No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
11 |
Model Produksi Benih Malapari (Pongamia Pinnata Merril.) Di Batukaras, Ciamis, Jawa Barat |
|
- Nama : Ir. Danu , B.Sc.F, M.Si
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor
- Email : danu_bptp@yahoo.co.id
|
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan |
2013 |
Dalam pengembangan malapari (Pongamia pinnata Merril) sebagai penghasil bahan baku energi minyak nabati diperlukan benih bermutu dengan jumlah yang cukup dan berkelanjutan. Adanya model pendugaan produksi benih dapat membantu proses perencanaan produksi lebih akurat. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan model penduga produksi benih malapari (Pongamia pinnata Merril) di Desa Batukaras, Kabupaten Ciamis. Pohon contoh penghasil benih malapari dipilih secara purposive sebanyak 30 pohon menurut sebaran kelas diameter pohon yang ada di areal penelitian yaitu sebanyak 103 pohon. Setiap pohon contoh dilakukan pengukuran diameter pohon, tinggi total, tinggi bebas cabang dan diameter tajuk. Diameter pohon diukur pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. Data produksi benih diperoleh dengan cara memetik seluruh polong setiap pohon contoh. Hasil penelitian mununjukkan bahwa diameter pohon (x2 ) dan diameter tajuk (x3 ) berkorelasi terhadap produksi polong malapari, sedangkan produksi benih hanya berkorelasi dengan diameter tajuk. Model penduga produksi benih malapari di Batukaras adalah Yb = -1050 + 482 x butir (r= 48,5% ).
Detail |
|
12 |
Variasi Pertumbuhan Tanaman pada Kombinasi Uji Keturunan dan Provenans Merbau Umur 5 Tahun Di Sobang, Banten |
|
- Nama : Hamdan Adma Adinugraha, S.Hut, M.Sc
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Manado |
2014 |
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pertumbuhan tanaman merbau di Sobang sampai umur 5 tahun sehingga dapat diperoleh materi genetik unggul. Pembangunan plot kombinasi uji provenans dan uji keturunan dilakukan pada tahun 2007 dengan menggunakan rancangan Rancangan Blok Acak Lengkap (RBAL) yang terdiri atas 6 blok, 100 famili, 4 treeplot dengan jarak tanam 4 x 4 m. Pengukuran dilakukan secara periodik setiap tahun terhadap karakter persentase hidup, tinggi dan diameter batang. Terdapat variasi pertumbuhan yang nyata antar provenans pada umur 5 tahun dengan rerata persentase hidup 41,61-65,11 %, tinggi rata-rata 1,04-2,82 m dan diameter batang rata-rata 1,24-1,59 cm. Pertumbuhan famili yang diuji juga bervariasi secara signifikan dengan persentase hidup 12,5-91,67 %, tinggi tanaman 0,52-2,55 m dan diameter batang 0,90-2,44 cm. Taksiran heritabilitas individu untuk sifat tinggi tergolong tinggi (0,344) sedangkan untuk diameter tergolong sedang (0,259). Heritabilitas famili untuk tinggi dan diameter termasuk sedang yaitu masing-masing 0,573 dan ,491.Korelasi genetik antara kedua sifat tersebut termasuk tinggi yaitu 0,834.
Detail |
|
13 |
Pengaruh Media dan Penanganan Benih terhadap Pertumbuhan Semai Nyamplung (Calopyllum Inophylum) |
|
- Nama : Ady Suryawan, S.Hut
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Manado |
2014 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media (topsoil dan cocopeat) dan perlakuan pada benih (kontrol, perendaman, peretakan cangkang dan pengupasan cangkang) terhadap pertumbuhan benih nyamplung dari Pulau Talise hingga umur 3 bulan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan parameter pengamatan tinggi, diameter, kekokohan semai, dan indeks mutu bibit. Hasil penelitian diketahui bahwa karakter pertumbuhan nyamplung dipengaruhi oleh media dan penanganan benih. Media cocopeat akan meningkatkan viabilitas namun menurunkan tingkat pertumbuhan, sehingga diperlukan penyapihan dengan media yang lebih subur saat penyapihan. Penanganan benih dengan pengupasan cangkang memiliki pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan kualitas bibit. Berdasarkan penelitian ini, pembibitan nyamplung diperlukan bedeng tabur skarifikasi dengan media cocopeat dan perlakuan pengupasan cangkang sebelum di sapih
Detail |
|
14 |
Kesesuaian Penggunaan Cocopeat sebagai Media Sapih pada Politube dalam Pembibitan Cempaka (Magnolia Elegans (Blume.) H.Keng) |
|
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Manado |
2014 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan cocopeat sebagai media sapih pertumbuhan bibit cempaka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji coba yang selanjutnya dibandingkan dengan pertumbuhan bibit cempaka pada wadah polybags dengan menggunakan topsoil sebagai media sapihnya. Parameter yang diamati meliputi persen hidup (%), tinggi (cm), dan diameter (cm). Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa parameter diameter, tinggi, dan persen hidup bibit cempaka pada politube menggunakan media sapih cocopeat memiliki nilai berbeda nyata dengan pertumbuhan cempaka menggunakan media sapih topsoil dengan persentase perbedaan masing-masing 23,53 %, 35,51 %, dan 416,70 %. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan cempaka pada polibag dengan menggunaan media sapih topsoil persentase perbedaannya adalah 70,59 %; 197,73 %; dan 383,36 %.
Detail |
|
15 |
Pengembangan Teknik Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jati pada Hutan Rakyat |
|
- Nama : Hamdan Adma Adinugraha, S.Hut, M.Sc
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2014 |
Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil kayu pertukangan yang penting dan populer di Indonesia. Kebutuhan kayu jati terus meningkat namun belum dapat dipenuhi dari produksi kayu dari hutan tanaman industri. Alternatif pemenuhan kebutuhan kayu tersebut diperoleh dari hutan rakyat. Dalam rangka peningkatan produktivitas hasil hutan rakyat maka IPTEK penyediaan bibit unggul sangat diperlukan. Penyediaan bibit unggul yang diperoleh dari benih unggul memerlukan waktu untuk melakukan seleksi pada plot uji keturunan, sehingga pengembangan teknik perbanyakan vegetatif yang tepat adalah solusi yang bisa diterapkan. Strategi yang diperlukan dalam penerapan teknik perbanyakan vegetatif diawali dengan pemilihan pohon induk yang baik (pohon superior), pengambilan materi genetik (bahan vegetatif tanaman), pembuatan okulasi, pembangunan kebun pangkas, dan produksi bibit secara masal dengan menerapkan teknik stek pucuk atau kultur jaringan. Melalui uji klon diharapkan dapat diperoleh klon-klon unggulan yang adaptif pada lokasi pengembangan serta memiliki produktivitas yang lebih baik
Detail |
|
16 |
Uji Keturunan Pulai Darat (Alstonia angustiloba Miq.) untuk Mendukung Penyediaan Sumber Benih Unggul |
|
- Nama : Ir. Mashudi, M.Sc
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
- Email : masshudy@yahoo.com
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2014 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen hidup, tinggi tanaman, dan diameter batang tanaman uji keturunan pulai darat umur 2 tahun dalam rangka mendukung penyediaan sumber benih unggul. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Randomized Complete Block Design (RCBD) yang terdiri atas 2 faktor, yaitu tempat asal populasi (A) dan pohon induk (B). Dalam penelitian ini faktor B bersarang (nested) dalam faktor A. Faktor A terdiri atas 4 tempat asal populasi (Carita-Banten, Pendopo-Muara Enim, Lubuk Linggau-Musi Rawas dan Solok-Sumatera Barat) dan faktor B terdiri atas 43 pohon induk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen hidup, tinggi tanaman dan diameter batang tanaman uji keturunan pulai darat umur 2 tahun di Wonogiri berturut-turut sebesar 82,07 %; 2,43 m dan 2,85 cm
Detail |
|
17 |
Genetic Variability in Resistance of (Miq.) Barneby & J. W. Grimesto Gall Rust Disease Falcataria moluccana |
|
- Nama : Liliana Baskorowati, S.Hut, MP, Ph.D
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
- Email : lbaskorowati@yahoo.com
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2012 |
During 2003-2009 large area plantations of F. moluccana, in Java particularly, had been attacked severely by gall rust disease. In order to reduce the gall rust impacts, selection of gall-rust resistance of F. moluccana needs to be undertaken. Therefore, study of genetic variability on gall-rust resistance of F. moluccana was carried out at the 3 years old of gall rust disease resistance trial located at Kediri, East Java. The trial consists of 80 open pollinated families, including four seed sources from Kediri (East Java), Lombok (Nusa Tenggara), Papua and Candiroto (Central Java). In this study, several variables were assessed i.e. height, diameter, stem form, crown density, number of galls which existed on stems, branches, twigs, and crowns. The disease incidence and severity were calculated using the index scores of gall rust. Results revealed that there were significant differences in stem-form and stem-galls between families. Individual heritability (h i) was relatively medium for stem-form, branch-galls and stem-galls, whereas h i for diameter, crown density and twig-galls were low. Genetic correlations were strongly positive between diameter and the disease. Meanwhile, a correlation between stem-form and the diseases was strongly negative. Therefore, individual heritability for stem-form could be used to decrease disease incidence and severity. Index of disease incidence and severity varied significantly between 80 families in the trial. Grouping of the families based on the seed sources (provenances) showed that Papua seed sources exhibited the most resist or tolerate to the gall rust diseases. Therefore, further attention to the potential provenances involving the disease severity and incidence need to be paid.
Detail |
|
18 |
Evaluation for the Efficiency of Early Selection in Acacia mangium Seedling Seed Orchards Based on Age Trends in Genetic Parameter |
Arif Nirsatmanto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2012 |
The efficiency of early selection was evaluated based on age trend in genetic parameters using tree height data that was measured periodically repeatedly up to age 3 years of age in four seedling seed orchards of Acacia mangium at South Kalimantan, Indonesia. The four orchards were grouped into two populations based upon their provenances, namely: Papua New Guinea (PNG) and Far North Queensland-Australia (FNQ). A model for time trend of genetic parameters was developed by fitting regression equation to the estimates of variances and correlations using tree height data as an independent variable. In both populations, genetic variances and total phenotypic variances increased along with the mean height. Trend of individual heritability along the rotation ages were almost stable at around 0.19 for PNG, and gradually increased from 0.36 to 0.40 for FNQ. Trend of genetic correlations between selection age and rotation age increased rapidly starting at around 0.5 for PNG and 0.6 for FNQ, then exceeding 0.9 at age four years in both populations. Genetic gains due to indirect selection increased with age, in which the gains in FNQ were generally larger than those in PNG. Selection efficiency based on gain per year as a ratio of the gains from indirect selection to direct selection may conclude resulted the optimum age for selection at age two years old in both of PNG and FNQ population
Detail |
|
19 |
Variation of Seed Production and Viability in A Full-Sib Trial of Melaleuca cajuputi Sub Sp. Cajuputi in Gunungkidul Yogyakarta |
|
- Nama : Liliana Baskorowati, S.Hut, MP, Ph.D
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
- Email : lbaskorowati@yahoo.com
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2012 |
Family variation of capsule production and the seed viability in the Paliyan full-sib trial of Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi, at Gunungkidul, Yogyakarta, were observed. The full-sib trial was designed as Incomplete Block Design, consisting of 39 families; six individual as tree plot and replicated in eight blocks. Height and diameter at breast height were assessed to identify the correlation between capsule category and growth performance. The capsule production was assessed visually to one of the capsule categories: “0” for none; “1” for light; “2” for medium and “3” for heavy. Results showed that each family of M.cajuputi sub sp.cajuputi equally contributed to the seed production. Progeny analysis showed that the seed productions were not strongly under genetic control (h2i)= 0.12. This study also found positive correlation between the flowering strength (the flower production levels) and the number of capsule (R2 =0.279). However, there were no significant differences between the flowering levels and the viability of M.cajuputi sub sp. cajuputi. Mean seed viability was 31%, there were no significantly differences of capsules production between trees having high flowering intensity and low flowering intensity. Low seed viability was assumed due to the unsynchronicity of flowering, leading to the low levels of outcrossing rate. Therefore, selection of families with synchronicity of flowering was recommended to establish a seed orchard.
Detail |
|
20 |
Genetic Variation Observed in Composite Seedling Seed Orchard of Acacia Mangium Willd at Central Java, Indonesia : Implications for Increasing Genetic Gain and Seed Production |
Arif Nirsatmanto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2012 |
As part of multiple-population breeding scheme using sub-lining system, a composite seedling seed orchard of Acacia mangium was established at Central Java, Indonesia. The orchard comprises a combination of the best 40 plus tree families selected from four sub-lines in the first-generation of progeny trial. The design of orchard is randomized complete block laid-out as four line tree-plot of six replications with a spacing of 2 x 4 meter. Variation among sub-lines and families within sub-line, and genetic parameters for height, dbh and volume were investigated at age of 24 months. The aim of this study was to investigate genetic variation for growth traits in a composite seedling seed orchard and to discuss the implication for increasing genetic gain and seed production. In general, trees derived from two sub-lines of Papua New Guinea (PNG) provenance showed better growth than those from FarNorth Queensland, Australia (FNQ). Analysis of variance revealed significant differences among sublines and families within sub-line for height, dbh and volume. Variation of the traits among families within sub-line accounted for 1.1% to 5.0%, and trees within family 43.8% to 65.8%. Heritability varied from 0.044 to 0.201 for individual, 0.060 to 0.229 for within-family and 0.098 to 0.383 for family. Within-family selection promoted high genetic gain for all traits, ranging from 1.3% to 4.4%. In order to increase genetic gain and seed productivity, it is recommended that:(1) the best plus trees included in the orchard should be selected based on their progeny test, (2) the design of plot size should be single treeplot, (3) the final density of seed trees should be twice greater than the number of trees intended for seed collection, which is about 300 trees per hectare
Detail |
|