No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
31 |
PENGARUH MEDIA ORGANIK DAN TANAH MINERAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN INDEKS MUTU BIBIT MINDI (Melia azedarach L.) |
Aris Sudomo & Harry Budi Santosa |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry |
2011 |
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran bahan organik dan tanah mineral sebagai media sapih terhadap pertumbuhan dan indeks mutu bibit mindi. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Kehutanan Ciamis pada bulan Juni 2008 s/d Januari 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah CRD (Complete Random Design) dengan tujuh perlakuan yaitu C1 (tanah + pupuk kandang (3:1)), C2 (tanah), C3 (tanah + pupuk kandang + sekam padi (1:1:1)), C4 (tanah + pupuk kandang + pasir (1:1:1)), C5(tanah + pupuk kandang + serbuk sabut kelapa (1:1:1)), C6 ((tanah + pupuk kandang + serutan kayu gergajian (1:1:1)) dan C7 ( tanah + pupuk kandang + abu sekam padi (1:1:1)). Hasil penelitian menujukkan bahwa tujuh media yang diujikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter, tinggi, berat kering total dan indeks mutu bibit mindi. Pertumbuhan tinggi dan diameter bibit mindi dengan media C1 (41,175 cm/0,305 cm) dan C4 (37,789 cm/0,326 cm) yang berbeda nyata lebih baik dibanding media lainnya. Berat kering total bibit mindi pada media C1 (2,189 gram) dan C4 (2,785 gram) yang relatif lebih baik meskipun tidak berbeda nyata dengan media C3 (2,123 gram), C5 (2,067 gram) dan C7 (2,140 gram). Indeks mutu bibit dengan media C3 (0,033) yang relatif lebih baik tetapi tidak berbeda nyata dengan C1 (0,026), C4 (0,025) dan C7 (0,031).
Detail |
|
32 |
UJI STEK PUCUK DAMAR (Agathis loranthifolia Salisb.) PADA BERBAGAI MEDIA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH |
Danu, Atok Subiakto & Kurniawati Purwaka Putri |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan |
2011 |
Pohon damar (Agathis loranthifolia Salisb.) merupakan pohon serbaguna yang kayu dan resinnya memiliki nilai komersial tinggi. Perbanyakan secara generatif sulit dilakukan karena benih damar tergolong benih semi-rekalsitran (cepat rusak). Perbanyakan vegetatif merupakan alternatif untuk perbanyakan bibit damar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh media (zeolite, serbuk sabut kelapa : arang sekam padi (2:1 v/v), serbuk sabut kelapa : sekam padi (2:1 v/v)) dan zat pengatur tumbuh (rootone-F, IBA 100 ppm, IBA 200 ppm, IBA 500 ppm, IBA 1000 ppm) terhadap perkaran stek damar. Perakaran stek dilakukan di ruang perakaran stek sistem KOFFCO. Parameter yang diamati adalah persen stek berakar, jumlah akar, panjang akar dan biomasa akar. Media dan hormon tumbuh mempengaruhi keberhasilan stek damar. Media campuran serbuk sabut kelapa + sekam padi (2:1) merupakan media terbaik untuk perakaran stek damar. Media ini dapat menghasilkan persen berakar stek damar 67%, panjang akar 5,17 cm, jumlah akar 2,62 per stek, biomassa 0,09 gram per stek. Hormon tumbuh hanya berpengaruh nyata pada panjang akar stek damar. Konsentrasi hormon tumbuh optimum untuk perakaran stek damar adalah IBA 200 ppm.
Detail |
|
33 |
PENGARUH APLIKASI ARANG TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL Michelia Montana Blume DAN PERUBAHAN SIFAT KESUBURAN TANAH PADA TIPE TANAH LATOSOL |
Harris Herman Siringoringo dan Chairil Anwar Siregar |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi |
2011 |
Penggunaan arang (biochar) sebagai salah satu bahan soil conditioner dalam bidang usaha hutan tanaman masih jarang digunakan, walaupun jumlah bahan baku berupa sisa-sisa tebangan hutan untuk diolah menjadi biochar sangat melimpah dan secara potensial tersedia untuk digunakan sebagai soil conditioner, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang efek positif arang halus dalam merangsang pertumbuhan jenis tanaman Michelia montana Blume umur enam bulan pada tipe tanah Latosol yang bertekstur liat di Kebun Percobaan Carita, Provinsi Banten. Aplikasi arang sebagai soil conditioner juga diharapkan dapat meningkatkan sejumlah parameter kesuburan tanah yang bergeser ke arah yang lebih baik. Kondisi iklim di Carita termasuk tipe B dengan rerata curah hujan tahunan sebesar 2.516 mm dengan temperatur minimum 220 C dan maksimum 330 C serta kelembaban udara antara 76-84%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi dosis arang halus 5% (v/v) cukup nyata menaikkan laju pertumbuhan awal tanaman M. montana Blume. Sementara efek positif aplikasi bahan arang terhadap sifat kesuburan kimia tanah tampak dalam hal naiknya pH, Ca2+, Mg2+, K+, KTK, KB, K2O, P2O5 dan turunnya kadar H+-dd dan Al3+-dd. Aplikasi arang dapat memperbaiki kualitas kesuburan tanah yang signifikan pada tipe tanah Latosol yang bertekstur liat.
Detail |
|
34 |
Pengumpulan Biji Dan Perkecambahannya Selama Satu Periode Jatuhnya Biji Dari Pohon Induknya Dan Penundaan Pengecambahan Biji Aquilaria microcarpa Baill. Di Persemaian |
Rayan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda |
2009 |
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kualitas perkecambahan biji jenis Aquilaria microcarpa Baill. berdasarkan periode jatuhnya biji. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 7. Faktor pertama adalah media kecambah dengan perlakuan media pasir tanpa endomikoriza (E0), media pasir dengan endomikoriza (E1). Faktor kedua interval waktu pengumpulan biji dengan perlakuan P1 (pengumpulan biji hari ke-3), P2 (pengumpulan biji hari ke-5), P3 (pengumpulan biji hari ke-7), P4 (pengumpulan biji hari ke-10), P5 (pengumpulan biji hari ke-13), P6 (pengumpulan biji hari ke-17), dan P7 (pengumpulan biji hari ke-24); dan penundaan pengecambahan biji menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan PW0 (biji yang langsung dikecambahkan), PW1 (pengecambahan biji tertunda 10 hari), PW2 (pengecambahan biji tertunda 12 hari), dan PW3 (pengecambahan biji tertunda 17 hari). Pengumpulan biji dilaksanakan pada pohon induk yang tumbuh di Arboretum Sempaja, sedangkan pengecambahan biji dilakukan di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Hasil yang diperoleh secara keseluruhan rata-rata daya kecambah biji jenis A. microcarpa sebesar 74,76%. Perlakuan E0 menghasilkan rata-rata daya kecambah 75,55% sedangkan E1 73,79%, dan setelah diuji secara statistik tidak berbeda nyata. Perlakuan interval waktu pengumpulan biji berbeda sangat nyata terhadap rata-rata daya kecambahnya. Setelah diuji lebih lanjut perlakuan P6, P7, P5, dan P1 dengan rata-rata daya kecambah berturut-turut 0,55%, 64,44%, 70%, dan 71,11%, tidak berbeda nyata. Perlakuan ini menghasilkan biji yang bermutu kurang baik, karena biji-biji tersebut rata-rata daya kecambahnya lebih kecil dari rata-rata keseluruhan daya kecambah selama satu periode jatuhnya biji dari pohon induknya yaitu 74,76%. Biji-biji yang berkualitas lebih baik adalah biji yang rata-rata daya kecambahnya lebih besar dari 74,76 %, di antaranya biji-biji yang diperoleh dengan perlakuan P4 dengan rata-rata daya kecambah yang dihasilkan sebesar 79,45%, P2 (87,78%), dan P3 (90%). Hasil perlakuan penundaan pengecambahan biji dari perlakuan PW0, disusul PW1, PW2, dan PW3 dicapai rata-rata daya kecambah berturut-turut 88,89%, 31,11%, 25,56%, 15,56%, dan setelah diuji dengan statistik menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan PW0 dibandingkan dengan PW1, PW2, dan PW3 berbeda sangat nyata tetapi perlakuan antara PW1, PW2, dan PW3 tidak berbeda nyata.
Detail |
|
35 |
Pembuatan Pupuk Organik Dari Limbah Padat Industri Kertas |
Sri Komarayati & Ridwan A. Pasarib |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2005 |
Dalam tulisan ini disajikan hasil penelitian pembuatan pupuk organik dari limbah padat industri kertas. Untuk pemacu proses digunakan penggiat (aktivator) hayati. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh pupuk organik dengan kandungan unsur hara sebagai berikut : Kadar air 29,5% ; pH 6,70 ; KTK 31,74 meq/gr ; nisbah C/N 32,00 ; kandungan C 23,6% ; N 0,9% ; P 0,4% ; K 0,5% ; Mg 0,6% dan Ca l,9% . Tekstur berupa pasir 0,l% ; debu 59,6% dan liat 40,2% . Ditinjau dari hasil analisis kimia, ternyata pupuk yang dihasilkan belum dapat digolongkan sebagai pupuk organik, tetapi masih sebagai pembangun kesuburan tanah (soil conditioner).
Detail |
|
36 |
Penggunaan Arang Kompos pada Media Tumbuh Anakan Mahoni |
Sri Komarayati |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2004 |
Tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang penggunaan dua jenis arang kompos terhadap media tumbuh anakan mahoni (Swietenia macrophylla King) selama 5 bulan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian arang kompos terhadap respon pertumbuhan anakan mahoni. Bahan yang digunakan adalah arang kompos serasah tusam (A1), arang kompos serasah campuran (A2) dan bibit mahoni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 30% arang kompos baik A1 maupun A2 dapat meningkatkan pertambahan tinggi anakan mahoni sebesar 17,67 – 25,02 cm atau 2,7 - 3,8 kali lipat dibandingkan dengan kontrol. Pertambahan diameter sebesar 0,16 – 0,19 cm atau sekitar 1,8 – 2,1 kali lipat dibandingkan dengan kontrol. Namun demikian, pemberian arang kompos sebesar 40% baik pada A1 maupun A2 menunjukkan pertambahan tinggi dan diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan pemberian dosis 30%. Secara kumulatif, pemberian arang kompos dapat meningkatkan biomas anakan lebih dari 400%.
Detail |
|
37 |
Pengaruh Tempat Tumbuh, Jenis dan Diameter Batang Terhadap Produktivitas Pohon Penghasil Biji Tengkawang |
Ina Winarni, E. S. Sumadiwangsa & Dendy Setyawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda |
2004 |
Tengkawang merupakan komoditi andalan dari Kalimantan Barat yang dijual dalam bentuk biji kering yang umumnya untuk ekspor dan sebagian hasil olahannya diimpor kembali oleh Indonesia dalam bentuk bahan jadi dan setengah jadi untuk aneka industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi (tempat tumbuh), jenis dan diameter terhadap produktivitas pohon penghasil biji tengkawang, sedangkan sasarannya adalah menghasilkan informasi produktivitas dan daur teknis yang dapat dipakai sebagai acuan pengembangan pengusahaan biji tengkawang. Penelitian menunjukkan bahwa produksi tengkawang tertinggi dihasilkan dari pohon yang berdiameter 60-90 cm yang menghasilkan biji sebanyak 555,7 kg/pohon/panen. Produktivitas ratarata tertinggi dihasilkan dari jenis Shorea stenoptera Burk di Sanggau yang menghasilkan biji sebanyak 620,9 kg/pohon/panen. Beberapa saran untuk pengembangan budidaya tengkawang adalah seperti berikut : Shorea stenoptera Burk dapat ditanam di Sanggau dan di Sintang, Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma dapat ditanam di Sintang dan Sanggau, Shorea palembanica Miq dapat ditanam di Sanggau dan di Sintang.
Detail |
|
38 |
Uji Coba Pertumbuhan Tiga Kelas Mutu Bibit Meranti Merah Di Tiga Hak Pengusahaan Hutan Model Di Kalimantan |
Ayi Suyana |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda |
2010 |
Penelitian pertumbuhan tiga kelas mutu bibit dari tiga jenis meranti merah telah dilakukan di kawasan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) model, yaitu PT Sari Bumi Kusuma (SBK), PT IKANI, dan PT Erna Djuliawati di Kalimantan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan persen hidup tiga kelas mutu bibit jenis meranti merah setelah satu tahun ditanam di lapangan dengan program silin (silvikukultur intensif). Perlakuan terdiri atas tiga jenis meranti merah dan tiga kelas mutu bibit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah faktorial dalam pola acak lengkap berblok yang diulang sebanyak empat kali. Pada setiap perlakuan ditanam sebanyak 100 tanaman dengan jarak tanam 20 m x 2,5 m. Jumlah tanaman yang diamati sebanyak 3.600 tanaman di PT SBK dan masing-masing 2.400 tanaman di PT IKANI dan PT Erna Djuliawati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis, mutu bibit, interaksi antara jenis dan mutu bibit dan blok tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup di kedua HPH (PT SBK dan PT IKANI). Di kedua HPH jenis dan mutu bibit memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter. Jenis S. leprosula memiliki pertumbuhan tinggi dan diameter yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya masing-masing sebesar 146,6 cm dan 1,6 cm di PT SBK dan sebesar 87,48 cm dan 1,56 cm di PT IKANI. Mutu bibit satu memiliki pertumbuhan tinggi dan diameter lebih tinggi dibandingkan mutu bibit lainnya, masing-masing sebesar 142,6 cm dan 1,6 cm di PT SBK, sebesar 86,5 cm dan 0,8 cm di PT IKANI dan masing-masing sebesar 164,2 cm dan 1,6 cm di PT Erna Djuliawati. Dengan demikian kelas mutu bibit satu dan dua untuk jenis S. leprosula dapat direkomendasikan menjadi standarisasi mutu bibit untuk ditanam dalam program silin (sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif).
Detail |
|
39 |
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik M-Dext Terhadap Pertumbuhan Tanaman Palahlar (Dipterocarpus spp.) Di Wilayah Perum Perhutani BKPH Jasinga, KPH Bogor |
Istomo, Sri Wilarso, dan Haris Arifiyanto Hidayat |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Institut Pertanian Bogor |
2010 |
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mencegah punahnya jenis pohon bernilai tinggi palahlar (Dipterocarpus spp.) di Jawa Barat adalah dengan penanaman. Dalam menunjang keberhasilan penanaman salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang penting adalah pemupukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji pengaruh pemberian pupuk organik M-dext terhadap respon pertumbuhan anakan palahlar (Dipterocarpus retusus Bl. dan D. hasseltii Bl.). Penelitian dilakukan pada blok penanaman palahlar di wilayah BKPH Jasinga, KPH Bogor seluas 3,5 ha. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dalam percobaan faktorial dengan dua perlakuan yaitu jarak tanam (5 m x 5 m dan 3 m x 3 m) dan pemberian pupuk organik M-Dext (0,0; 1,0; dan 2,5 ml/tanaman). Waktu yang diperlukan untuk mengukur respon pertumbuhan tanaman setelah pemupukan adalah enam bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan jarak tanam 3 m x 3 m dengan dosis pupuk satu ml/tanaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter untuk D. hasseltii masing-masing sebesar 2,31 cm/bulan dan 0,06 cm/bulan dan untuk D. restusus masing-masing 2,33 cm/bulan dan 0,03 cm/bulan.
Detail |
|
40 |
Pembiakan Vegetatif Stek Jenis Koompassia excelsa (Becc.) Taub. Sistem KOFFCO |
Rayan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda |
2009 |
Koompassia excelsa (Becc.) Taub. adalah salah satu jenis tumbuhan inang penghasil madu. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai penghasil anakan jenis Koompassia excelsa (Becc.) Taub. dengan pembiakan vegetatif stek dengan sistem KOFFCO. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda, dengan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 dan 3 kali ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 30 bahan stek. Faktor pertama 2 taraf yaitu S0 = stek pucuk dan S1 = stek batang. Faktor yang kedua adalah zat perangsang akar yang terdiri dari 3 taraf yaitu P0= tanpa zat perangsang akar (kontrol), P1 = pemolesan zat perangsang akar Rootone-F, dan P2 = perendaman bagian stek dengan zat perangsang akar atonik selama 1 jam dengan konsentrasi larutan 100 ml/1liter air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase stek menjadi anakan secara keseluruhan adalah sebesar 82,4% dari stek yang diakarkan. perlakuan stek batang meghasilkan anakan sebanyak 76% dan stek pucuk 88,67% dan setelah dianalisis kedua perlakuan tersebut di atas berpengaruh sangat nyata. Sedangkan hasil yang diperoleh dari perlakuan pemberian zat perangsang akar Rootone-F dengan cara dioles, perendaman bagian stek yang akan tumbuh akar pada larutan atonik dengan konsentrasi 100 mml/liter air selama 1 jam dan kontrol stek menjadi anakan berturut-turut sebanyak 80%, 84%, dan 83%, dan setelah dianalisis tidak berbeda nyata.
Detail |
|