No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
21 |
Perbedaan Sifat Fisis-Mekanis dan Anatomi Kayu Tusam (Pinus Merkusii) Strain Tapanuli dan Strain Aceh |
Gunawan Pasaribu |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2008 |
Tusam (Pinus merkusii) merupakan salah satu jenis tanaman endemik pulau Sumatera yang tumbuh secara alami di Aceh, Sumatera Utara dan Kerinci. Di pulau Jawa, tusam dibudidayakan oleh Perum Perhutani. Tusam memiliki tiga strain antara lain strain Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Strain Tapanuli memiliki banyak persamaan dengan strain Kerinci. Strain yang cukup banyak informasinya adalah yang berasal dari Aceh. Strain Tapanuli dan Kerinci relatif belum banyak informasinya. Tulisan ini memaparkan perbedaan karakteristik kayu strain Tapanuli dan Aceh. Strain Tapanuli memiliki batang lebih lurus, kulit lebih tipis dan percabangan yang minimal dibandingkan dengan strain lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisis kayu strain Aceh berbeda dengan strain Tapanuli, sebagai berikut : Berat jenis kayu strain Aceh 0,54 sedangkan berat jenis strain Tapanuli 0,48. Penyusutan volumetrik strain Aceh 7,89% sedangkan strain Tapanuli 12,38%, oleh sebab itu stabilitas dimensi strain Tapanuli akan lebih baik dari strain Aceh.
Detail |
|
22 |
Struktur Anatomi, Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Kumea Batu |
Mody Lempang & Muhammad Asdar |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Makassar |
2008 |
Penelitian ini dilakukan untuk mengamati struktur/karakteristik anatomi, dan sifat fisis mekanis kayu kurang dikenal jenis kumea batu ( H.J.L.). Sampel kayu dari jenis ini diambil dari hutan alam produksi di Kecamatan Lampia Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kumea batu memiliki kayu gubal berwarna coklat muda kemerahan dan teras berwarna coklat kemerahan. Lingkar tumbuh samar-samar dan terkadang jelas serta menampakkan corak yang indah berupa garis-garis sejajar pada potongan radial, serat lurus, tekstur halus dan permukaan kayu mengkilap. Panjang serat 677,55 µm, diameter serat 22,15 µm, diameter lumen 1,94 µm, tebal dinding 10,10 µm dan semua nilai turunan serat tergolong dalam kelas IV untuk bahan baku pulp/kertas. Kayu kumea batu sangat berat (berat jenis 1.07) dengan penyusutan sangat tinggi, keteguhan lentur pada batas patah 1,557.68 kg/cm , keteguhan tekan sejajar serat 491.35 kg/cm dan tergolong kayu kelas kuat II
Detail |
|
23 |
Karakteristik Kayu Muda pada Mangium (Acacia Manginum willd.) dan Kualitas Pengeringannya |
Sri Rulliaty |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Jenis kayu yang berasal dari hutan alam saat ini semakin berkurang, sebagai gantinya untuk memenuhi kebutuhan kayu masyarakat, sebagian kayu dipenuhi dari hutan tanaman. Masalahnya, kayu yang berasal dari hutan tanaman relatif mempunyai umur atau berdaur tebang lebih muda dari hutan alam sehingga kandungan kayu muda (juvenile wood)nya relatif tinggi.
Dalam pengolahan kayu, adanya kayu muda dalam balok sering menimbulkan masalah diantaranya timbul cacat dalam proses pengeringan sehingga kualitas kayu menurun. Oleh karena itu dalam penelitian ini diteliti karakteristik kayu muda yang meliputi sifat anatomi, dan kualitas pengeringan. Kayu yang digunakan adalah mangium yang berumur 22 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kandungan kayu muda pada mangium yang diduga melalui persamaan regresi sekitar 50% (R2 = 70%) dengan karakteristik serat yang pendek, cacat permukaan, pecah dalam (honeycomb) dan perubahan bentuk (collapse) setelah proses pengeringan. Disarankan dalam proses pengolahan dan penggunaannya dilakukan secara hati-hati terutama pada waktu pengeringan sebaiknya mengikuti prosedur teknik pengeringan temperatur bertahap (bagan lunak).
Detail |
|
24 |
Ketahanan Lima Jenis Kayu Asal Sukabumi Terhadap Jamur Perusak Kayu |
Sihati Suprapti & Djarwanto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Lima jenis kayu yaitu huru gading (Litsea odorifera Val.), sampora (Colona javanica Bl.), kisampang (Evodia aromatica Bl.), nyatuh (Pouteria duclitan Bachni.) dan randu (Ceiba petandra Gaertn.), diuji ketahanannya terhadap jamur menggunakan standar DIN-52176 yang dimodifikasi. Contoh uji kayu diambil dari bagian tepi dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa huru gading masuk ke dalam kelompok kayu agak-tahan (kelas III), sedangkan kayu sampora, kisampang, nyatuh dan randu masuk ke dalam kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat kayu bagian dalam umumnya lebih rendah dibandingkan dengan kayu bagian tepi, namun keduanya masih masuk ke dalam kelompok kayu tidak tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada kayu kisampang bagian tepi yang diuji dengan Pycnoporus sanguineus HHB-324 (58,6%). Sedangkan kehilangan berat terendah terjadi pada kayu huru gading bagian dalam yang diuji dengan biakan Phanerochaete chrysosporium (0,5%). Kemampuan melapukkan kayu tertinggi terjadi pada P. sanguineus HHB-324, diikuti Tyromyces palustris.
Detail |
|
25 |
Bagan Pengeringan Dasar 12 Jenis Kayu dari Indonesia |
Efrida Basri |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Pengeringan kayu dalam kiln drying memerlukan bagan pengeringan yang berbasis sifat-sifat kayu, terutama sifat pengeringannya. Tujuan penelitian ini adalah menetapkan bagan pengeringan dasar 12 jenis kayu dari beberapa daerah di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Aceh dan Kalimantan Barat berdasarkan sifat pengeringannya. Penetapan bagan pengeringan diawali dengan menguji sifat pengeringan kayu menggunakan metode suhu tinggi (suhu 100oC).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap jenis kayu memiliki respons yang berbeda terhadap perlakuan suhu tinggi. Dari 12 jenis kayu yang diteliti, kayu bayur (Pterospermum elongatum) memiliki sifat pengeringan terbaik, sedangkan kayu mahang (Macaranga hypoleuca) dan menjalin (Xanthophyllum flavescens) yang terburuk. Berdasarkan sifat pengeringan tersebut, maka ke 12 jenis kayu yang diteliti diklasifikasikan ke dalam 8 kelompok bagan pengeringan.
Detail |
|
26 |
Kelas Awet 25 Jenis Kayu Andalan Setempat Jawa Barat dan Jawa Timur Terhadap Penggerek Kayu di Laut |
Mohammad Muslich & Ginuk Sumarni |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Dua puluh lima jenis kayu andalan setempat dari Jawa Barat dan Jawa Timur diuji sifat ketahanannya terhadap serangan penggerek di laut. Masing-masing jenis kayu dibuat contoh uji berukuran 2,5 cm x 5 cm x 30 cm, setiap jenis kayu diulang sepuluh kali, kemudian direnteng dengan tali plastic, dan dipasang di perairan Pulau Rambut selama 6 bulan pada kedalaman 1 m di bawah permukaan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua contoh uji mendapat serangan berat oleh Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clap., Dicyathifer manni Wright. dan Bankia cieba Clench.and Nausitora dryas Dall. dari famili Teredinidae. Satu dari 25 jenis kayu, yaitu Azadirachta indica A.Juss. tahan terhadap penggerek di laut. Jenis kayu tersebut termasuk katagori kelas awet II dan cocok untuk bangunan kelautan.
Detail |
|
27 |
Sifat Anatomi Empat Jenis Kayu Kurang Dikenal di Sumatera Utara |
Gunawan Pasaribu, Sahwalita & Bonifasius Sipayung |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2008 |
Tulisan ini menyajikan informasi karakteristik makroskopis dan mikroskopis empat jenis kayu kurang dikenal, yaitu salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook.f.), raru (Cotylelobium melanoxylon Pierre), mobe (Arthocarpus dadah Miq.), dan medang landit (Persea rimosa). Contoh kayu diambil dari Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Tengah, dan selanjutnya dibawa ke Laboratorium di Balai Litbang Sumatera untuk penelitian anatomis lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat jenis kayu yang diteliti memiliki karakteristik yang berbeda, pengaruh letak pada batang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
Detail |
|
28 |
Analisis Komponen Kimia Empat Jenis Kayu Asal Sumatera Utara |
Gunawan Pasaribu, Bonifasius Sipayung & Gustan Pari |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Tulisan ini menyajikan informasi ilmiah sifat kimia empat jenis kayu yaitu salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook.f.), raru (Cotylelobium melanoxylon Pierre), mobe (Arthocarpus dadah Miq.), dan medang landit (Persea rimosa). Analisis kimia yang dilakukan meliputi penetapan kadar holoselulosa, alfa selulosa, hemiselulosa, kadar lignin, kadar pentosan, kadar abu, kadar silika, kadar air, kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam air panas, kelarutan dalam NaOH 1% dan kelarutan dalam alkohol benzene. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2005 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. Kayu diambil dari Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar holoselulosa berkisar antara 66,61%-75,99%, hemiselulosa berkisar antara 29,26%-34,26%, alphaselulosa berkisar antara 37,35%-42,22%, lignin berkisar antara 22,26%-30,28%, pentosan berkisar antara 15,40%-17,41%, kadar abu kayu berkisar antara 0,91%-2,67% dan kadar silikat antara 0,29%-1,97%. Kemudian, kelarutan dalam air dingin, air panas dan alkohol benzene masing-masing berkisar antara 3,19%-5,80%, 6,74%-9,08% dan 1,76%-5.00%. Berdasarkan hasil analisis komponen kimia kayu terutama dari kadar holoselulosa, lignin dan pentosan, keempat jenis kayu yang diteliti cukup baik digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas.
Detail |
|
29 |
Daya Tahan Kayu Kelapa yang diimpregnasi dengan Resin Terhadap Dua Spesies Rayap Tanah |
Paimin Sukartana & Jamal Balfas |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Berdasarkan kerapatannya, papan kayu kelapa dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yang meliputi kerapatan tinggi, kerapatan sedang dan kerapatan rendah, yang masing-masing berasal dari batang bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam. Mutu ketiganya pun berbeda satu dengan yang lain. Papan kayu kelapa, terutama yang berkerapatan sedang dan rendah juga lebih rentan terhadap serangan organisme perusak.
Tiga jenis resin diimpregnasikan untuk meningkatkan daya tahan kayu tersebut terhadap serangan organisme perusak. Setelah dipaparkan dalam uji simulasi lapangan selama satu bulan, terlihat bahwa perlakuan dengan ketiga jenis resin tersebut berpengaruh nyata untuk menahan serangan dua jenis rayap tanah Coptotermes curvignathus dan Macrotermes gilvus meskipun tingkat efektivitasnya berbeda-beda. Perlakuan dengan Resin 3 adalah paling efektif, dan selanjutnya dengan Resin 2 dan Resin 1 secara berturut-turut kurang efektif.
Detail |
|
30 |
Isolasi Asam Sinamat dari Berbagai Kualitas Kemenyan Asal Sumatera Utara |
Totok K. Waluyo dan E. Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2007 |
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar dan kemurnian asam sinamat hasil isolasi berbagai kualitas kemenyan. Kemenyan di pasaran ada 6 kualitas yaitu kualitas I s/d kualitas VI, pembagian ini hanya berdasarkan besar kecilnya lempengan/bongkahan kemenyan. Untuk itu dicoba dilakukan isolasi asam sinamat dari berbagai kualitas kemenyan. Metode yang digunakan untuk isolasi asam sinamat dari kemenyan berdasarkan SII 2044-1987.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kemenyan mempengaruhi kadar asam sinamat hasil isolasi. Kemenyan kualitas I s/d IV mengandung kadar asam sinamat yang relatif tinggi yaitu berkisar 30,1% - 32,8%, sedangkan kemenyan kualitas V dan kualitas VI lebih rendah yaitu 28,4% dan 25,5%. Kemurnian asam sinamat hasil isolasi tidak dipengaruhi oleh kualitas kemenyan yaitu berkisar antara 92,8% s/d 95,7%.
Detail |
|