No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
51 |
Perkembangan Koloni Apis mellifera L. Yang Diberi Tiga Formula Kedelai Sebagai Pakan Buatan Pengganti Serbuksari |
Kuntadi |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
http://forda-mof.org/files/6_Kuntadi_klm.pdf |
2008 |
Penelitian bertujuan mengetahui formula tepung kedelai untuk pakan buatan pengganti serbuksari yang terbaik bagi perkembangan koloni. Penelitian dilakukan di apiari Sari Bunga, Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Tiga jenis pakan buatan masing-masing terbuat dari tepung tempe (kedelai fermentasi), kedelai sangrai, dan kedelai rebus diberikan pada koloni lebah madu Apis mellifera L. yang ada di dalam kotak pemeliharaan yang dipasangi dan tidak dipasangi penangkap serbuksari. Tingkat kesukaan lebah pada jenis pakan tertentu dan efek pakan terhadap perkembangan koloni dianalisis dalam sebuah percobaan menggunakan rancangan acak kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi koloni pada jenis pakan kedelai sangrai lebih rendah dari dua jenis pakan lainnya (P<0,01). Tidak ada perbedaan perkembangan koloni antar perlakuan pada pengamatan tingkat kematian anakan, bobot badan dan kandungan protein lebah pekerja muda, dan perkembangan populasi koloni (P>0,05). Penelitian juga menemukan bahwa perkembangan populasi lebah pada kelompok koloni yang dipasangi penangkap serbuksari lebih rendah dari pada kelompok koloni yang tidak dipasang penangkap serbuksari (P<0,01).
Detail |
|
52 |
Analisis Finansial Usaha Lebah Madu Apis mellifera L. |
Yelin Adalina |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2008 |
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi tentang kelayakan finansial usaha pada perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan lebah madu Apis mellifera L. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif melalui studi kasus yang berupa analisis dokumen (desk study), yaitu dengan cara mengumpulkan data dari tiga buah perusahaan di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ratarata produksi madu adalah 14,38-30,62 kg/koloni/tahun, harga pokok produksi madu adalah Rp 7.790,- – Rp 20.500,-/kg madu, harga pokok penjualan adalah Rp 8.040,- - Rp 25.600,-/kg madu, dan harga penjualan adalah Rp 13.500,- - Rp 33.000,-/kg madu. Jumlah madu pada saat titik impas atau break event point (BEP) sebesar 1.230-6.459 kg dan bila dikonversi ke dalam jumlah koloni sebesar 84-240 koloni, sedangkan besarnya nilai penjualan madu hasil perhitungan titik impas Rp 37.594.000,- – Rp 84.214.000,-. Jumlah koloni dan hasil penjualan madu ini berada di atas titik impas nilai penjualan, sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan. Besarnya nisbah manfaat terhadap biaya (B/C ratio) 1,0-1,39 pada tingkat diskonto 10 persen. Jangka waktu pengembalian atau payback period (PBP) agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya 41-58 bulan dari jangka waktu maksimum yang diusulkan selama 60 bulan. Tingkat bunga maksimum atau internal rate of return (IRR) yang dapat dibayar dalam pengusahaan lebah madu Apis mellifera L. sebesar 10,2-75 persen. Besarnya manfaat sekarang neto (NPV) pada tingkat diskonto 10 persen sebesar Rp 218.900,- sampai Rp 228.945.600,-. Pengusahaan lebah madu Apis mellifera L. layak diusahakan karena besarnya produksi di atas titik impas, rasio manfaat terhadap biaya (B/C ratio) lebih besar dari satu, tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar di atas bunga bank, nilai sekarang dari arus uang pada masa yang akan datang dengan tingkat diskonto 10 persen bernilai positif dan jangka waktu pengembalian dana investasi lebih pendek dari jangka waktu maksimum yang diusulkan.
Detail |
|
53 |
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat Di Dataran Tinggi Dieng |
Susi Abdiyani |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Pengelolaan DAS |
2008 |
Informasi tentang tumbuhan obat di dataran tinggi Dieng belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keanekaragaman tumbuhan obat yang ada di dataran tinggi tersebut. Metode yang digunakan adalah metode analisis vegetasi menggunakan petak ukur kuadrat sebanyak 100 plot dengan ukuran 1 m x 1 m. Keanekaragaman tumbuhan obat diukur dengan menghitung Indeks Keanekaragaman Shannon. Tumbuhan obat yang mempunyai keanekaragaman jenis paling tinggi adalah tekelan (Eupatorium riparium Reg.), nyangkoh (Curculigo latifolia Dryand.), parijata (Smilax zeylanica Linn.), gigil (Gynura procumbens Back.), trembilungan abang (Begonia hirtella Link.), dan ucen (Rubus reflexus Ker.). Tumbuhan obat yang mempunyai keanekaragaman jenis paling rendah adalah pakis urang (Dryopteris pteroides Rumph.), urang-urangan (Dryopteris marginalis Rumph.), sembung peper (Blumea balsamifera (L.) DC.), dan galar paku (Urena trifolia Linn.). Informasi potensi tumbuhan obat yang ada di kawasan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan dapat mendukung upaya konservasinya, baik secara ex-situ maupun in-situ
Detail |
|
54 |
Analisis Finansial Usaha Lebah Madu Apis mellifera L |
Yelin Adalina |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2008 |
The purpose of this research was to find out information on financial feasibility of the Apis mellifera L. honey bee enterprises. The method used was a description through a case study in the form of document analysis (desk study) by collecting data from three companies in West Java. Results showed that the average value of honey production was 14.38-30.62/kg/colony/year with the basic production price of Rp 7,190.- – Rp 20,500.-/kg honey, the basic selling price of Rp 8,040.- – Rp 25,600.-/kg honey and the selling price of Rp 13,500.- - Rp 33,000,-/kg honey. The total honey produced at the break event point was 1,230-6,459 kg and if it was converted into the total colonies were 84-240 colonies in which the total honey bee selling price at the break event point was Rp 37,594,000.- – Rp 84,214,000.-. These values were higher than those at the break event point meaning that they were profitable. The benefit cost (B/C) ratio was 1.0-1.39 at the level of 10 percent. The payback period of the invested fund could be gained entirely was 41-58 months from the maximum proposed period of 60 months. The maximum internal rate of return that can be paid by Apis mellifera L. honey bee enterprise was 10.2-75%. The net present value (NPV) at 10 percent discont level was Rp 218,900.- -Rp 228,945,600,-. These results suggested that Apis mellifera L. honey bee enterprises were feasible as the production was higher than that at the break event point, the B/C ratio was greater than one, the maximum interest level that can be paid was higher than the bank interest, the net present value at 10 percent discont level was positive and the payback period of the invested fund was shorter than the maximum proposed period.
Detail |
|
55 |
Anti Fungal Activity of Wood Extract of Aquilaria crassna Pierre ex Lecomte Against Agarwood-Inducing Fungi, Fusarium solani |
Eka Novriyanti, Erdy Santosa, Wasrin Syafii, Maman Turjaman and Irnayuli R. Sitepu |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
BPHPS Kuok |
2010 |
This paper provided information regarding artificial agarwood production. Fungi are considered as biological agent for agarwood formation and agarwood is assumed as tree defense mechanism product. This research was aimed at investigating the anti fungal activity (AFA) of Aquilaria crassna, one of the agarwood-producing trees, against Fusarium solani in vitro. Aquilaria crassna wood mill was extracted by 70% ethanol to investigate the anti fungal activity. The result are Aquilaria crassna exhibited low extractives content, which was only 2.0% (w/w) and a low anti fungal activity in vitro, especially for ethanol extract. However, further fractionation and bioassay showed that the most active component was likely in the ethyl-acetate soluble fraction that exhibited strong anti fungal activity (52.5%) at 4.0% of concentration.
Detail |
|
56 |
Biological Activities Afforded By The Extract From Raru Bark To Inhibit Action of Alpha-Glucosidase Enzymes |
Gunawan Pasaribu, Wasrin Syafii and Latifah K. Darusman |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
BPK Aek Nauli |
2011 |
Raru (Shorea balanocarpoides Sym) signifies one of the tree species that grows widespread in Sumatra Island. Its bark portion is commonly used by local villagers as additional ingredient mixed to nira (sugar palm juice). This addition is intended to make the juice more durable and also to enrich its taste after the juice is previously fermented to become traditional toddy beverage or the so-call “tuak”. Local villagers believe that raru bark can reduce the level of blood sugar. As the relevance, the research was conducted to confirm that the extract from raru bark could afford its biological activities to inhibit alpha-glucosidase enzyme through its characterization, quantification, and isolation of its boactive compound. The extraction was performed using two methods (i.e.reflux and maceration techniques). Result revealed that the bark extract obtained from both techniques contained polyphenol compounds: flavonoid, saponin and tannin. Further, raru-bark extract from the reflux and maceration techniques could inhibit the action of alpha glucosidase enzymes on carbohydrate substrate (i.e. p-nitrophenil-α-D-glucopyranose), at respectively 90.67% and 97.33%. Meanwhile, the inhibition activities afforded by the patented drug as a control (i.e. glucobay) equaled to 97.05%. Assesment using UV-VIS spectroscopy, showed that the maximum spectrum of bioactive compound in the extract was at the wave length of 288.6 nm. Scrutiny using FTIR spectroscopy could identify the presence of aromatic groups in the compound, containing -OH, C-H, C=C, C-O and C-H bond types. Analysis using GC-MS exhibited that the compound had molecular weight of 390 with molecular structure as C20 H22O8. Ultimately, data analysis scrutiny with the aid of NMR judged the most plausible compound as bioactive was 4-Glucosyl-3, 4’, 5-trihydroxystilbene
Detail |
|
57 |
The Role of Phenolics in Agarwood Formation of Aquilaria Crassna Pierre Ex Lecomte and Aquilaria Microcarpa Baill Trees |
Eka Novriyanti and Erdy Santosa |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
BPHPS Kuok dan Puskonser |
2011 |
Phenolic is well known as a secondary metabolite that plays an important role in plant defense system. Information about the fungi-impeded role of secondary metabolite is important in achieving success of artificial agarwood production, in that fungi induction imparted to the selected potential trees will be more effective and efficient. This research was aimed to investigate the correlation of agarwood tree phenolics in relation with the susceptibility of corresponding trees to attack in the formation of agarwood and observing total phenolics content of and trees prior to inoculation. Twenty trees of A.microcarpa at Carita, a Forest Area for Special Function (FASF) and ten of at Dramaga Research Forest were inoculated with isolate of in spiral pattern around their stem from ground level to about 1.5 m in height. Prior to inoculation, wood strips were taken off from the stem for total phenolics content. The result revealed that total phenolics content and infection area tended to have a negative correlation. Since the quantity of agarwood is highly related with the infection area, then trees with lower phenolics content should be selected for the more effective and efficient artificial agarwood production.
Detail |
|
58 |
PENGARUH LAPISAN KAYU TERHADAP SIFAT BAMBU LAMINA |
I. M. Sulastiningsih, Nurwati dan Adi Santoso |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Bambu yang termasuk tanaman cepat tumbuh dan mempunyai daur yang relatif pendek (3-4 tahun) merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup menjanjikan sebagai bahan pengganti kayu untuk bahan bangunan. Masalah pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan adalah keterbatasan bentuk dan dimensinya. Pembuatan produk bambu lamina merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Penelitian pengaruh lapisan kayu terhadap sifat bambu lamina (3 lapis) telah dilakukan di laboratorium produk majemuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan, Bogor. Bambu yang digunakan adalah bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea), sedangkan perekatnya adalah tanin resorsinol formaldehida (TRF). Kayu yang digunakan adalah mangium (Acacia mangium) dan tusam (Pinus merkusii). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan kayu sangat berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis bambu lamina. Bambu lamina yang semua lapisannya terdiri dari bambu, kerapatannya lebih tinggi (0,8 g/cm3) dibanding bambu lamina yang lapisan tengahnya dari kayu mangium (0,7 g/cm3 ) dan tusam (0,64 g/cm3 ). Bambu lamina yang lapisan tengahnya kayu tusam mempunyai sifat kestabilan dimensi yang paling rendah dibanding bambu lamina lainnya. Sifat mekanis bambu lamina menurun dengan adanya lapisan kayu dalam komposisi lapisan penyusunnya.
Detail |
|
59 |
TEKNOLOGI PEMBUATAN BIODISEL DARI MINYAK BIJI TANAMAN JARAK PAGAR |
R. Sudradjat, Hendra A., W. Iskandar & D. Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pustekolah |
2005 |
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) adalah tanaman cepat tumbuh dan sangat toleran terhadap iklim tropis dan jenis tanah, sehingga sesuai untuk dikembangkan sebagai tanaman konservasi. Selain itu, minyak dari bijinya dapat digunakan sebagai bahan energi. Bahkan bagian lain dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan khusus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan biodisel dari minyak biji jarak pagar. Biodisel adalah bahan bakar minyak (BBM) dari minyak nabati untuk otomotif (mobil) dan disel generator. Pembuatan biodisel dilakukan dengan proses 2 tahap, tahap pertama adalah proses esterifikasi yaitu untuk mengubah asam lemak bebas menjadi metil ester. Tahap kedua adalah proses transesterifikasi yaitu untuk mengubah trigliserida menjadi metil ester. Proses 2 tahap ini dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dari minyak jarak pagar dengan proses esterifikasi yang mana asam lemak bebas tersebut dapat menghambat konversi trigliserida menjadi metil ester pada proses transesterifikasi. Proses esterifikasi menggunakan metanol sebanyak 20% (v/v) secara konstan untuk setiap perlakuan, sebagai katalis digunakan H2SO4 2%. Proses transesterifikasi menggunakan metanol dalam jumlah yang bervariasi yaitu : 10, 20, 30, 40, 50, 60% (v/v) dan katalis yang digunakan adalah KOH 0,3%. Kedua tahap reaksi tersebut dilakukan pada suhu 60°C dan lama reaksi 90 menit. Sifat fisika kimia minyak jarak pagar yang diuji adalah bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan ester, kerapatan dan kekentalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses 2 tahap yang dinamakan proses “estrans”, dibandingkan dengan proses satu tahap, mampu mengkonversi trigliserida menjadi metil ester dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut ditunjukkan oleh rendahnya bilangan asam dan kekentalan, yaitu pada konsumsi metanol optimum sebesar 40% (v/v). Angka konsumsi metanol sebesar 40% (v/v) tergolong tinggi, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut yang lebih fokus pada upaya untuk menurunkan konsumsi metanol pada pembuatan biodisel dengan menggunakan proses “estrans”.
Detail |
|