No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
11 |
Kajian Infiltrasi Tanah Pada Berbagai Tegakan Jati (Tectona grandis L.) di Cepu, Jawa Tengah |
Agung B. Supangat dan Pamungkas B. Putra |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2010 |
Salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diketahui adalah laju infiltrasi tanah, yaitu kecepatan maksimum masuknya air secara vertikal ke dalam profil suatu tanah. Informasi infiltrasi tanah dapat dipergunakan untuk menghitung limpasan permukaan (run-off) dalam pengelolaan irigasi serta dalam perencanaan konservasi tanah dan air. Kapasitas infiltrasi tanah di lahan hutan dipengaruhi oleh umur tanaman hutan yang membentuk komposisi komunitas hutan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas infiltrasi tanah di kawasan tegakan jati (Tectona grandis L.) pada berbagai kelas umur. Pengukuran infiltrasi tanah dilakukan menggunakan peralatan double ring infiltrometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi tanah pada lahan hutan tanaman jati cenderung semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman jati. Semakin tua kelas umur (KU) tanaman jati kandungan bahan organik tanah semakin besar serta porositas tanah semakin tinggi. Hal ini berperan baik dalam memantapkan struktur dan tekstur tanah serta perkembangan biota tanah permukaan, sehingga menyebabkan perbaikan sifat sifik tanah termasuk peningkatan kapasitas infiltrasinya. Pengaruh penjarangan pada KU 5 dan teresan pada KU 8 menyebabkan kondisi vegetasi lebih terbuka sehingga akan berdampak negatif yaitu terjadi pemadatan tanah yang menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah.
Detail |
|
12 |
Penerapan Metode Ratioanal untuk Estimasi Debit Puncak pada Beberapa Luas Sub DAS |
Irfan Budi Pramono, Nining Wahyuningrum, dan Agus Wuryanta |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Pengelolaan DAS |
2010 |
Salah satu indikator kesehatan DAS adalah debit puncak. Debit puncak yang tinggi menggambarkan tingkat kerusakan suatu DAS. Beberapa DAS tidak mempunyai stasiun pengukur hidrologi sehingga data puncak banjir tidak tersedia. Model yang paling sesuai untuk penaksiran debit puncak sebaiknya diujicobakan di beberapa DAS dengan kondisi biofisk yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan luas DAS yang paling sesuai dalam penerapan metode Rational.. Metode Rational adalah metode penaksiran debit puncak. Metode ini dipilih karena paling sederhana dan paling banyak digunakan di beberapa tempat. Namun demikian, metode ini mensyaratkan beberapa kondisi. Jika syaratnya tidak terpenuhi maka hasilnya menjadi kurang akurat. Metode ini mengasumsikan bahwa intensitas hujan jatuh merata dalam seluruh DAS dan waktu mencapai puncak sama dengan waktu konsentrasi. Metode ini telah diterapkan di Sub DAS Tapan, Ngunut I, dan Wuryantoro dengan luas masing-masing Sub DAS 145 ha, 596 ha, dan 1.792 ha. Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan hasil pengukuran, debit maksimum hasil prediksi mempunyai penyimpangan sebesar 185%, -4%, dan 645% masing-masing untuk sub DAS Tapan, Ngunut I, dan Wuryantoro. Tingginya deviasi ini disebabkan oleh hujan yang tidak merata dalam satu DAS. Meskipun sub DAS Ngunut I mempunyai luas 596 ha, namun hujannya dapat merata karena daerahnya lebih datar dibandingkan dengan sub DAS Tapan dan Wuryantoro.
Detail |
|
13 |
Pengaruh Ukuran Lubang Tanam Dan Kompos Kotoran Sapi Untuk Penanaman Lahan Kritis Di Daerah Savana Di Pulau Sumba |
I Komang Surata |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai penelitian Kehutanan Kupang |
2009 |
Rehabilitasi lahan kritis dengan cara revegetasi di daerah savana Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menghadapi permasalahan terutama tingkat pertumbuhan tanaman yang masih rendah. Hal ini karena tanahnya marginal yaitu mempunyai sifat kesuburan rendah, solum tipis (<20 cm), berbatu kapur, dan iklim kering Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan perbaikan media tanam, salah satu dengan manipulasi lubang tanam dan pemberian media tanam yang subur dengan kompos kotoran sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh ukuran lubang tanam dan pemupukan kompos kotoran sapi terhadap pertumbuhan Eucalyptus camaldulensis Dehnh dan kesambi (Schleichera oleosa (Lour.) Merr) untuk penanaman lahan kritis di daerah savana Pulau Sumba. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Berblok pola faktorial dengan perlakuan ukuran lubang tanam yaitu 30 cm x 30 cm x 30 cm, 40 cm x 40 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm x 50 cm, dan dosis kompos kotoran sapi 0, 1, 2, 3, 4 kg/pohon. Penelitian terdiri tiga blok dan 25 ulangan yang dicobakan pada dua jenis tanaman yaitu E. camaldulensis dan kesambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lubang tanam tidak nyata dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, dan persen hidup tanaman E. camaldulensis dan kesambi. Pemanfaatan kompos kotoran sapi sebagai media tanam sebanyak 1,75 kg/pohon paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, dan persen hidup E. camaldulensis masingmasing sebesar 31%, 30%, dan 42%. Perlakuan kompos sebanyak 1,65 kg/pohon pada tanaman kesambi paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, dan persen hidup masingmasing sebesar 35%, 22%, dan 38%.
Detail |
|
14 |
Pengaruh Berbagai Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Di Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah |
Agung B. Supangat |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2008 |
Permasalahan kelangkaan air bersih di Indonesia, salah satunya disebabkan oleh rendahnya kualitas air yang tersedia. Banyak aliran sungai yang telah tercemar dan tidak layak lagi dikonsumsi untuk berbagai kebutuhan, bahkan air sungai dari dalam kawasan hutan pun disinyalir telah banyak terkontaminasi zat pencemar. Kondisi kualitas air sungai yang berasal dari kawasan hutan sangat erat kaitannya dengan kondisi penggunaan lahan yang ada serta pengaruhnya terhadap kualitas air sungai. Penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh berbagai penggunaan lahan terhadap kondisi kualitas air sungai di kawasan hutan pinus. Pengambilan contoh kualitas air dilakukan di 13 titik (stasiun) di sepanjang aliran sungai Kemit. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kualitas air pada musim kemarau di kawasan hutan pinus Gombong secara umum dalam kategori baik dan layak digunakan untuk kebutuhan mandi dan mencuci, tetapi tidak untuk air minum secara langsung. Semakin kecil tutupan hutan dalam sub DAS serta semakin beragamnya jenis penggunaan lahan dalam sub DAS menyebabkan kondisi kualitas air sungai yang semakin buruk, terutama akibat adanya aktivitas pertanian dan pemukiman. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas air sungai secara berkelanjutan disarankan upaya penghijauan terutama di sekitar pemukiman, pengaturan resapan air bekas limbah di areal pertanian serta pengendalian limbah rumah tangga secara komprehensif dari seluruh sumber bahan pencemar di sekitar daerah aliran sungai.
Detail |
|
15 |
Potensi Dan Distribusi Air Hutan Lindung Provinsi Gorontalo |
Halidah |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Manado |
2008 |
Manfaat ekonomi dan ekologi keberadaan hutan lindung telah diketahui secara luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang gambaran potensi, distribusi, dan perubahan potensi jasa air hutan lindung. Metode yang digunakan untuk mengukur potensi dan distribusi air adalah pengukuran secara langsung terhadap debit air, pengumpulan data sekunder debit beberapa tahun, curah hujan, data melalui wawancara dan pengumpulan data pada para pemakai air, baik rumah tangga maupun non rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan lindung cenderung berpengaruh terhadap hasil air suatu DAS. Daerah Aliran Sungai Bolango dengan daerah tangkapan yang kecil tetapi luas hutan lindung yang besar memperlihatkan jumlah debit yang lebih besar dibandingkan dengan DAS dengan tangkapan besar tetapi luas hutan lindungnya lebih kecil. Potensi debit DAS Bolango sebagai sampel, rata-rata berkisar 16,20 m³/detik hingga 37,9 m³/detik atau rata-rata 28,98 m³/detik; Bone 5,30 m³/detik hingga 25,50 m³/detik atau rata-rata 15,55 m³/detik; dan Limboto berkisar antara 0,12 m³/detik hingga 0,92 m³/detik atau rata-rata 0,54 m³/detik. Tidak terlihat adanya perubahan potensi debit yang nyata dari tahun 2002-2006. Distribusi air dari DAS meliputi pertanian (irigasi), perikanan (kolam dan karamba), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), serta rumah tangga.
Detail |
|
16 |
Pengaruh Berbagai Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Di Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah |
Agung B. Supangat |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok |
2008 |
One causes of the clean water scarcity problem in Indonesia is the poor quality of the available water. Many of the stream flows have been appallingly polluted and could not be consumed properly. Some of the stream flows from forest areas also show indication that they have been contaminated by pollutant substances. River water quality is closely related to the types of land uses. Research conducted in pine forest area in Gombong was aimed at determining the effects of land uses on river water quality. Thirteen stations along the Kemit river were selected as observation points of water samples. Based on the observation, the results indicated that in general, river water quality within pine forest area in Gombong had good quality and can be used for washing and bathing, whereas, lower stream had poor quality. The quality of river water decreased along with the increasing numbers and types of land uses within catchment area. The poor quality of the water mainly was affected by land uses, such as settlement, rice field, and agricultural land. Deposition of those pollutants from human activities, such as pesticides and domestic wastes within the river may have negative impacts to the environment. Therefore, to sustain and maintain the water quality of the river, comprehensive efforts on reducing pollutants from the catchment area are urgently required. The efforts include reforestation around the settlements, improvement of recharge area of agricultural wastes and control of the domestic waste.
Detail |
|
17 |
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan Dan Hasil Sedimen Pada Sub Das Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa Tengah: Studi Pendahuluan |
Agung B. Supangat dan Sukresno |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2008 |
Watershed management planning in Indonesia currently uses USLE (Universal Soil Loss Equation) as the assessment approach of critical land. The weakness of USLE model is that at can only used to predict soil erosion. The model does not consider hydrological condition of watershed. Areal Nonpoint Source Watershed Environment Response Simulation (ANSWERS) is another model which can eliminate the weakness of USLE. The main objective of the study is to test the ANSWERS model to predict sediment yield and runoff on pine forest sub watershed. This research was conducted in the year 2003 on the Watujali and Silengkong sub watersheds, Sempor District, on Perum Perhutani forest area. These sub watersheds were covered by pine forest. The t-test results showed that there were no significant differences between the direct runoff actual (Q-act) and predicted (Q-prd). However, they had considerable different values. In the Watujali sub watershed, Q-prd was 576.0 mm; Q-act was 494.5 mm; Soil erosion prediction (E-prd) was 1.21 ton/ha; and Soil erosion actual (E-act) was 2.95 ton/ha. In the Silengkong sub watershed, Q-prd was 938.4 mm; Q-act was 845.4 mm; the predicted soil erosion was 10.12 ton/ha; and actual soil erosion was 6.09 ton/ha. The result indicates that the ANSWERS model is not yet applicable for watershed management planning simulation. Before using the simulation of this model, it is suggested to add more paired data of rainfall event and stream flow. Afterwards, this model could be performed for a second time. Due to high rainfall distribution on the research area, it is necessary to add more rain gauge stations in order to increase rainfall data accuracy. Finally, this result is still a preliminary study for further implementation and simulation of the model.
Detail |
|
18 |
Pengaruh Ukuran Lubang Tanam Dan Kompos Kotoran Sapi Untuk Penanaman Lahan Kritis Di Daerah Savana Di Pulau Sumba |
I Komang Surata |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
BPK Kupang |
2009 |
Rehabilitation of critical lands through revegetation on savanna area in Sumba Island, East Nusa Tenggara Province, is mainly facing obstacle due to low growth of the vegetation. This is because the savannah has marginal soils which are characterized by low fertility, thin solum (<20 cm), limestone soil, and dry climate. One of the solutions to increase the vegetation growth is improving the soils through manipulating the planting-hole size and applying cowdung compost fertilizer. The objective of this study is to discover the influences of planting-hole size and cowdung compost fertilizer on the growth of Eucalyptus camaldulensis Dehnh and Schleichera oleosa (Lour.) Merr for planting critical lands of the savanna area in Sumba Island. The method used was Randomized Block Design with two factors, i.e. planting-hole size (30 cm x 30 cm x 30 cm, 40 cm x 40 cm x 40 cm, and 50 cm x 50 cm x 50 cm) and the doses of cowdung compost fertilizer (0, 1, 2, 3, and 4 kg/tree). There were 3 blocks and 25 replications applied for each species. The results showed that the planting-hole size was not significant in increasing the height growth, diameter growth, and survival rate of both E. camaldulensis and S. oleosa. Application of cowdung compost of 1.75 kg/tree is the best in increasing the height growth, diameter growth, and survival rate of E. camaldulensis plantations for about 31%, 30%, and 42%, respectively. For S. oleosa, application of cowdung compost fertilizer of 1.65 kg/tree is the best in increasing the height growth, diameter growth, and survival rate of the plantations for about 35%, 22%, and 38%, respectively
Detail |
|
19 |
Penentuan Zonasi Tataguna Air Tanah di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta |
Rahardyan Nugroho Adi dan Ogi Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Solo |
2011 |
Rapid development in various sectors and areas as well as increasing of population will encourage greater variety of needs, one of which is the need for water resources, including groundwater. Unwise exploitation of groundwater resource would turn out a problem in the future, because of the resource limitation. One of the impacts that has occurred in the recent time is drought. Anticipation and groundwater use control in terms of fitting between demand and potency are needed. The aims of this research were to obtain information on groundwater usage and conservation through setting up groundwater potential map based on groundwater characteristics, groundwater contour and flow direction map, and to determine recharge and discharge area. The research was conducted in Bantul District, Yogyakarta Special Region Province. To accomplish the research aims, scoring approach of groundwater characteristics (groundwater freatic depth, electric conductivity, and groundwater fluctuation) was used. Data were analyzed qualitatively and quantitatively. The results of the research showed that: 1) groundwater zoning can be used to determine groundwater potency and usage in order to maintain groundwater resource sustainability; 2) River in Bantul district is effluent, in which the river is supplied by ground water making the river water flow throughout the year; 3) Bantul district is dominated by discharge area (31,564.5 ha), and the recharge area covers 19,887.5 ha (Landform has an important role for this condition); 4) Groundwater potency in Bantul district spreads into: low (0.7 ha), moderate (13,958.7 ha), and high (37,474.5 ha) potency, which implied that groundwater potency in the district is relatively high; 5) Based on groundwater analysis, recharge area of Bantul district that has to be conserved is 16,927.6 ha while the discharge area is 16,972.6 ha.
Detail |
|
20 |
Analisis Spasial Tingkat Bahaya Erosi di Wilayah DAS Cisadane Kabupaten Bogor |
Tuti Herawati |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2011 |
This research was aimed to predict the erosion danger level at Cisadane Watershed Area based on the Universal Soil Loss Equation formula, by applying a Geographical Information System analysis. Based on the formula, we used four types of maps, i.e. rainfall, soil, slope, and land cover maps. On each map, classification was done to get four to five classes based on a specific factor standard. An overlay process was done to get the final result, i.e. erosion danger level prediction. The level was classified into five categories those were very heavy, heavy, medium, light, and very light. The results showed that the erosion danger levels at Cisadane watershed area ranged from very light to very heavy, with the percentages of the affected areas are 55.84%; 15.74%; 6.33%; 0.81%, and 0.30% respectively. The very heavy and heavy danger areas covered 316 ha. and 851 ha. respectively. Tamansari was a sub-district with the most extensive area of the very heavy danger level, i.e. 87 ha. Othersub-districts with vast heavy danger areas were Tenjolaya, Caringin, Cijeruk, and Nanggung. The results can be used as a database to make a good planning watershed area management.
Detail |
|