No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
21 |
Trend of Realized Genetic Gain Observed in Second-Generation Seedling Seed Orchards of Acacia Mangium in South Kalimantan, Indonesia |
Arif Nirsatmanto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2013 |
Comprehensive tree improvement program for Acacia mangium has been started since 1992 by establishing a series of first-generation Seedling Seed Orchards (SSO) in Indonesia. Selection procedures in the first-generation of SSO have completely finished, and subsequently it was continued for second-generation improvement. This paper examines a trend of realized genetic gain as a response of selection practiced in the first-generation SSO. The observation was carried out in three sub-lines of the second-generation SSO (namely Sub-line B, C and D). Parameters recorded included tree height, diameter at breast height (dbh) and stem straightness that were recorded periodically up to 4 years growth. The realized genetic gain was calculated as a percentage of improved plus trees population in the first-generation of SSO compared to those of unimproved trees. The results showed that the improved population was consistently better that those of unimproved one until 4 years of age. There were variation in terms of realized genetic gain parameters recorded depending on the sub-lines and ages. The tree height varied from 1.1% to 5%, while dbh and stem straightness were in the ranges of 2.8% to 6.7% and from 1.8% to 8.4%, respectively. Across the three sub-lines, the tree height varied from 2.2% to 3.1%, while dbh and stem straightness were in the ranges of 4.3% to 5.2% and 4.3% to 6%, respectively. In general, the trend of the realized genetic gains slightly decreased for dbh and tree height with the increasing of ages, while it slightly increased for stem straightness
Detail |
|
22 |
Geographic Variation of Chloroplast DNA Haplotypes In Acacia aulacocarpa A. Cunn. Benth |
|
- Nama : Dr.Ir. AYPBC Widyatmoko, M.Agr
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
- Email : aviwicaksono@yahoo.com
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2013 |
The geographic variation of chloroplast DNA (cpDNA) haplotypes of Acacia aulacocarpa was investigated among 18 natural populations. These populations represent the geographical range of the species in New Guinea Island and Queensland. Single strand conformation polymorphism (SSCP) was used for the analysis. Two non-coding regions of cpDNA, the intron region of the trnL gene and the intergenic spacer region between the trnP and trnW genes, were analyzed, and four haplotypes (A, B, C, and D) were recognized. The haplotype distribution corresponded with the geographic distribution of the populations. Based on four cpDNA haplotypes, the eighteen populations were divided into three groups: New Guinea Island, Northern Queensland and Southern Queensland. Haplotype C was observed only in the New Guinean populations, while the other three haplotypes (A, B, and D) were found in Queensland only. All of these three haplotypes were observed in Southern Queensland, whereas haplotype B was found only in the Northern Queensland populations. The cpDNA haplotype diversity of this species seemed to be highest in southern Queensland.
Detail |
|
23 |
Detection Of Pollen Flow In The Seedling Seed Orchard Of Acaciam mangium Using DNA Marker |
|
- Nama : Dr. Vivi Yuskianti, SP, M.Si
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Pusat Litbang Hutan
- Email : vivi_yuskianti@yahoo.com
|
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan |
2013 |
Pollen pattern dispersal in seedling seed orchard (SSO) is an essential part of a tree-improvement program. Two SSOs of Acacia mangium in South Kalimantan and South Sumatra that represent similar resources in different environments were used in this study. Genotypes of all trees and seeds from a subset of 10 mother trees in each orchard were determined for 12 microsatellite loci, and parentage analysis was carried out. The results shows that the pollen dispersal pattern in both SSOs decrease with distance from mother tree. Patterns of pollen dispersal, dispersal distance and cumulative frequency of pollen dispersal distance were similar in both SSOs. Random pollen dispersal were found in both SSOs. About 80% of all crosses were found within a 40-m distance range with the most frequent pollination distance between mother tree and male male parents was 0-10 m. No self-pollinated seed was detected. Application of all these aspects found in this study such as random pollen dispersal and the effective pollen dispersal distance can be useful for establishing seedling seed orchard, clonal seed orchard and in other tree improvement activities of Acacia mangium
Detail |
|
24 |
Pengaruh arang kompos bioaktif terhadap pertumbuhan anakan bulian (eusyderoxylon zwageri) dan gaharu (aquilaria malaccensis) |
Gusmailina |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2010 |
Tulisan ini menyajikan beberapa indikasi pengaruh penggunaan arkoba sebagai campuran media terhadap pertumbuhan anakan bulian (Eusyderoxylon zwageri) dan anakan gaharu (Aquilaria malaccensis), dua jenistanaman andalan setempat yang sedang dikembangkan. Penelitian ini menggunakan dua komposisi utama, yaitu penambahan arkoba serbuk gergaji (ASG) dan arkoba serbuk gergaji yang dicampur dengan jerami padi (ASGJ). Penelitian dilakukan selama 4 bulan di kebun bibit Dinas Kehutanan PropinsiJambi, Jambi.
Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan ASG dan ASGJ masing-masing 15%, 30%, dan 50%. Sebagai pembanding digunakan kompos dalam porsi yang sama serta kontrol (top soil 100%). Parameter yang diamati adalah persentase tumbuh, pertambahan tinggi, dan diameter batang. Data hasil penelitian dianalisa menurut uji beda jarak Duncan, selanjutnya perbedaan respon tumbuhan secara lebih spesifik antara kontrol dengan setiap perlakuan diuji dengan cara Scheffe.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan anakan bulian dan gaharu pada media ASG dan ASGJ secara nyata lebih baik dari pada pertumbuhannya pada media kompos konvensional maupun kontrol. Pertambahan tinggi dan diameter anakan pada ke dua media serbuk kompos tersebut dapat mencapai 400% dibandingkan dengan pertumbuhan pada media kontrol
Detail |
|
25 |
Aplikasi pupuk organik plus arang dan pupuk organik mikoriza plus arang pada media tumbuh anakan shorea crysophylla |
Sri Komarayati & Gusmailina |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2010 |
Tulisan ini menyajikan hasil penelitian penggunaan pupuk organik plus arang (POA) dan pupuk organik mikoriza plus arang (POAM) pada media tumbuh anakan Shorea crysophylla selama 6 bulan di rumah kaca. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan POA dan POAM terhadap respon pertumbuhan anakan Shorea crysophilla.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 1 tablet pupuk organik mikoriza plus arang (POAM) memberikan perbedaan nyata pada pertumbuhan tinggi dan diameter anakan Shorea crysophilla dan juga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 43,9% dan diameter sebesar 49,3% dibandingkan tanpa POAM. Penambahan pupuk organik plus arang (POA) kurang efektif terhadap peningkatan pertumbuhan tinggi dan diameter anakan Shorea crysophilla, dibandingkan POAM.
Untuk meningkatkan pertumbuhan anakan Shorea crysophilla, cukup diberi 1 tablet POAM tanpa harus ditambah POA. Tablet POAM sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan diameter daripada pertumbuhan tinggi.
Detail |
|
26 |
Pengaruh Media dan Tempat Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Anakan eucalyptus urophylla dan eucalyptus pellita |
Sri Komarayati & Gusmailina |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2010 |
Tulisan ini menyajikan hasil penelitian penggunaan pupuk organik dan pupuk organik mikoriza dari sludge industri pulp pada dua jenis anakan Ekaliptus selama lima bulan di Rumah Kaca. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk organik, tablet pupuk organik mikoriza dan tempat sapih terhadap pertumbuhan anakan Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus pellita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat sapih berupa polybag memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman di bandingkan polytube, ditandai dengan terjadinya peningkatan pertumbuhan tinggi dan diameter. Komposisi media dengan campuran tanah + PO + tablet POM merupakan yang terbaik, diikuti campuran tanah + tablet POM dan campuran tanah + PO. Penambahan tablet POM pada media tanam anakan Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus pellita menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan tanpa tablet POM.
Detail |
|
27 |
Efektivitas Penularan Beberapa Isolat Jamur Patogen Serangga Metarhizium Anisopliae oleh Rayap Pekerja |
Neo Endra Lelana, Paimin Sukartana, Agus Ismanto & Rusti Rushelia |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2006 |
Jamur patogen serangga Metarhizium anisopliae diketahui bersifat patogen terhadap banyak serangga termasuk rayap. Penularan terjadi melalui penyebaran spora. Efektivitas penularan oleh kasta rayap pekerja Coptotermes curvignathus yang telah terinfeksi spora jamur dari 6 isolat yang dikumpulkan dari berbagai lokasi di Jawa dievaluasi. Beberapa kelompok rayap yang terdiri dari campuran rayap pekerja yang terinfeksi spora dan yang sehat dimasukkan dalam botol kultur berisi media pasir steril yang lembab, diinkubasi dalam ruang gelap dan lembab pada suhu kamar selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas rayap cenderung meningkat setelah inkubasi dibandingkan dengan sebelum inkubasi. Isolat dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Bogor (BGR), Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM)p dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Semarang (SMG) menunjukkan efektivitas penularan yang tinggi, menyebabkan mortalitas rayap lebih dari 80% pada perlakuan rayap terinfeksi dengan konsentrasi 50%. Isolat dari Bogor tampaknya paling efektif untuk ditularkan oleh rayap pekerja ke dalam koloninya.
Detail |
|
28 |
Percobaan Laboratoris mengenai Penggunaan Cendawan Patogen Serangga Metarhizium anisopliae sebagai Penyekat Rayap Tanah Coptotermes curvignathus |
Paimin Sukartana, Agus Ismanto, Rusti Rushelia & Neo Endra Lelana |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2005 |
Pengendalian rayap selama ini lebih tergantung pada penggunaan insektisida kimia yang pada umumnya tidak ramah lingkungan. Pengendalian secara biologis, misalnya menggunakan cendawan patogen serangga, sedang dikembangkan untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia beracun tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas 6 strain cendawan patogen serangga, Metarhizium anisopliae (Metschnikoff) Sorokin, yang diperoleh dari berbagai lokasi, sebagai penyekat serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus. Beberapa tingkat ketebalan cendawan yang dibiakkan dalam media beras digunakan sebagai penyekat yang disusun bersama-sama dengan media pasir dan umpan blok kayu tusam (Pinus merkusii) dalam tabung reaksi. Rayap tanah sebanyak 50 ekor terdiri dari 45 ekor rayap pekerja dan 5 ekor rayap perajurit dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, dan kemudian percobaan disimpan pada suhu kamar selama 9 hari. Hasil percobaan menunjukkan bahwa rayap pada umumnya mampu menembus cendawan penyekat, tetapi hanya rayap yang berhasil menembus penyekat dengan ketebalan 2 cm atau kurang dapat menyerang kayu umpan. Persentase kematian rayap pada umumnya tinggi pada perlakuan dengan ketebalan penyekat 4 dan 5 cm. Strain cendawan yang berasal dari Pakem (Yogyakarta) tampak paling menjanjikan, sementara peringkat di bawahnya secara berurutan adalah dari Jombang (Jawa Timur), Universitas Gadjah Mada (UGM) 1 (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah) dan UGM 2 (Yogyakarta). Ketebalan cendawan penyekat 4 sampai dengan 5 cm pada umumnya dapat menyebabkan kematian rayap yang tinggi, antara 80 sampai dengan 100%.
Detail |
|
29 |
PENGARUH KOMPOS DAN PUPUK NPK TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BIBIT CABUTAN Shorea leprosula Miq. |
Ahmad Junaedi |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2012 |
Pemanfaatan cabutan alam untuk tujuan produksi bibit mempunyai kelemahan, karena pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari benih yang dikecambahkan langsung. Untuk itu, tambahan perlakuan seperti pemupukan diperlukan untuk meningkatkna pertumbuhan dan kualitas bibit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi kompos dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan mutu bibit meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.) asal cabutan alam. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial (3 x 3). Dua faktor perlakuan yang diujicobakan adalah faktor kompos (M) dan pupuk NPK (F). Faktor M meliputi : M1 = tanpa kompos (top soil 100%) , M2 = kompos ½ bagian dari media (kompos : top soil = 1 : 1, v/v), dan M3 = kompos 2/3 bagian dari media (kompos : top soil = 2:1 , v/v); sedangkan faktor F meliputi F1 = tanpa pupuk, F2 =1 gr NPK/bibit, dan F3 = 2 gr NPK/bibit. Tiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali dengan jumlah bibit pada tiap unit pengamatan adalah 5 bibit sehingga terdapat 135 bibit yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik diperoleh pada M2F3 dan M3F3. Masing-masing perlakuan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit sebesar 47% dan 47% pada M2F3 serta 48% dan 38% pada M3F3. Kombinasi perlakuan keduanya pun dapat meningkatkan satu tingkat mutu bibit dari mutu ketiga ke mutu kedua
Detail |
|
30 |
KUALITAS BIBIT MERAWAN (Hopea odorata Roxb.) ASAL KOFFCO SYSTEM PADA BERBAGAI UMUR |
Ahmad Junaedi & Dodi Frianto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2012 |
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi umur bibit merawan (Hopea odorata Roxb.) asal KOFFCO system yang siap tanam berdasarkan pertumbuhan dan kualitas fisik bibit pada tiga tingkat umur yang dikaji. Penelitian dilakukan melalui pengamatan parameter pertumbuhan dan penilaian mutu fisik bibit merawan umur lima bulan setelah tanam (5 BST), tujuh bulan setelah tanam (7 BST), dan Sembilan bulan setelah tanam (9 BST). Pengamatan dan penilaian tersebut dilakukan terhadap 10 sampel bibit pada tiap tingkat umur bibit yang dipilih dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua parameter pertumbuhan bibit merawan asal KOFFCO system dipengaruhi secara nyata (p<0,1) oleh tingkat umur. Berdasarkan besaran pertumbuhan dan mutu fisik bibit, bibit akan siap tanam pada umur sembilan BST. Pada umur tersebut tinggi bibit lebih dari 20 cm, rasio pucuk akar (RPA) sama dengan dua dan IMB lebih dari 0,09.
Detail |
|