No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
31 |
Anatomi dan Kualitas Serat Enam Jenis Kayu Kurang Dikenal dari Cianjur Selatan, Jawa Barat |
Krisdianto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2007 |
Bahan baku alternatif yang digunakan oleh industri perkayuan nasional saat ini lebih banyak berasal dari hutan tanaman serta pemanfaatan jenis kayu kurang dikenal. Optimalisasi pemanfaatan kayu kelompok ini memerlukan informasi mengenai struktur anatomi dan kualitas serat dari setiap jenis yang digunakan. Dalam penelitian ini dilakukan determinasi karakteristik anatomi dan kualitas serat pada enam jenis kayu kurang dikenal yang telah digunakan oleh industri perkayuan setempat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna kayu yang diamati bervariasi dari coklat kemerahan pada kayu Huru mentek dan Manglid, sampai coklat pada kayu Mimba dan kuning pada kayu Huru kacang, Tunggeureuk dan Beleketebe. Perbedaan antara kayu teras dan gubalnya jelas terlihat, kecuali pada kayu Manglid. Lingkaran tumbuh jelas terlihat kecuali pada kayu Huru mentek tampak agak samar. Lingkaran tumbuh terbentuk oleh adanya parenkim pita pada kayu Tunggeureuk, Manglid, Beleketebe dan Mimba, sedangkan pada kayu Huru kacang, lingkaran tumbuh terlihat pada susunan pembuluh yang berukuran lebih kecil dan tersusun memanjang terkesan membentuk garis memanjang. Pembuluh seluruhnya tersebar membaur dan kecuali pada kayu tunggeureuk pembuluh bersusun dalam kelompok radial atau diagonal miring. Diameter tangensial pembuluh pada umumnya berukuran agak besar sampai sedang. Kualitas serat keenam jenis kayu dalam hubungannya sebagai bahan kertas termasuk dalam kelas sedang (II) sampai bagus (I).
Detail |
|
32 |
Pengaruh Variasi Berat Partikel Terhadap Sifat Papan Gipsum |
Gusti Syahrany Noor |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian kehutanan Banjarbaru |
2007 |
Penelitian papan gipsum yang dibuat dari partikel kayu meranti (Shorea sp) dengan variasi berat partikel 300 g, 400 g dan 500 g telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata kadar air papan gipsum 15,56 - 16,18 %, kerapatan 0,80 - 1,02 g/cm3 , pengembangan tebal 1,51 - 2,32 %, modulus patah 16,28 - 43,98 kg/cm2. Berat partikel tidak berpengaruh terhadap pengembangan tebal, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar air dan kerapatan dan berpengaruh sangat nyata terhadap modulus patah. Sifat pengembangan tebal papan memenuhi persyaratan standar Jerman sedangkan kerapatan dan modulus patah tidak memenuhi persyaratan tersebut.
Detail |
|
33 |
Sifat dan Kualitas Pengeringan Lima Jenis Kayu dari Kebun Raya Bogor |
Efrida Basri, Sri Rulliaty & Saefudin |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kualitas pengeringan lima jenis kayu koleksi Kebun Raya Bogor yang tumbang pada bulan Juni 2006 serta mengaitkannya dengan sifat fisis dan anatomis kayu tersebut. Kelima jenis kayu tersebut adalah bayur (Pterospermum celebicum Miq.), belangeran (Shorea belangeran (Korth.) Burck), kayu darah (Myristica celebica (Mill.) W.J.de Wilde), membacang (Mangifera altissima Blanco) dan ulin (Eusyderoxylon zwagery Teijsm & Binn). Pengujian sifat kayu meliputi sifat fisis dan anatomi kayu. Pengujian kualitas pengeringan dilakukan menggunakan metode pengeringan suhu tinggi (suhu 100° C).
Hasil penelitian menunjukkan kualitas pengeringan kayu ditentukan oleh sifat fisik dan anatomi kayu. Kayu yang mempunyai berat jenis tinggi memiliki tingkat penyusutan lebih besar dibandingkan dengan kayu yang mempunyai berat jenis rendah, sehingga mudah mengalami pecah dalam pada waktu dikeringkan. Sifat anatomi yang berperan pada waktu kayu dikeringkan antara lain arah serat, bentuk parenkim, bentuk dan lebar jari-jari, ukuran pori dan ada atau tidaknya tilosis atau endapan amorf dalam pembuluh. Dari kelima jenis kayu yang diteliti, kualitas pengeringan terbaik diperoleh pada kayu bayur dan membacang sedangkan kualitas pengeringan terburuk terdapat pada kayu ulin.
Detail |
|
34 |
Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Batang Kemenyan (Styrax spp.) Dari Sumatera Utara |
Ratih Damayanti, Y.I. Mandang dan/and Totok K. Waluyo |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2007 |
Penelitian ini mengamati ciri umum, sifat anatomi serta kualitas serat pada kedua jenis Styrax dari Sumatera Utara yaitu Styrax benzoin Dryand. dan Styrax paralleloneurum Perkins. Ciri utama dari S. benzoin Dryand. dan S. paralleloneurum Perkins. adalah sebagai berikut : lingkar tumbuh (agak) jelas, pori tata baur, bidang perforasi bentuk tangga sampai 10 palang; ceruk antar pembuluh selang-seling, sangat kecil; percerukan antara pembuluh dengan jari-jari berhalaman yang tegas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar pembuluh; ada endapan berwarna putih, tilosis umum ada pada S. benzoin; parenkim aksial apotrakea tersebar dan tersebar dalam kelompok; jari-jari dua ukuran, heteroseluler dengan 2 sampai > 4 jalur sel tegak; serat bersekat dan serat tanpa sekat dengan ceruk halaman yang jelas; kristal prismatik dijumpai dalam serat dan parenkim aksial berbilik serta pada sel tegak jari-jari S. paralleloneurum. Saluran interseluler traumatik dijumpai pada batang yang disadap. Hasil penelitian ini mendukung dan melengkapi hasil penelitian sebelumnya, terutama pada tingkat genus.
Kualitas serat S. benzoin dan S. paralleloneurum termasuk kelas I. Berdasarkan evaluasi kualitas serat sebagai bahan baku pulp dan kertas serta evaluasi untuk tujuan penggunaan lain, kedua jenis kemenyan dari Sumatera Utara tersebut sangat disarankan untuk dibudidayakan secara lebih intensif.
Detail |
|
35 |
Anatomi Kayu Pasak Bumi dan Beberapa Jenis Terkait |
Yance I. Mandang & Andianto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Tumbuhan obat dari hutan dapat tertukar secara tidak sengaja dengan jenis lain yang serupa tetapi kandungan bahan aktifnya tidak memadai atau bahan aktifnya sama sekali lain. Contohnya adalah pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack. - Simaroubaceae) yang juga dikenal dengan nama bidara laut. Nama bidara laut ini digunakan juga untuk jenis kayu lain dari suku Loganiaceae yaitu Strychnos ligustrinum Bl. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap karakteristik anatomi kayu Eurycoma longifolia dan perbedaannya dengan Strychnos ligustrinum. Selain itu dibandingkan juga ciri anatomi kayu Eurycoma longifolia dengan ciri anatomi kayu jenis kayu lain yang sesuku. Contoh kayu pasak bumi dikumpulkan dari Kuok, Riau, dan Muara Tebo, Jambi. Jenis lainnya diperoleh dari koleksi kayu autentik Puslitbang Hasil Hutan. Contoh kayu terlebih dahulu dibuat preparat sayat lalu diamati struktur anatominya. Dimensi pembuluh dan serat diamati dari preparat maserasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kayu Eurycoma longifolia dapat dikenali dan dibedakan dari Strychnos ligustrinum terutama berdasarkan diameter dan sebaran pembuluh serta dari kehadiran kulit tersisip. Kayu Strichnos ligustrinum mempunyai pembuluh berdiameter jauh lebih kecil dengan sebaran dendritik serta mengandung kulit tersisip di antara jaringan kayu. Ciri demikian tidak dimiliki kayu Eurycoma longifolia. Kayu Eurycoma longifolia dapat juga dibedakan dari jenis lain dari suku yang sama berdasarkan karaktersitik pembuluh, parenkim, jari-jari, serat, dan kehadiran silika dalam jari-jari kayu.
Detail |
|
36 |
Ketahanan Lima Jenis Kayu Terhadap Tigabelas Jamur Perusak Kayu |
Sihati Suprapti, Djarwanto dan Hudiansyah |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Ketahanan lima jenis kayu yang berasal dari Jawa Barat diuji terhadap 13 jamur perusak menggunakan standar DIN 52176 yang telah dimodifikasi. Contoh uji kayu dibagi dalam dua kelompok secara radial, yaitu bagian tepi dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu marasi (Hymenaea courbaril L.) termasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III), sedangkan kayu asam jawa (Tamarindus indica L.), balobo (Diplodiscus sp. (?), kundang (Ficus variegata Bl.) dan kendal (Ehretia accuminata R. Br.) termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Berdasarkan dua kelompok contoh uji, kehilangan berat kayu bagian dalam sebesar 10,4%, yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu bagian tepi dolok sebesar 12,4%. Kedua bagian dalam dan tepi dolok tersebut termasuk kelas ketahanan yang sama yaitu kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada kayu kundang bagian dalam yang diletakkan pada biakan jamur Pycnoporus sanguineus HHB-324 (40,5%). Sedangkan kehilangan berat terendah terjadi pada kayu kendal bagian dalam yang diletakkan pada biakan jamur Dacryopinax spathularia (1,1%). Berdasarkan kemampuan kelapukkan kayu, kemampuan tertinggi dijumpai pada Pycnoporus sanguineus HHB-324
Detail |
|
37 |
Sifat Fisis dan Mekanis Empat Jenis Kayu Andalan Asal Sumatera Utara |
Gunawan Pasaribu |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Tulisan ini menyajikan informasi ilmiah sifat fisis dan mekanis empat jenis kayu yaitu salagundi (Rhoudolia teysmanii), raru (Cotylelobium melanoxylon), mobe (Arthocarpus dadah), dan medang landit (Persea rimosa). Sifat-sifat kayu yang diukur adalah berat jenis, kadar air, penyusutan linear (arah longitudinal, radial,tangensial), penyusutan volume, modulus patah (MOR), modulus elastisitas (MOE), keteguhan tekan dan keteguhan tarik sejajar serat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2005 di Laboratorium Pengolahan dan Pemanfaatan Hasil Hutan, Balai Litbang Kehutanan Sumatera. Kayu diambil dari Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat jenis kayu berturut-turut : 0.44-0.54 (medang landit), 0.55-0.69 (mobe), 0.80-0.86 (salagundi) dan 1.02-1.09 (raru). Nilai berat jenis berbanding lurus dan berkorelasi positif dengan sifat lainnya terutama sifat mekanis seperti MOR dan MOE.
Detail |
|
38 |
Perbandingan Persentase Volume Teras Kayu Jati Cepat Tumbuh dan Konvensional Umur 7 Tahun Asal Penajam, Kalimantan Timur |
Krisdianto & Ginuk Sumarni |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2006 |
Kayu jati (Tectona grandis L.f.) telah dikenal sebagai bahan baku mebel dan konstruksi dengan kualitas tinggi. Jati cepat tumbuh atau dikenal dengan nama dagang ‘Jati super’, ‘Jati unggul’, Jati prima’ atau ‘Jati emas’ merupakan tanaman jati yang dikembangkan melalui kultur jaringan dan bertujuan menambah pasokan bahan baku kayu jati. Sedangkan kayu jati konvensional merupakan tanaman yang dikembangkan melalui perkecambahan biji. Informasi mengenai kualitas kayu jati cepat tumbuh belum diketahui. Salah satu parameter kualitas kayu jati dapat dilihat dari persentase kayu terasnya dalam batang. Penelitian ini bertujuan membandingkan persentase teras kayu jati super dan konvensional pada umur dan lokasi yang sama. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada umur 7 tahun, kayu teras telah terbentuk pada seluruh lempengan kayu jati super maupun konvensional dari bagian ujung, tengah dan pangkal. Persentase kayu teras jati super rata-rata 39,6%, lebih besar dari jati konvensional 20,3%. Berdasarkan persentase kayu terasnya kayu jati konvensional lebih baik dari jati super. Namun, parameter kualitas kayu yang lain juga harus diperhatikan seperti kualitas serat, kandungan bahan kimia dan keawetan alaminya. Berdasarkan SNI 01-5007.1-2003, batang kayu jati super dan konvensional pada umur 7 tahun dapat masuk dalam kriteria kayu bulat kecil (KBK, A.I.). Kata kunci: Jati, super, konvensional, persentase, teras.
Detail |
|
39 |
Penerapan Faktor-H untuk Menelaah Tingkat Delignifikasi dan Sifat Pulp Empat Jenis Kayu Hutan Tanaman Industri pada Proses Pengolahan Kimia Sulfa |
Han Roliadi dan Noor Rahmawati |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2006 |
Semakin terbatasnya sumber serat kayu di Indonesia dan anjuran mengurangi ketergantungannya dari hutan produksi alam untuk industri pulp dan kertas menyebabkan kekhawatiran serius. Satu usaha mengatasinya adalah pembangunan hutan tanaman industri (HTI) sebagai pemasok serat kayu. Perbedaaan jenis kayu HTI bisa mempengaruhi sifat pengolahan dan mutu hasil pulp/kertas tersebut. Percobaan pengolahan pulp sulfat/kraft secara individu terhadap empat jenis kayu HTI (sengon, gmelina, meranti kuning, dan kapur) dilakukan pada kondisi tetap pemasakan: alkali aktif 16 persen, sulfiditas 22,5 persen, dan perbandingan kayu dengan larutan pemasak 1:4. Sedangkan suhu maksium pemasakan bervariasi (170oC dan 175oC), masing-masing dipertahankan dalam 4 taraf waktu (0, 30, 60, dan 90 menit). Tingkat delignifikasi selama pemasakan hingga selesai ditelaah dengan faktor H, dan juga kaitannya dengan sifat pengolahan pulp dan sifat fisik/kekuatan pulp Tingkat delignifikasi tertinggi hingga terendah terjadi pada jenis kayu gmelina, sengon, meranti, hingga kapur. Tingkat delignifikasi lebih dipengaruhi oleh perbandingan banyaknya inti siringil dengan inti vanilin (S/V) dalam lignin (R2= 0.5972), dari pada oleh berat jenis kayu (R2= 0.5212). Tingkat tersebut berkorelasi negatif dengan rendemen pulp total dan persentase pulp reject, dan positif dengan rendemen pulp tersaring. Pulp dengan rendemen pulp tersaring tinggi dengan persentase rejectrendah berindikasi tingkat degradasi fraksi karbohidrat rendah dan tidak undercooked, dan ternyata menghasilkan lembaran pulp/kertas dengan sifat kekuatan tinggi; dan sebaliknya. Sifat fisik/kekuatan lembaran pulp dipengaruhi secara positif oleh perbandingan S/V dan secara negatif oleh berat jenis kayu
Detail |
|
40 |
Pengujian resisn berbasis lignin sebagai bahan pencegah serangan rayap kayu kering (cryptotermes cynocephalus light) |
Jasni dan Adi Santoso |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2006 |
Kayu karet dan tusam banyak digunakan sebagai bahan mebel. Kelemahan kedua kayu tersebut mudah diserang organisme perusak kayu. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan untuk meningkatkan keawetannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bahan pencegah serangan rayap kayu kering menggunakan resin lignin formaldehida. Dalam penelitian ini resin dibuat dari 3 jenis lignin yang dihidroksimetilasi kemudian dikondensasi dengan larutan NaOH 50% dan formaldehida 37%. Reaksi dilangsungkan pada suhu 70–80 0C selama 1 jam. Nisbah mol lignin: formalin = 1 : 2. Resin tersebut diaplikasikan pada kayu karet dan tusam, masing-masing mewakili kayu daun lebar dan kayu daun jarum yang selanjutnya diuji ketahanannya terhadap serangan rayap kayu kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resin berbasis lignin formaldehida yang dibuat dari ke-3 jenis lignin efektif dalam mencegah serangan rayap kayu kering pada kayu karet dan tusam dengan tingkat kematian rayap kayu kering antara 62,4 – 100,0% dan mampu meningkatkan kelas ketahanan kayu karet maupun tusam dari kelas IV (tanpa perlakuan) menjadi kelas II.
Detail |
|