No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
11 |
Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Lamina Campuran Kayu Mangium dan Sengon |
Abdurachman dan Nurwati Hadjib |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2009 |
Pasokan kayu dewasa ini umumnya berkualitas rendah dan berukuran kecil. Hal ini menyulitkan dalam penggunaan kayu berukuran besar seperti pada struktur gelagar, pintu dan lain sebagainya. Aplikasi teknologi laminasi bisa digunakan dalam mengatasi masalah tersebut Dalam penelitian ini dilakukan pengujian sifat fisik dan mekanik terhadap kayu lamina yang terbuat dari bilah kayu mangium dan sengon. Pengujian ini dimaksudkan mengevaluasi kemungkinan penggunaannya sebagai bahan baku kayu pertukangan dan kayu konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan nilai kerapatan, MOE dan MOR kayu lamina campuran mangium dan sengon dengan susunan 6 lapis bentuk B1 mencapai nilai paling tinggi dibandingkan dengan bentuk lainnya yaitu berturut-turut 0,48 gram/cm3 , 91.894 kg/cm2 dan 441 kg/cm2 . Karakteristik ini memenuhi standar Jepang untuk penggunaan kayu lamina struktural dan dapat digunakan sebagai kayu pertukangan dan konstruksi ringan.
Detail |
|
12 |
Sifat Pengkaratan Besi pada Lima Jenis Kayu Asal Sukabumi |
Djarwanto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2009 |
Lima jenis kayu yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat, yaitu ki hantap (Sterculia oblongata R.Br.), ki kuya (Ficus vasculosa Wall.ex Miq.), ki lubang (Calophyllum grandiflorum JJS.), ki bancet (Turpinia sphaerocarpa Hassk.) dan ki bulu (Girroniera subaequalis Planch.), di uji sifat pengkaratannya terhadap sekrup logam menggunakan metode jam-pot. Contoh uji diambil dari bagian tepi (A), tengah (B), dan dalam (C) dari dua pohon yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa pengkaratan logam terjadi pada semua jenis kayu yang diuji. Tingkat pengkaratannya ditunjukkan dengan besarnya kehilangan berat sekrup yang bervariasi. Sifat korosif logam yang besar umumnya terjadi pada kayu ki bulu dan ki kuya. Kehilangan berat sekrup tertinggi didapatkan pada kayu ki bulu yang berasal dari pohon II bagian dalam (C) yaitu 25,68%, kemudian pada kayu ki kuya dari pohon I bagian tepi (A) yaitu 22,54%. Sedangkan kehilangan berat sekrup terendah terjadi pada kayu ki bancet pohon I bagian tengah (B) yaitu 0.41%.
Detail |
|
13 |
Penurunan Sifat Fisis dan Mekanis Tiga Jenis Kayu dan Kayu Kelapa Terhadap Serangan Penggerek di Laut |
Mohammad Muslich & Nurwati Hadjib |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2009 |
Tiga jenis kayu dan kayu kelapa dari Sukabumi,Jawa Barat diuji terhadap penggerek di laut untuk diketahui penurunan sifat fisis dan mekanisnya. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Rambut dengan contoh uji yang berukuran 5 cm x 5 cm x 106 cm. Contoh uji direnteng dengan tali plastik dan diamati setelah tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh uji diserang oleh penggerek di laut, sehingga menurunkan sifat fisis dan mekanisnya. Rasamala yang tidak direndam termasuk dalam kelas kuat II dan setelah direndam menjadi kelas kuat III. Kelapa yang tidak direndam termasuk kelas kuat II-III, setelah direndam menjadi kelas kuat IV. Karet dan nangka yang tidak direndam termasuk kelas III, setelah direndam kekuatan kayu karet menjadi kelas kuat V dan nangka tetap termasuk dalam kelas kuat III
Detail |
|
14 |
Dimensi Serat dan Nilai Turunannya dari Tujuh Jenis Kayu Asal Provinsi Jambi |
Yeni Aprianis & Syofia Rahmayanti |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan |
2009 |
Penelitian ini bertujuan mencermati dimensi serat dan turunannya dari tujuh jenis kayu Indonesia dihubungkan dengan kemungkinan penggunaannya sebagai kayu alternatif untuk industri pulp dan kertas. Dimensi serat diamati melalui maserasi pada sampel kayu jenis-jenis tersebut yang meliputi panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding sel. Sementara itu, nilai turunannya yang diteliti adalah bilangan Runkell, perbandingan Muhlsteph, daya tenun, koefisien kekakuan dan perbandingan fleksibilitas. Ketujuh jenis kayu diambil dari Desa Baru Pelepat, Kabupaten Muaro Bungo, Propinsi Jambi. Data hasil pengamatan dimensi serat dan nilai turunannya dibandingkan dengan standar kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai dimensi serat dan nilai turunannya dari ketujuh jenis kayu alternatif tersebut memenuhi kriteria karakteristik serat untuk pulp/kertas dengan kelas kualitas serat I dan II. Kelas kualitas serat I diperoleh jenis Octomeles sumatrana, Macaranga hypoleuca dan M. pruinosa. Sementara itu, jenis yang termasuk kelas II adalah M. gigantea, M. tanarius, M. conifera dan Anthocephalus cadamba
Detail |
|
15 |
Penurunan Sifat Fisik dan Mekanik Tiga Jenis Kayu dan Kayu Kelapa Terhadap Serangan Penggerek di Laut |
Mohammad Muslich & Nurwati Hadjib |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2009 |
Tiga jenis kayu dan kayu kelapa dari Sukabumi,Jawa Barat diuji terhadap penggerek di laut untuk diketahui penurunan sifat fisis dan mekanisnya. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Rambut dengan contoh uji yang berukuran 5 cm x 5 cm x 106 cm. Contoh uji direnteng dengan tali plastik dan diamati setelah tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh uji diserang oleh penggerek di laut, sehingga menurunkan sifat fisis dan mekanisnya. Rasamala yang tidak direndam termasuk dalam kelas kuat II dan setelah direndam menjadi kelas kuat III. Kelapa yang tidak direndam termasuk kelas kuat II-III, setelah direndam menjadi kelas kuat IV. Karet dan nangka yang tidak direndam termasuk kelas III, setelah direndam kekuatan kayu karet menjadi kelas kuat V dan nangka tetap termasuk dalam kelas kuat III
Detail |
|
16 |
Ketahanan Kayu Mahoni (Swietenia macrophyllaKing) Terhadap Penggerek Kayu Di Laut |
Mohammad Muslich and Sri Rulliaty |
- Nama : Muhammad Abdul Qirom, S.Hut, M.Si
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Banjarbaru
- Email : qirom_ma@yahoo.com
|
|
2009 |
Tiga pohon mahoni berumur 12, 21, dan 30 tahun diambil secara acak dari hutan tanaman. Dari ketiga log kayu tersebut dibuat contoh uji berukuran 2,5 cm x 5 cm x 30 cm. Contoh uji diawetkan dengan larutan CCB konsentrasi 3% melalui proses sel penuh dengan tekanan 10 atmospher selama 2 jam. Contoh uji yang diawet dan yang tidak diawetkan diuji terhadap penggerek kayu di laut selama 3 dan 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh uji yang tidak diawetkan mendapat serangan penggerek di laut. Sebaliknya, yang diawetkan dengan CCB sangat tahan, terutama contoh uji yang diambil dari pohon yang berumur 12 tahun. Penggerek yang menyerang adalah Martesia striata Linne. dari famili Pholadidae,serta Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench./Turner. dari famili Teredinidae. Pada contoh uji juga ditemukan crustacean yaitu Sphaeroma sp. dari famili Sphaeromatidae.
Detail |
|
17 |
Kelas Awet 25 Jenis Kayu Andalan Setempat Terhadap Rayap Kayu Kering dan Rayap Tanah |
Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Dua puluh lima jenis kayu andalan setempat yang berasal dari beberapa daerah di Jawa Barat diuji keawetannya. Kayu contoh uji yang berukuran 5,0 cm x 2,5 cm x 2,0 cm diuji terhadap rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.). Kayu contoh uji 2,0 cm x 0,5 cm x 0,5 cm diuji terhadap rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgreen.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9 jenis (36%) dari 25 jenis kayu yang diteliti masuk ke dalam kelas awet tinggi (kelas I dan II) terhadap Cryptotermes cynocephalus Light., dan sisanya yaitu 16 jenis (64%) masuk ke dalam kelas awet rendah (kelas III, IV dan V). Hasil penelitian terhadap terhadap Coptotermes curvignathus Holmgreen. satu jenis(4%) dari 25 jenis kayu yang diteliti masuk ke dalam kelas awet II, sisanya 21 jenis (84%) masuk ke dalam kelas awet rendah (III, IV dan V)
Detail |
|
18 |
Keteguhan Lentur Statis Sambungan Jari Pada Beberapa Jenis Kayu Hutan Tanaman |
Nurwati Hadjib & Osly Rachman |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Penelitian kayu sambung jari pada kayu gmelina, mangium, manii, karet dan sengon dari hutan tanaman menunjukkan bahwa kerapatan kayu sangat mempengaruhi keteguhan rekat lentur statik serta efisiensi sambungan papan sambung jari. MOE dan MOR meningkat dengan kenaikan kerapatan kayu dan mencapai maksimum pada kerapatan 0,456. Efisiensi sambungan jari mencapai maksimum pada kerapatan 0,380, yaitu 86%. Walaupun hanya sengon yang dapat mencapai maksimum, namun semua kayu yang diteliti memenuhi standar untuk efisiensi sambungan. Kayu sengon dan karet dapat dimanfaatkan untuk keperluan non struktural, sedangkan gmelina, mangium dan manii dapat dimanfaatkan untuk konstruksi. Kerapatan kayu dapat menjadi penduga terbaik keteguhan rekat (R2=0,72).Keteguhan rekat dapat digunakan sebagai penduga terbaik efisiensi sambungan (R2=0,85). Nilai MOR dapat diduga dari nilai MOE-nya, karena 79,4% dari nilai MOR kayu sambung jari yang diteliti dipengaruhi oleh nilai MOE-nya.
Detail |
|
19 |
Beberapa Sifat Bambu Lamina yang Terbuat dari Tiga Jenis Bambu |
I.M. Sulastiningsih |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemungkinan penggunaan bambu lamina sebagai bahan substitusi kayu, khususnya mengetahui pengaruh jenis bambu terhadap sifat bambu lamina yang direkat dengan urea formaldehida. Bambu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea), bambu mayan (Gigantochloa robusta) dan bambu tali (Gigantochloa apus) yang berasal dari tanaman rakyat di Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa sifat bambu lamina dipengaruhi oleh jenis bambu yang digunakan kecuali kadar air, keteguhan tekan sejajar serat dan keteguhan rekat. Kerapatan bambu lamina bervariasi antara 0,62 – 0,79 g/cm3. Bambu lamina dari bambu tali memiliki nilai keteguhan lentur tertinggi sedangkan bambu lamina dari bambu mayan memiliki keteguhan lentur terendah. Keteguhan rekat bambu lamina yang diuji dengan cara geser tekan bervariasi antara 67,03 – 86,19 kg/cm2 dan 54,43 – 62,94 kg/cm2 berturut-turut untuk uji kering dan uji basah. Sifat perekatan bambu lamina dari bambu andong, mayan dan tali cukup baik. Bambu lamina (3 lapis) masing-masing dari bambu andong, mayan dan tali setara dengan kayu kelas kuat II. Pembuatan bambu lamina secara teknis dapat dilakukan dan produk tersebut dapat digunakan sebagai bahan substitusi kayu.
Detail |
|
20 |
Pengaruh Sifat Fisik dan Anatomi Terhadap Sifat Pengeringan Enam Jenis Kayu |
Efrida Basri & Sri Rulliaty |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh sifat fisik dan anatomi terhadap sifat pengeringan enam jenis kayu, yaitu tisuk (Hibiscus macrophyllus), gading (Koilodepas sp), mahang (Macaranga hypoleuca), telisai (Planchonia grandis), sibau (Blumeodendron kurzii), dan kenari (Santiria laevigata). Pengujian sifat fisik meliputi berat jenis dan penyusutan; struktur anatomi kayu meliputi lebar jari-jari . Sedangkan sifat pengeringan yang diuji meliputi cacat pecah ujung dan permukaan serta pecah di bagian dalam kayu, menggunakan metode pengeringan suhu tinggi (suhu 100oC). Berdasarkan kelas kerusakan/cacat yang terjadi dari hasil pengeringan suhu tinggi, kemudian ditetapkan sifat pengeringan untuk masing-masing jenis kayu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan regresi geometrik antara BJ dengan penyusutan (R2= 0,78), dan regresi linier antara lebar jari-jari dengan sifat pengeringan kayu (R2= 0,60). Kayu tisuk dan sibau termasuk kayu yang sangat mudah dikeringkan karena memiliki berat jenis rendah sampai sedang, dan diameter pembuluh yang cukup besar. Kayu mahang, gading dan telisai sangat sulit dikeringkan. Faktor penyebab, di antaranya adalah berat jenis kayu yang terlalu tinggi (gading dan telisai) dan terlalu rendah pada mahang, serta struktur anatomi yang tidak mendukung yaitu dinding serat yang tebal (kayu gading), diameter pembuluh kecil (mahang dan gading), dan berisi tilosis (gading dan telisai).
Detail |
|