No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
51 |
Kualitas Hasil Bambu Laminasi Asal Kabupaten Toraja,SulawesiSelatan |
Misdarti |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Makassar |
2006 |
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis bambu dan macam perekat poly vinyl acetate (PVAc) terhadap sifat fisis dan mekanis bambu laminasi. Jenis bambu yang digunakan adalah hitam dan parring. Sedangkan macam perekat PVAc yang digunakan adalah fox, tiger dan epoxy. Bambu laminasi dibuat dengan menggunakan bambu kering udara dengan ukuran 51 x 2.5 x 0.5 cm. Kemudian sampel bambu dilaburi perekat secara merata pada salah satu sisi dengan berat labur 200 gr/m2. Selanjutnya sampel bambu dari jenis yang sama direkat satu sama lain kemudian dikempa pada suhu ruangan dengan menggunakan klem selama 12 jam. Bambu lamina kemudian dikondisikan pada suhu ruangan selama 1 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan macam perekat berpengaruh tidak nyata terhadap sifat fisis dan mekanis bambu laminasi yang dibuat dari bilah bambu hitam dan bambu parring. Bambu laminasi dengan menggunakan lem epoxy cenderung memiliki nilai MOE dan keteguhan rekat yang lebih baik dibanding lem fox dan lem tiger. Efisiensi perekatan terbesar terjadi pada bambu laminasi parring dengan lem epoxy.
Detail |
|
52 |
Pengaruh Kadar Perekat Terhadap Sifat Papan Partikel Bambu |
I.M. Sulastiningsih, Novitasari dan Agus Turoso |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2006 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat terhadap sifat papan partikel bambu. Bambu yang digunakan adalah bambu betung (Dendrocalamus asper), sedangkan perekatnya adalah urea formaldehida (UF) cair. Bentuk partikel bambu yang digunakan adalah untai. Papan partikel bambu sekala laboratorium dibuat dengan target kerapatan 0,70 g/cm3 dengan kadar perekat bervariasi yaitu 8%, 9%, 10%, 11% dan 12% dari berat kering partikel bambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisis dan mekanis papan partikel bambu sangat dipengaruhi oleh kadar perekat yang digunakan. Semakin tinggi kadar perekat semakin baik sifat papan partikel bambu yang dihasilkan. Penggunaan kadar perekat minimum 11% dari berat kering partikel bambu menghasilkan papan partikel bambu yang cukup kuat dan stabil serta memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia.
Detail |
|
53 |
Sifat Pelengkungan Lima Jenis Kayu dengan Dua Macam Perlakuan Awal |
Achmad Supriadi and Osly Rachman |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2006 |
Industri kayu sekunder cukup banyak menggunakan komponen kayu dalam bentuk lengkung seperti industri mebel, alat-alat olah raga dan perahu. Komponen dalam bentuk lengkungan tersebut umumnya dibentuk dengan cara digergaji mengikuti pola lengkungan. Cara pembuatan komponen lengkung dengan menggunakan gergaji cenderung menghasilkan rendemen yang rendah. Cara lain yang lebih efisien adalah pelengkungan kayu secara fisis dan kimia. Dalam studi ini dilakukan determinasi karakteristik pelengkungan pada 5 jenis kayu, yaitu kayu Asam jawa (Tamarindus indica L.), Kendal (Eretia acuminata R.Br.) Balobo (Diplodiscus sp.), Marasi (Hymenaea sp.) dan Rasamala (Altingia excelsa N.) dengan dua macam perlakuan awal yaitu (1) pengukusan dan (2) perendaman dalam larutan NaOH 3% dilanjutkan dengan pengukusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu yang terlebih dahulu direndam dalam larutan NaOH 3% selama 7 hari kemudian dikukus, dapat dilengkungkan hingga radius 26 cm, sedangkan kayu yang diberi pengukusan hanya dapat dilengkungkan hingga radius 51 cm. Kayu asam jawa memiliki karakteristik pelengkungan yang lebih baik dibandingkan dengan kayu marasi, balobo, kendal dan rasamala.
Detail |
|
54 |
Pengaruh Lama Perendaman dan Bidang Permukaan Samping Contoh Uji Terhadap Retensi Tembaga Sulfat pada Kayu Pinus Radiata Kering Oven |
Karnita Yuniarti & Jeff Hann |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Penelitian bertujuan untuk menganalisa pengaruh lama perendaman dalam larutan pengawet tembaga sulfat dan bidang permukaan samping yang terekspos terhadap nilai retensi tembaga sulfat pada kayu Pinus radiata D.Donn yang dikeringkan dengan oven. Hasil penelitian menunjukkan nilai retensi tembaga sulfat dipengaruhi dengan sangat nyata oleh faktor waktu rendam dan bidang permukaan samping contoh uji yang terekspos selama proses rendaman. Nilai retensi tembaga sulfat tertinggi (91,10 kg/m3) dihasilkan melalui proses rendaman selama 1800 detik (30 menit) dengan bidang permukaan samping contoh uji yang terekspos adalah tangensial atas. Perendaman selama 10 detik dengan membiarkan permukaan samping radial contoh uji yang terekspos menghasilkan nilai retensi tembaga sulfat terendah (6,26 kg/m3)
Detail |
|
55 |
Keteguhan Lentur Statis Balok Lamina dari Tiga Jenis Kayu Limbah Pembalakan Hutan Tanaman |
Jamaludin Malik & Adi Santoso |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat keteguhan lentur dan patah (MOE dan MOR) balok lamina dari kayu limbah pembalakan hutan tanaman dengan menggunakan tiga jenis perekat yaitu lignin resorsinol formaldehida (LRF), tanin resorsinol formaldehida (TRF) dan phenol resorsinol formaldehida (PRF). Kayu lamina dibuat dari komposisi tiga jenis kayu yaitu tusam (Pinus merkusii), damar (Agathis sp.) dan gmelina (Gmelina arborea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kempa 8 jam menghasilkan nilai MOE lebih besar sedangkan masa kempa 12 jam meningkatkan MOR. Komposisi jenis terbaik dari kayu lamina berdasarkan nilai MOE dan MORnya adalah agatis-agatis-agatis pada masa kempa 8 jam. Ketiga jenis kayu limbah pembalakan memiliki sifat perekatan yang baik dan cocok dibuat produk kayu rekonstitusi khususnya kayu lamina tipe eksterior untuk keperluan struktural.
Detail |
|
56 |
Pengaruh Jenis Perekat dan Kombinasi Jenis Kayu Terhadap Keteguhan Rekat Kayu Lamina |
Adi Santoso & Jamaludin Malik |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan tiga jenis perekat, yaitu lignin resorsinol formaldehida (LRF), tanin resorsinol formaldehida (TRF) dan fenol resorsinol formalderhida (PRF) dengan lama pengempaan masing-masing 8 jam dan 15 jam terhadap keteguhan rekat kayu lamina dari kombinasi tiga jenis kayu, yaitu: tusam (Pinus merkusii), damar (Agathis sp.), dan gmelina (Gmelina arborea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis perekat, jenis kayu dan lama pengempaan berpengaruh terhadap keteguhan rekat kayu lamina. Keteguhan rekat tertinggi (110,88 kg/cm2) diperoleh dari kayu lamina yang dibuat dari kombinasi jenis kayu tusam, gmelina dan damar dengan perekat LRF yang dikempa selama 8 jam.
Detail |
|
57 |
Sifat Papan Serat Sembilan Jenis Kayu dari Irian Jaya |
Setyani B. Lestari, Nawawi, Suryadi |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2005 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat pengolahan dan sifat fisik mekanik papan serat sembilan jenis kayu yang berasal dari Irian Jaya. Penelitian pembuatan papan serat ini dilakukan untuk mengetahui kualitas kayu tersebut dihubungkan dengan kegunaannya dalam pengembangan industri pengolahan kayu terutama industri papan serat. Dengan demikian penggunaannya akan lebih optimal karena papan serat dapat digunakan sebagai bahan mebel, konstruksi, peti kemas dan bahan bangunan lainnya. Pembuatan pulp menggunakan proses semikimia terbuka dengan kondisi pengolahan , konsentrasi NaOH 35 g/l, perbandingan serpih dan larutan pemasak 1 : 8 dan suhu pemasakan 100 0C selama 2 jam. Setelah pemasakan, pulp dicampur dengan bahan penolong urea formaldehida 10% dan tawas 5% w/w. Metode yang dipakai dalam pembentukan lembaran papan serat adalah pembentukan lembaran basah menggunakan “deckle box”. Selanjutnya dikempa dingin dengan tekanan 10 kg/ cm2 selama 5 menit.dan dilanjutkan dengan kempa panas bertekanan 25 kg/cm2 pada suhu 170 0 C selama 10 menit. Pengamatan terhadap hasil pengolahan dan sifat fisismekanis lembaran papan serat dibandingkan dengan standar FAO ( 1958 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen memenuhi standar dan konsumsi alkali termasuk kelas rendah sampai sedang. Sifat fisismekanis papan serat sembilan jenis kayu yang memenuhi standar FAO ialah kerapatan dan keteguhan patah 8 jenis kayu, kecuali Trichandenia Philippinensis Merr. keteguhan lentur Timelodendrom amboinicum Hassk, Gmelina moluccana (BL) Beaker, Celtis rigescens (Miq) Planch, dan keteguhan tarik sejajar permukaan Timelodendrom amboinicum Hassk. Sedangkan daya serap air dan pengembangan tebal tidak memenuhi standar FAO .
Detail |
|
58 |
Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Sama-Sama (Pouteria Firma) |
Mody Lempang, M. Asdar dan Hajar |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2005 |
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi sifat fisik dan mekanik kayu sama-sama (Pouteria firma). Sifat fisik dan mekanik kayu sampel yang diidentifikasi terdiri dari kadar air, berat jenis, penyusutan, keteguhan lentur, keteguhan tekan, keteguhan geser, dan keteguhan pukul. Kayu contoh uji diambil dari hutan produksi alam di Kalukku kabupaten Mamuju, propinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Desember 2003 di Makassar. Pengujian sifat fisik dan mekanik kayu dilaksanakan mengikuti Santar Industri Jepang (JIS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu sama-sama mengandung kadar air basah rata-rata 113,844 %,, berat jenis kering udara 0,602 dan penyusutan tangensial dari basah ke kering udara 4,625 %. Kayu sama-sama memiliki keteguhan lentur mutlak ratarata 551,985 kg/cm2, keteguhan tarik sejajar serat 408,849, keteguhan tekan sejajar serat 230,132 kg/cm2, keteguhan tekan tegak lurus serat 127,113 kg/cm2, keteguhan geser sejajar serat 64,394 kg/cm2 dan keteguhan pukul 7,670 kg/cm2 . Kayu sama-sama dapat digolongkan kedalam kayu kelas kuat IV sampai III dan berdasarkan sifat fisik dan mekaniknya, kayu tersebut cocok digunakan untuk bahan bangunan, moulding,, vinir dan pallet.
Detail |
|
59 |
Pengaruh Tingkat Penekanan dan Posisi Pengambilan Sampel pada Dolok Terhadap Penyerapan Rubinate oleh Sitka Spruce yang Dipanaskan Dahulu dengan Mikrowave |
Karnita Yuniarti1 & Jeff Hann2 |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Penggunaan energi mikrowave pada tingkat cukup tinggi dapat menyebabkan perubahan dimensi kayu akibat patahnya beberapa struktur kayu yang lemah. Modifikasi lebih lanjut dengan resin diikuti penekanan kayu selama proses fiksasi resin dapat memperbaiki kualitas kayu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penekanan selama proses fiksasi resin rubinate dan faktor posisi pengambilan sampel kayu terhadap penyerapan rubinate oleh Sitka spruce yang sebelumnya dipanaskan dengan mikrowave. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan akhir dipengaruhi oleh tingkat penekanan yang digunakan selama proses fiksasi resin dan kurang dipengaruhi oleh faktor posisi pengambilan sampel kayu. Penyerapan akhir rubinate juga dipengaruhi oleh interaksi antara kedua faktor tersebut
Detail |
|
60 |
Anatomi dan Kualitas Serat Tujuh Jenis Kayu Kurang Dikenal dari Jawa Barat |
Krisdianto |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2005 |
Salah satu alternatif sumber bahan baku kayu untuk industri perkayuan nasional adalah memanfaatkan kayu dari hutan tanaman dan menggunakan kayu dari jenis yang kurang dikenal. Dalam pemanfaatan kayu kurang dikenal diperlukan informasi struktur anatomi dan kualitas seratnya untuk keperluan pengenalan jenis dan pemanfaatannya sebagai pulp dan kertas. Untuk keperluan identifikasi, ciri utama dari ketujuh jenis tersebut adalah:
- Kayu Hymenaea courbaril keras, berwarna agak kemerahan dengan corak bergaris-garis, memiliki susunan parenkim bersayap dan lingkaran tumbuh yang dibentuk oleh parenkim pita konsentris.
- Kayu Tamarindus indica keras, berwarna kuning keputihan. Parenkim bersayap dan lingkaran tumbuh dibentuk oleh parenkim pita konsentris dan adanya lapisan yang tidak berpembuluh.
- Kayu Ehretia accuminata agak lunak dengan warna coklat pucat dengan pembuluh membentuk susunan pori tata lingkar.
- Kayu Litsea odorifera agak lunak dengan warna coklat kekuningan, dengan bau yang khas. Parenkimnya selubung sebagian dan parenkim pita konsentris. Terdapat sel minyak.
- Kayu Colona javanica keras dengan warna coklat agak kemerahan. Jari-jarinya memiliki 2 macam ukuran, parenkim berkelompok membentuk garis-garis pendek antar jari-jari.
- Kayu Melicope lunu-ankenda keras, berwarna kuning pucat. Parenkim paratrakea bentuk sayap yang bergabung membentuk garis konsentris yang tidak terputus, seperti berlapis-lapis diluar lingkaran tumbuh.
- Kayu Pouteria duclitan keras, berwarna putih kekuningan. Parenkim tersusun bentuk jala dan pembuluhnya ganda radial 2 – 6 (9) sel.
Kualitas serat dari ketujuh jenis kayu yang dipelajari termasuk dalam kelas kualitas II dan III untuk produk pulp dan kertas. Kayu marasi, kendal, huru gading dan sampora termasuk dalam kelas kualitas II, sedangkan kayu asam jawa, ki sampang dan nyatu termasuk dalam kelas kualitas III.
Detail |
|