No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
41 |
Teknik Pengolahan Gambir di Desa Siambaliang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara |
Santiyo Wibowo dan Totok K. Waluy |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2005 |
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang penting di Indonesia, digunakan secara tradisional untuk berbagai tujuan seperti campuran makan sirih, obat, industri tekstil dan kulit. Salah satu sentra produksi gambir di Indonesia adalah Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang teknik pengolahan gambir di Desa Siambaliang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Desember 2002 dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan gambir dilakukan dengan teknik yang sederhana dan tradisional, rendemen yang dihasilkan antara 4,17%-4,82% dengan rata-rata 4,57%.
Detail |
|
42 |
Pengawetan Bambu Talang secara Sederhana |
Eka Novriyanti dan Edi Nurrohman |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2004 |
Penelitian dilakukan untuk menguji efektivitas pengawetan dengan senyawa boron pada bambu talang (Schizostachyum brachycladum). Pada penelitian ini digunakan empat tingkatan konsentrasi yaitu 5, 10, 15, and 20%. Perlakuan pengawetan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan memotong batang bambu pada bagian bawah, kemudian dibuang bagian kulitnya sebelum direndam selama 1 minggu dalam larutan borax. Hasil penelitian menunjukan bahwa penetrasi longitudinal pada semua percobaan dapat mencapai 100%. Nilai retensi bervariasi menurut konsentrasi borax, namun konsentrasi 15% memberikan nilai retensi tertinggi
Detail |
|
43 |
Sifat-Sifat Kopal Manila dari Probolinggo, Jawa Timur |
Totok Waluyo, E. S. Sumadiwangsa, Pudji Hastuti & Evi Kusmiyati |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2004 |
Kopal manila berasal dari getah pohon Agathis sp., yang keluar dengan cara disadap. Kopal manila dari Indonesia menguasai hampir 80% pasar dunia. Salah satu daerah penghasil kopal manila di Indonesia yaitu Probolinggo, Jawa Timur. Sifat-sifat fisiko-kimia kopal manila Probolinggo kualitas UT/Utama dan P/Pertama adalah sebagai berikut : warna 10 YR 8/3 (abu-abu muda) dan 2,5 YR 6/1 (abu-abu kemerahan); kadar kotoran 9,7% dan 23,3%; titik lunak 144 ºC dan 149 ºC; kadar abu 0,2% dan 9,2%; bilangan asam 244 dan 209; bilangan penyabunan 309 dan 245 dan berat jenis 0,91 dan 0,88. Kopal manila Probolinggo kualitasnya relatif rendah dan tidak termasuk dalam Standar Nasional Indonesia 01 - 1681 - 1989, terutama disebabkan oleh kadar kotoran yang tinggi.
Detail |
|
44 |
Komponen Aktif Dua Puluh Jenis Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung Halimun |
Zulnely, E. S. Sumadiwangsa, Erik Dahlian dan Umi Kulsum |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2004 |
Hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun merupakan salah satu hutan tropis Indonesia yang kaya dengan jenis tumbuhan obat. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi senyawa aktif dari dua puluh jenis tumbuhan obat. Hasil uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp diperoleh sebelas contoh uji tumbuhan obat yang berkhasiat obat karena bersifat toksik. Semua contoh uji yang bersifat toksik ini mengandung senyawa golongan saponin, sepuluh contoh uji mengandung flavonoid, steroid dan tanin. Sedangkan tujuh contoh uji mengandung triterpenoid dan dua contoh uji mengandung alkaloid.
Detail |
|
45 |
Jenis dan Preferensi dan Polen Sebagai Pakan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar |
Amiril Saridan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda |
2010 |
Langkah upaya konservasi kelelawar diawali dengan mengetahui faktor jenis pakan yang disukainya. Metode yang dilakukan adalah mengidentifikasi polen yang termakan, menggunakan analisis polen. Tujuan penelitian yaitu untuk mendapatkan informasi tentang jenis tumbuhan pakan kelelawar dan faktor-faktor tumbuhan pakan yang disukainya, meliputi faktor tipe mahkota bunga, tipe polen, dan ukuran polen. Hasil dari identifikasi polen yang ditemukan menunjukkan bahwa spesies Cynopterus titthaecheilus Temminck jantan dan Eonycteris spelaea Dobson jantan dipengaruhi oleh faktor bentuk mahkota kedok (stellatus). Spesies C. titthaecheilus betina dipengaruhi kuat oleh bentuk mahkota (piringan), sedangkan spesies Cynopterus brachyotis Müller jantan, Macroglossus sobrinus K. Andersen jantan, dan E. spelaea betina dipengaruhi kuat oleh bentuk mahkota kupu-kupu (papilionaceus), tabung (tubulus), dan bintang (stellatus). Spesies Cynopterus minutus Miller betina dan Cynopterus sphinx Vahl betina dipengaruhi kuat oleh bentuk mahkota lonceng (campanulatus) dan bulir. Spesies C. Brachyotis betina dipengaruhi kuat oleh bentuk mahkota bulir (inflorescences) dan mangkuk (urceolatus). Spesies C. titthaecheilus jantan dipengaruhi kuat oleh tipe polen suboblate. Untuk jenis C. brachyotis jantan, M. sobrinus jantan, dan E. spelaea betina dipengaruhi kuat oleh tipe polen prolate spheroidal, sedangkan spesies C. titthaecheilus betina dipengaruhi kuat oleh tipe polen oblate. Spesies C. brachyotis jantan dipengaruhi kuat oleh tipe polen peroblate dan prolate, sedangkan untuk jenis M. sobrinus jantan dan C. minutus betina dipengaruhi oleh tipe polen perprolate. Spesies C. minutus betina dipengaruhi kuat oleh bentuk polen perprolate dan suboblate. Ukuran polen gigantea dan magna mempengaruhi spesies C. brachyotis jantan, C. titthaecheilus, M. sobrinus jantan, E. spelaea betina, sedangkan permagnae menunjukkan pengaruh yang lemah terhadap jenis kelelawar.
Detail |
|
46 |
Uji Pertumbuhan Stek Cemara Sumatra Taxus sumatrana (Miquel) de Laub |
Henti Hendalastuti R., Atok Subiakto, Iskandar Z. Siregar, dan Supriyanto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2010 |
Cemara sumatra (Taxus sumatrana (Miquel) de Laub.) merupakan pohon penghasil taxane, zat aktif obat berkhasiat penyakit kanker. Perbanyakan bibit cemara sumatra bermasalah, karena sulitnya mendapatkan benih dan perkecambahan benihnya memerlukan perlakuan khusus. Teknik stek merupakan alternatif yang potensial untuk perbanyakan bibit jenis ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh media terhadap pertumbuhan akar stek cemara sumatra. Sumber bahan stek berasal dari pohon dewasa yang tumbuh alami di Gunung Kerinci, Jambi. Media yang digunakan terdiri dari campuran serbuk kelapa : sekam padi (1:1 v/v), serbuk kelapa : sekam padi : tanah (1:1:1 v/v), dan serbuk kelapa : sekam padi (2:1 v/v). Pengamatan terhadap perkembangan akar stek cemara sumatra dilakukan dengan menggunakan prosedur mikroteknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua variabel yang diamati, media hanya berpengaruh nyata terhadap kemampuan berakar stek. Ketiga media yang dicobakan, campuran serbuk kelapa dan sekam padi pada perbandingan 2:1 v/v memberikan hasil terbaik untuk kemampuan berakar (66,7%). Hasil dari pengamatan pertumbuhan dan perkembangan akar diketahui bahwa akar pada stek cemara sumatra berasal dari sel-sel meristem pada kambium.
Detail |
|
47 |
Pemanfaatan Pohon Berkhasiat Obat di Cagar Alam Gunung Picis dan Gunung Sigogor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur |
Titiek Setyawati |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2010 |
Kegiatan penelitian untuk mengumpulkan informasi tentang pemanfaatan pohon obat dilakukan di dua lokasi cagar alam di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Pengumpulan data dan informasi ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dengan penduduk lokal serta melalui studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Cagar Alam Gunung Picis dan Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, ditemukan 12 jenis pohon berkhasiat obat yang diketahui berdasarkan kajian pustaka yaitu suren (Toona sinensis M. Roem.), puspa (Schima wallichii Korth.), morosowo (Engelhardtia spicata Bl.), talesan (Persea odoratissima Kosterm.), gitri (Elaeocarpus sphaericus K. Schum.), mangir (Ganophyllum falcatum Bl.), cempaka (Turpinia sphaerocarpus Hassk.), trawas (Litsea odorifera T. et B.), nyampuh (Pygeum parviflorum T. et B.), kayu abang (Payena lerii Kurz.), pasang (Castanopsis acuminatissima A. DC), dan pasang biasa (Lithocarpus elegans (Bl) Hatus). Dari 12 jenis ini hanya ada lima jenis saja yang berdasarkan wawancara dimanfaatkan oleh penduduk sebagai bahan obat yaitu puspa, morosowo, talesan, mangir, dan kayu abang. Potensi dari jumlah pohon berkhasiat obat yang ditemukan di lokasi penelitian cukup tinggi. Sayangnya masyarakat yang berada di sekitar lokasi penelitian memanfaatkan hanya sebagian saja untuk pengobatan tradisional. Masyarakat lebih memilih untuk menggunakan obat-obatan modern (non-tradisional) yang mudah diperoleh dengan harga murah di pasarpasar lokal.
Detail |
|
48 |
Potensi Dan Riap Diameter Jenis Aquilaria malaccensis LAMK Di Hutan Alam Produksi Labanan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur |
Abdurachman, Amiril Saridan dan Ida Lanniari |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda |
2009 |
Aquilaria malaccensis LAMK adalah salah satu jenis tanaman penting yang dapat memproduksi gaharu sebagai hasil hutan bukan kayu di Kalimantan Timur. Gaharu memilki nilai ekonomi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi potensi, distribusi, dan riap diameter pohon penghasil gaharu. Diharapkan informasi ini dapat dijadikan dasar untuk konservasi genetik dalam pengembangan silvikultur. Penelitian ini dilaksanakan pada plot STREK (Silviculture Technique for Regeneration of Logged Over Area in East Kalimantan) di hutan alam produksi Labanan dengan total kawasan 48 ha. Telah dibuat 12 plot di mana setiap plot berukuran empat ha atau 200 m x 200 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pohon pada setiap plot berjumlah 1-5 pohon, ini berarti hanya ada satu pohon dalam luasan dua ha. Diameter terbesar adalah 44,7 cm dan terkecil 10 cm Rata-rata riap diameter adalah 0,40 cm per tahun (± 0,402 cm). Sementara itu, riap tertinggi adalah 0,64 cm per tahun untuk kelas diameter >40 cm.
Detail |
|
49 |
Uji Toksisitas Dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L. |
Tri Atmoko dan Amir Ma’ruf |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam |
2009 |
Uji toksisitas dan skrining fitokimia ekstrak tumbuhan sumber pakan orangutan dilakukan terhadap jenis Dacryodes rugosa (Blume) H.J.Lam., Durio acutifolius (Mast.) Kosterm., Madhuca sericea H.J. Lam.,Triomma malaccensis Hook. F., Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merrill, dan Scaphium macropodum (Miquel) Beumee ex Heyne. Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Sampel daun tumbuhan sumber pakan orangutan yang diambil dari Hutan Lindung Gunung Beratus diekstraksi dengan methanol berulangkali. Sampel kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kasar. Masing-masing ekstrak diuji toksisitasnya terhadap larva Artemia salina L. Uji toksisitas dilakukan dengan konsentrasi 1.000 ppm, 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 62,5 ppm, 31,2 ppm, dan 15,6 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak D. rugosa memiliki toksisitas tertinggi di antara ekstrak perlakuan. Nilai LC50 terkecil, yaitu 125,57 ppm, ditunjukkan oleh A. salina pada konsentrasi 1.000 ppmdengan tingkat kematian 87%.
Detail |
|
50 |
Pengaruh Pemberian Limbah Pemeliharaan Ulat Sutera Terhadap Produksi Daun Murbei |
Syofia Rahmayanti dan Sunarto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2008 |
Penelitian dilakukan di Desa Parit, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat pada bulan Juni 2005 hingga Februari 2006. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pemberian pupuk organik limbah pemeliharaan ulat dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap produksi daun murbei. Pola yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan yaitu : pemberian pupuk organik limbah pemeliharaan ulat 1 kg/tanaman, 2 kg/tanaman, 1 kg pupuk organik + 20 g pupuk kimia/tanaman, 2 kg pupuk organik + 20 g pupuk kimia/tanaman, 20 g pupuk kimia/tanaman, dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk limbah pakan ulat pada tanaman murbei tidak menunjukkan beda nyata di antara perlakuan yang diberikan terhadap jumlah daun, tetapi berbeda nyata terhadap tinggi, jumlah cabang, dan berat daun. Pemberian pupuk limbah pemeliharaan ulat sutera 1 kg/tanaman + 20 g campuran urea, TSP, KCl memberikan hasil terbaik untuk tinggi dan berat daun, yaitu 209,12 cm untuk tinggi dan 1.926,25 g untuk berat daun.
Detail |
|