. Namun secara keseluruhan masyarakat setuju dengan keberadaan TNAL dan menganggapnya berdampak positif bagi hutan dan masyarakat sekitar. Perbedaan persepsi ini dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat pendidikan dan kurangnya sosialisasi tentang manfaat taman nasional.
Detail |
|
4 |
Karakteristik Pemanfaatan Lahan Hutan oleh Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone |
|
- Nama : Lis Nurrani, S.Hut
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Manado |
2011 |
Penelitian pola pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat lokal di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dilaksanakan pada empat desa yaitu Desa Mengkang, Desa Lolanan, Desa Toraut dan Desa Matayangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola-pola pemanfaatan lahan hutan dan dampak ekologis terhadap hutan serta sosial ekonomi masyarakat setempat. Metode pengumpulan data menggunakan daftar kuesioner terhadap masyarakat yang melakukan pemanfaatan lahan di dalam kawasan. Responden diambil secara purposive random sampling sebanyak 30 orang tiap desa. Analisis data menggunakan analisis tabulasi silang (cross tab) yang dilanjutkan dengan uji chi square test. Kondisi masyarakat desa yang mayoritas sebagai petani dan buruh tani sebagai akibat dari kurangnya mata pencaharian di desa serta rendahnya keterampilan masyarakat di bidang lainnya merupakan salah satu penyebab adanya pemanfaatan lahan hutan menjadi lahan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola yang diterapkan masyarakat berupa kebun polikultur (85%) dan ladang monokultur maupun polikultur. Kebun didominasi oleh tanaman tahunan seperti kelapa, coklat, cengkeh, kopi dan vanili, sedangkan ladang didominasi oleh tanaman musiman jagung dan kedelai. Hasil analisis tabulasi silang yang dilanjutkan dengan uji chi square test menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel asal-usul penduduk dengan status kepemilikan lahan demikian juga untuk variabel luas lahan dengan pendapatan petani. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat masih dibawah UMP Sulawesi Utara sebanyak 72%. Kebun polikultur memberikan fungsi produksi dan fungsi relatif seimbang sedangkan ladang hanya memiliki fungsi produksi.
Detail |
|
5 |
KAJIAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENETAPAN TIPE PENYANGGA TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU , JAWA TENGAH (Socio Economic Assessment of Surounding Communities for the Basis of Buffer Zone E stablishment in Mount Merbabu National Park, Central Java ) |
|
- Nama : Prof. Riset Dr. Ir. Hendra Gunawan, M.Si
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Pusat Litbang Hutan
- Email : hendragunawan1964@yahoo.com
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2013 |
Buffer zone frequently offered to be a solution of conflict between biodiversity conservation in side conservation area with human interest in its surrroundings. Mount Merbabu National Park is one of national parks in Java Island that have been threatened by surrounding communities. One of solutions that would be applied is establishment of buffer zone. This research was aimed to identify bio-physics potentials, sosio-economics and aspiration of surrounding communities and local government and national park management policies as a basic for formulating proper buffer zone alternatives. Structured interview with respondents and focus group discussion were applied for collecting primary data and formulating buffer zone alternatives. This research resulted five tipes of buffer zone for Mount Merbabu National Park, namely : (1) establishment buffer zone in private land surrounding national park; (2) limited utilization of national park area through community based management; (3) traditional harvesting of non timber forest prodact; (4) Utilization of environmental services of water and ecotourism; and (5) non land based economic buffer zone.
Detail |
|
6 |
EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM DI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN DI KOTA TARAKAN (Ecosystem Mangrove as an Ecotourism in Conservation Area for Mangrove and Proboscis Monkey at Tarakan City) |
|
- Nama : Ir. Reny Sawitri, M.Sc
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Pusat Litbang Hutan
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2013 |
Conservation Areas for Mangrove and Proboscis Monkey (MCAP) in Tarakan, East Kalimantan was built at the aimed of mangrove education and proboscis monkey conservation. Presently, MCAP was developed as an ecotourism area. A study was conducted to understand suitability of mangrove ecosystem of MCAP and tourists perceptions. Data on mangrove vegetation, heavy metal content in the soils, soil texture, wildlife, biotics riverin, sea tidal, and visitors’perception were collected. Vegetation analysis was conducted in the natural forest and extension area of mangrove. The first was dominated by Rhizophora apiculata (IVI=106.94%), while extension area was dominated by Sonneratia alba (IVI=113.50%). Soil analysis indicated high pollution of heavy metal (Pb=20.63-3.41 ppm). Telescopium telescopium is an endangered species, that was usually consumed by community. Twenty five individuals of proboscis monkey (Nasalis larvatus) and 18 species of birds were encountered in the ecosystem. The suitability values of both types of MCAP ecosystem were 80.26% and 92,10%for naturalforest and extension forest, respectively.This indicated that both areas were very appropriate as ecotourism areas as they fulfilled the criterias of ecotourism areas.It was also supported by perception of visitorson the beauty of cenery, presence of wildlife and biotic riverine.
Detail |
|
7 |
PENGARUH PERBAIKAN KONDISI TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) DAN BUNI (Antidesma bunius) DI KAWASAN KONSERVASI GUNUNG BATUR, BALI |
Budi Hadi Narendra |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2012 |
Kawasan konservasi Gunung Batur yang termasuk dalam kelompok hutan Gunung Batur - Bukit Payang (RTK 7) memiliki nilai penting dalam menyangga kelestarian Danau Batur dan kehidupan masyarakat sekitarnya. Kawasan hutan seluas 2.528 ha ini didominasi lahan dengan kriteria sangat kritis akibat tutupan lahan yang didominasi pasir dan bekuan lava. Berbagai upaya rehabilitasi telah dilakukan namun keberhasilannya terbatas hanya pada jenis tanaman tertentu terutama pada lahan dengan solum yang cukup dalam. Penelitian ini berupaya melakukan perbaikan kondisi tanah melalui peningkatan bahan organik dan melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jenis kaliandra (Calliandra calothyrsus Meisn.) dan buni (Antidesma bunius (L.) Spreng). Ujicoba dilakukan dengan rancangan acak lengkap berblok, perlakuan yang diberikan adalah penambahan pupuk kandang dari kotoran ayam dan top soil pada lubang tanam. Pengamatan yang dilakukan pada tahun ketiga menunjukkan adanya respon nyata dari penambahan pupuk kandang terhadap perbaikan kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman. Perlakuan pemberian pupuk kandang mampu meningkatkan kandungan N dan P tanah masing-masing sebanyak 46 dan 10 kali lipat dibandingkan kontrol dan berkorelasi kuat dengan pertumbuhan tanaman
Detail |
|
8 |
INDIKATOR EKOLOGIS SEBAGAI DASAR PENENTUAN SISTEM ZONASI TAMAN NASIONAL BATANG GADIS |
Rozza Tri Kwatrina dan Wanda Kuswanda |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli |
2011 |
Zonasi Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) yang ada dinilai sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini sehingga perlu ditinjau kembali. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun indikator ekologis sebagai dasar pengelolaan zonasi TNBG. Pengumpulan data dikumpulkan melalui data sekunder dan data primer antara lain melalui pengamatan di lapangan. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi ekologis dan sistem zonasi TNBG, dasar penetapan kriteria dan indikator zonasi taman nasional, data tumbuhan dengan metode garis berpetak dan satwaliar dengan metode variable circular plots. Hasil penelitian adalah tersusunnya 52 indikator ekologis untuk tiga zona utama di TNBG, yaitu 15 indikator untuk zona inti bagian Utara, 12 indikator untuk zona inti bagian Selatan, sembilan indikator untuk zona rimba bagian Utara, delapan indikator untuk zona rimba bagian Selatan, dan delapan indikator untuk zona pemanfaatan. 52 indikator hanya dua indikator yang tidak sesuai dengan indikator acuan, yaitu terdapatnya lahan terbuka (bekas tebangan) pada zona rimba, dan, wilayah yang merupakan bagian ruang jelajah rusa (Rusa unicolor Kerr.) dan macan dahan (Neofelis nebulosa Griffith.) di zona pemanfaatan. Indikator ekologis utama meliputi keberadaan, keanekaragaman, dan kepadatan spesies penting dari kategori dilindungi, langka, spesies payung, endemik, dan flagship species.
Detail |
|
9 |
POTENSI KOLABORASI DALAM PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH DI PAPUA |
Aji Winara & Abdullah Syarief Mukhtar |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry |
2011 |
Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki keunikan dan kekhasan karakteristik ekologi, namun mengalami permasalahan sosial. Banyaknya pemangku kepentingan terhadap sumberdaya alam yang terdapat di dalam kawasan mengakibatkan terjadinya konflik kepentingan dalam pengelolaannya. Manajemen kolaborasi sangat diperlukan dalam mereduksi konflik kepentingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi implementasi sistem kolaborasi dalam pengelolaan TN Teluk Cenderawasih. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangku kepentingan terhadap Taman Nasional (TN) Teluk Cenderawasih adalah (1) kelompok pemerintah, baik pusat maupun daerah, (2) Lembaga Swadaya Masyarakat, (3) pihak swasta dan (4) masyarakat lokal. Pemangku kepentingan utama terhadap pengelolaan taman nasional adalah Balai TN Teluk Cenderawasih, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan masyarakat adat. Para pemangku kepentingan memiliki kesamaan kepentingan terhadap taman nasional yaitu untuk tujuan konservasi, mengambil manfaat dan aktivitas lain yang mendukung pengelolaan. Terdapat peran positif para pemangku kepentingan terhadap pengelolaan taman nasional namun belum membentuk sinergi, sehingga sistem kolaborasi potensial untuk diterapkan dalam pengelolaan TN Teluk Cenderawasih.
Detail |
|
10 |
GANGGUAN SATWALIAR DI LAHAN PERTANIAN SEKITAR TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, JAWA TIMUR |
N.M. Heriyanto & Abdullah Syarief Mukhtar |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2011 |
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 di sekitar perkebunan Bandealit, Jember, Jawa Timur bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya nilai kerugian masyarakat akibat gangguan dari satwaliar yang keluar dari taman nasional. Hasil penelitian menunjukkan, jenis satwaliar yang keluar dari kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan paling merusak tanaman masyarakat, yaitu banteng (Bos javanicus d’Alton, 1832), babi hutan (Sus scrofa Linnaeus, 1758) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Linnaeus, 1821). Secara umum kerugian masyarakat akibat dari gangguan satwaliar berkisar antara 34% sampai 50% dari produksi tanaman pertanian, jenis komoditi padi ladang (Oryza sativa L.) dan kacang tanah (Arachis hypogaea L.) paling banyak mengalami kerugian, yaitu sebesar Rp. 1.372.500,- dan Rp. 1.065.000,. Masyarakat yang menjadi responden (60 kepala keluarga dari 190 kepala keluarga petani penggarap) merasa takut dan khawatir bila tanaman mereka diganggu satwaliar sebanyak 90% dari gangguan banteng, 40% dari gangguan babi hutan dan 20% dari gangguan monyet ekor panjang. Salah satu cara penanggulangan dari gangguan satwaliar yang dilakukan oleh masyarakat sekitar taman nasional, yaitu : melakukan pengamanan dan penjagaan, baik siang maupun malam, menanami di batas taman nasional dengan tanaman berduri dari jenis lokal dan pemagaran dengan bambu/kayu bernilai konservasi yang dapat tumbuh di kebunnya masing-masing.
Detail |
|