No |
Judul |
Penulis |
Peneliti |
Unit Kerja |
Tahun |
Abstrak |
Dokumen |
21 |
Teknik Ekstraksi Tradisional dan Analisis Sifat-Sifat Jernang Asal Jambi |
Totok K. Waluyo |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2008 |
Jernang adalah resin yang merupakan hasil sekresi buah rotan jernang (Daemonorops draco BL.). Resin tersebut menempel dan menutupi bagian luar buah rotan, di mana untuk mendapatkannya diperlukan proses ekstraksi. Kegunaan jernang adalah sebagai bahan pewarna vernis, keramik, marmer, alat dari batu, kayu, rotan, bambu, kertas, cat dan sebagainya. Selain itu juga digunakan sebagai bahan obat-obatan seperti obat diare, disentri, obat luka, serbuk untuk gigi, asma, sipilis, berkhasiat aphrodisiac (meningkatkan libido) serta banyak kegunaan lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui teknik ekstraksi buah rotan jernang yang dilakukan oleh suku Anak Dalam dan suku Melayu Jambi mencakup rendemen dan sifat fisiko-kimia jernang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik ekstraksi jernang yang dilakukan oleh suku Anak Dalam (SAD) dan suku Melayu Jambi (SMJ) adalah ekstraksi kering dengan rendemen jernang hasil ekstraksi 7,42 + 0,99 % (SAD) dan 6,41 + 0,44% (SMJ). Sifat-sifat jernang hasil ekstraksi SMJ lebih baik dibanding SAD. Jernang SMJ mempunyai kadar air 3,2%, kadar kotoran 5,2%, kadar abu 0,7% dan titik leleh 800C, sedangkan jernang SAD menunjukkan kadar air 4,4%, kadar kotoran 16,0%, kadar abu 2,8% dan titik leleh 1050C
Detail |
|
22 |
Pengaruh Kondisi Biji, Suhu dan Lama Pengempaan Terhadap Rendemen dan Sifat Kimia Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) |
Santiyo Wibowo |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2007 |
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perlakuan biji, suhu dan lama pengempaan terhadap rendemen dan sifat kimia minyak jarak pagar asal Sumatera Utara yang memberikan hasil optimum. Perlakuan penelitian adalah biji dipanaskan dan tidak dipanaskan (A), suhu pengempaan 60oC dan 80oC (B) dan lama pengempaan 15 dan 30 menit (C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji jarak pagar menghasilkan rendemen antara 41,5% - 48,7%, bilangan asam 2,30 - 3,37 mg KOH/g minyak, bilangan penyabunan 179.55 – 185.75 mg KOH/g minyak dan bilangan iod 82,54 – 87,05 g iod/100 g minyak. Kombinasi perlakuan terbaik untuk mendapatkan minyak jarak pagar adalah perlakuan biji yang tidak dipanaskan, suhu pengempaan 60oC dan lama pengempaan 15 menit.
Detail |
|
23 |
Sifat Arang Aktif dari Tempurung Kemiri |
Djeni Hendra & Saptadi Darmawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Kemiri merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) potensial dengan beragam kegunaan, diantaranya yang belum banyak disentuh adalah pemanfaatan tempurung kemiri. Pada umumnya masyarakat menjadikan tempurung kemiri sebagai limbah dan hanya sebagian kecil saja yang memanfaatkannya sebagai pengeras jalan dan lantai rumah. Tempurung kemiri sebenarnya mempunyai prospek sebagai bahan baku pada pembuatan arang aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat dan kualitas arang aktif dari tempurung kemiri.
Tempurung kemiri dibuat arang menggunakan tungku dari drum bekas pakai kapasitas 200 liter yang dimodifikasi, kemudian arang yang dihasilkan direndam dalam larutan H3PO4 pada konsentrasi 2,5%, 5,0% dan 7,5% selama 24 jam. Selanjutnya dipanaskan dalam retort pada suhu 750 0C dan 800 0C. Apabila suhu telah dicapai maka dialirkan uap air panas selama 60 dan 90 menit pada tekanan 4 bar dengan laju alir 1,5 –2,5 ml/menit yang sebelumnya melewati ruang pemanas pada suhu 400 0C.
Arang yang direndam dengan menggunakan larutan H3PO4 2,5%, 5% dan 7,5%, pada suhu 750 0C dan 800 0C yang dialiri uap air panas selama 90 menit telah menghasilkan daya serap terhadap yodium di atas 750 mg/g (SNI), kecuali pada suhu 750 0C yang direndam dalam larutan H3PO4 7,5%. Kondisi optimum pembuatan arang aktif dihasilkan pada suhu 750 0C, direndam dalam larutan H3PO4 2,5% dengan waktu aktivasi selama 90 menit.
Detail |
|
24 |
Optimasi Proses Esterifikasi pada Pembuatan Biodiesel dari Biji Jarak Pagar |
R. Sudradjat, Y. Widyawati & D. Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi optimal dalam pengolahan bij jarak pagar menjadi biodiesel. Metoda penelitian yang digunakan adalah: 1) Pengaruh pemanasan pada perlakuan pendahuluan terhadap peningkatan bilangan asam dan rendeman minyak jarak; 2) Pengaruh waktu penyimpanan terhadap peningkatan bilangan asam; 3) Pengaruh antioksidan dalam menekan peningkatan bilangan asam; 4) Pengaruh degumming terhadap penurunan bilangan asam, kekentalan dan kerapatan biodiesel; 5) Pengaruh konsentrasi katalis padat terhadap penurunan bilangan asam; 6) Pengaruh persentase metanol dalam penurunan bilangan asam; 7) Analisa optimasi kondisi proses; dan 8) Analisa sifat fisika kimia minyak jarak pagar hasil proses esterifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Biji jarak sebelum dipres perlu dikukus dahulu;2) Selama penyimpanan minyak jarak meningkat keasamannya yaitu sebesar 0,1 digit/hari; 3) Antioksidan yang paling efektif adalah BHT pada konsentrasi 0,03%; 4) Proses degumming menurunkan bilangan asam, kekentalan dan kerapatan; 5) Konsentrasi zeolit yang optimum adalah pada konsentrasi 3%; 6) Persentase methanol optimum pada proses esterifikasi adalah 10%; 7) Hasil analisa optimasi kondisi proses menunjukkan kondisi optimum proses esterifikasi terjadi pada konsentrasi zeolit 3,1%, waktu reaksi 121 menit dan konsentrasi metanol 11,34%, yang menghasilkan bilangan asam 3,42 mg KOH/g; dan 8) Hasil analisa sifat fisika kimia menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam pengolahannya menjadi biodiesel, karena tingginya bilangan asam.
Detail |
|
25 |
Pembuatan Briket Arang dari Campuran Kayu, Bambu, Sabut Kelapa dan Tempurung Kelapa sebagai Sumber Energi Alternatif |
Djeni Hendra |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Dalam tulisan ini dikemukakan hasil penelitian pembuatan briket arang dari campuran kayu, bambu, sabut kelapa dan tempurung kelapa. Proses pengarangan dilakukan dengan menggunakan tungku drum hasil modifikasi. Arang yang diperoleh kemudian digiling sampai berbentuk serbuk kemudian disaring menggunakan saringan 30 - 40 mesh. Arang yang lolos saringan selanjutnya dicampur dengan perekat tapioka kadar 5%. Bahan baku dikempa menggunakan sistem hidrolik manual pada tekanan 30 ton sampai menjadi briket arang, selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu 80 oC selama 24 jam.
Briket arang yang dihasilkan pada umumnya dapat menghasilkan sifat fisis dan kimia yang lebih baik jika dibandingkan dengan kualitas bahan bakunya. Kadar air berkisar antara 2,59 - 9,31%, kadar abu 1,75 - 10,47%, kadar zat menguap 13,45 - 19,89%, kadar karbon terikat 67,17 - 75,75%, kerapatan 0,32 - 0,71 g/cm2 , keteguhan tekan 6,57 - 18,19 kg/cm3, dan nilai kalor bakar berkisar antara 5.953 – 6.906 ka/g.
Detail |
|
26 |
Fermentasi Nira Lontar untuk Produk Nata |
Mody Lempang |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Balai Penelitian Kehutanan Makassar |
2007 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati rendemen dan kandungan nutrisi nata yang diproduksi melalui proses fermentasi nira lontar, dimana nira tersebut dapat disadap dari bagian tandan bunga pohon lontar (Borassus flabellifer Linn.). Nata adalah sejenis makanan ringan yang menyerupai jeli yang biasanya diproduksi melalui proses fermentasi nira dari pohon tertentu atau bahan cair lainnya yang mengandung gula. Di dalam fermentasi ini, starter dengan 3 variasi umur, yaitu umur 4 hari, 6 hari dan 8 hari, yang kemudian dicampur dengan cairan nira lontar dalam 3 perbandingan volume, yaitu 200 ml : 800 ml, 400 ml : 600 ml, and 600 ml : 400 ml.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen nata dari nira lontar berkisar antara 30,27% sampai 43,79% atau rata-rata 34,31 %. Baik umur sarter maupun perbandingan volume starter dengan larutan nira berpengaruh nyata terhadap rendemen nata lontar, akan tetapi interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen nata lontar. Penggunaan campuran starter berumur 8 hari sebanyak 600 ml dengan 400 ml larutan nira lontar menghasilkan rendemen nata tertinggi (rata-rata 43,79%). Komposisi dan kadar nutrisi (protein, vitamin, serat kasar, lemak, calsium dan pospor) pada nata dari nira lontar berbeda dengan nata de coco dari air kelapa dan nata pinnata dari nira aren.
Detail |
|
27 |
Pembuatan Biodiesel dari Biji Nyamplung |
R. Sudradjat, Sahirman & D. Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan |
2007 |
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biodiesel dengan bahan baku minyak nyamplung (Callophyllum inophyllum Linn) yang kualitasnya sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI). Biji nyamplung umumnya berkualitas rendah karena kadar asam lemak bebasnya (FFA) tinggi, yaitu mencapai 29%. Pada proses transesterifikasi FFA akan diubah menjadi sabun/gel yang bisa mengurangi rendemen biodiesel sampai 30%. Oleh karena itu, salah satu tahapan penting dalam penelitian ini adalah menurunkan kadar FFA dari minyak nyamplung sampai sekitar 2% agar proses transesterifikasi dapat berlangsung dengan baik.
Penelitian ini meliputi perlakuan pendahuluan dengan proses degumming, proses esterifikasi dan proses transesterifikasi. Optimasi proses esterifikasi dilakukan dengan mencari kondisi optimum penggunaan rasio mol metanol-FFA, persen asam klorida sebagai katalis dan suhu esterifikasi. Suhu esterifikasi yang digunakan adalah 40, 50, 60 dan 800C, rasio mol metanol yang digunakan adalah 0 : 1 – 50 : 1 yang terbagi menjadi 11 taraf percobaan dan konsentrasi katalis HCl teknis yang digunakan adalah 0 - 18% yang terbagai menjadi 7 taraf percobaan. Optimasi proses esterifikasi dilakukan dengan menggunakan metode permukaan respon (Montgomery, 1991 dan Box, 1978) .
Hasil penelitian menunjukkan proses esterifikasi minyak nyamplung yang optimum diperoleh pada suhu suhu 60oC, asam klorida 6% dan rasio mol metanol-FFA 20 : 1, lama reaksi 1 jam dengan kecepatan pengadukan 400 rpm. Pada kondisi tersebut dapat menurunkan kandungan asam lemak bebas dari 28,7% menjadi 4,7%. Biodiesel yang dihasilkan mempunyai kualitas yang belum stabil dengan bilangan asam berkisar antara 0,6172 - 1,8403 mg KOH/gram dan viskositas pada suhu 40oC adalah 8,1 – 8,4 cp (8,67 - 8,99 cSt). Komposisi metil ester biodiesel tersebut adalah metil palmitat 17,29%, metil stearat 23,55%, metil oleat 36,67% dan metil linoleat 22,49%.
Optimasi dengan metode respon permukaan mengahasilkan model persamaan reaksi = Kadar FFA akhir esterifikasi (Y) = 14,6349 - 0,36339R - 0,309218K - 0,195846T + 0,00847999R2 + 0,0279677K2 + 0,00194431T2 - 0,00352917RK - 6,19167E-04RT + 0,00224167KS.
Detail |
|
28 |
Pengaruh Konsentrasi Bahan Kimia Maleat Anhidrida Terhadap Gondoruken Maleat dari Getah Pinus Merkusii |
Bambang Wiyono |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam maleat terhadap rendemen dan kualitas gondorukem maleat yang diolah lansung dari getah pinus. Dalam pengolahan getah pinus ditambah larutan asam maleat, minyak terpentin dan air secukupnya. Setelah itu disuling selama 5 jam, di mana untuk mencapai suhu 175oC diperkirakan memerlukan waktu 2 jam, lalu dijaga pada suhu tersebut selama 3 jam. Persentase asam maleat yang digunakan terdiri dari 0, 4, 6, 8, 10 dan 12%. Gondorukem maleat yang dihasilkan selanjutnya diuji rendemen dan sifat fisiko-kimianya. Data yang diperoleh dianalisis dengan prosedur GLM paket komputer. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan persentase asam maleat pada pengolahan getah pinus meningkatkan rendemen, titik lunak, bilangan asam dan bilangan penyabunan, serta cenderung meningkatkan kadar kotoran gondorukem maleat yang dihasilkan. Gondorukem maleat yang dihasilkan mempunyai kualitas WW dan kualitas ini lebih baik dibandingkan dengan gondorukem maleat produksi Cina dan Amerika. Pengolahan getah pinus dengan penambahan asam maleat 6% menghasilkan gondorukem maleat yang memenuhi persyaratan kualitas titik lunak gondorukem maleat dari Cina mau pun Amerika, sedangkan penambahan asam maleat 12% menghasilkan gondorukem maleat yang setara dengan kualitas pertama gondorukem maleat Amerika. Berdasarkan nilai bilangan asam dan bilangan penyabunan, gondorukem maleat yang dihasilkan dari penelitian ini sudah memenuhi persyaratan kualitas kedua dari gondorukem maleat produksi Cina.
Detail |
|
29 |
Pengolahan Minyak Jarak Pagar menjadi Epoksi sebagai Bahan Baku Minyak Pelumas |
R. Sudradjat, R. Ariatmi & D. Setiawan |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Kandungan minyak dalam jarak pagar (Jatropha curcas L.) cukup tinggi, tetapi di dalamnya terkandung racun, sehingga tidak dapat digunakan sebagai minyak makan. Di dalam minyak jarak pagar terkandung ikatan rangkap yang mengakibatkan minyak menjadi tidak stabil sehingga kurang sesuai untuk dibuat biodiesel. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mencari alternatif penggunaan lain dari minyak tersebut yang lebih sesuai dengan karakteristik sifatnya. Salah satu alternatif produk yang akan diteliti adalah untuk pembuatan epoksi yaitu bahan baku untuk pembuatan pelumas dasar (pelumas mesin otomotif). Selama ini minyak pelumas dasar banyak dibuat menggunakan minyak bumi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik minyak jarak pagar dihubungkan dengan penggunaannya sebagai minyak pelumas serta untuk mendapatkan kondisi optimum pada proses pembuatan minyak epoksi sebagai produk antara pada pembuatan minyak pelumas dari minyak jarak pagar. Metode penelitian yang dilakukan adalah: 1). Ekstraksi minyak jarak pagar untuk mengetahui rendemen minyak jarak pagar asal Kebumen, NTB dan Lampung; 2). Penelitian karakteristik minyak jarak pagar. Penelitian ini meliputi sifat fisika dan kimia yaitu: indeks viskositas, flash point, pour point, bilangan asam, bilangan penyabunan dan bilangan iod; 3). Reaksi epoksidasi minyak jarak yaitu dengan variabel kondisi proses: a). Suhu: 700C dan b). Waktu : 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0; 4,5; 5,0 dan 5,5 jam, Konsentrasi katalis H2SO4 1% (v/v), Perbandingan konsentrasi hidrogen peroksida dengan asam asetat adalah 1 : 0,07 ; 1 : 0,15 ; 1 : 0,22 dan 1 : 0,30. Parameter yang diteliti yaitu bilangan oksiran.
Hasil penelitian menunjukkan :
- Sifat fisik dan kimia minyak jarak pagar, memenuhi persyaratan sebagai pelumas dasar kecuali pada persyaratan bilangan penyabunan dan pour point.
- Hasil analisa pengujian FTIR dan GC menunjukkan perbaikan sifat fisik dan kimia minyak jarak pagar. Beberapa contoh modifikasi yang dapat dilakukan adalah interesterifikasi dengan minyak nabati lain, blending dengan ester sintestis lain, mengurangi ketidakjenuhan sehingga minyak menjadi lebih stabil.
- Perbedaan penambahan konsentrasi asam asetat dengan hidrogen peroksida berpengaruh terhadap bilangan oksiran pada senyawa epoksi yang dihasilkan.
- Kondisi terbaik dicapai pada 3 jam operasi dengan suhu 600C dan perbandingan konsentrasi hidrogen peroksida dengan asam asetat 1 : 0,07 mol dengan besarnya bilangan oksiran 4,26.
- Masih diperlukan penelitian lanjutan khususnya mengenai teknologi pengolahan epoksi menjadi minyak pelumas (poliol).
Detail |
|
30 |
Sifat Fisik Kimia Minyak Kilemo (Litsea Cubeba) asal Kuningan, Jawa Barat |
Zulnely, Umi Kulsum & Ahmad Junaedi |
- Nama :
- Bidang Keahlian :
- Unit Kerja :
- Email :
|
|
2007 |
Hutan di Indonesia kaya dengan jenis tumbuhan penghasil minyak atsiri, salah satunya adalah tumbuhan kilemo (Litsea cubeba). Hampir semua bagian tumbuhan kilemo bisa menghasilkan minyak atsiri. Pada penelitian ini dilakukan penyulingan terhadap bagian daun dan kulit batang tumbuhan kilemo yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Penyulingan dilakukan dengan metode kukus dan rebus, serta waktu penyulingan 6 dan 8 jam. Hasil penyulingan menunjukkan bahwa rendemen minyak tertinggi dihasilkan dari penyulingan daun yang disuling dengan metode kukus selama 8 jam. Rendemen minyak dari daun secara visual lebih tinggi bila dibandingkan dengan rendemen minyak dari kulit batang. Dari analisis minyak diperoleh sifat berat jenis, putaran optik, bilangan asam, bilangan ester dan komponen kimia secara visual berbeda antara minyak dari daun dan minyak dari kulit batang. Sedangkan indeks bias dan kelarutan dalam alkohol kedua minyak dari daun maupun dari kulit batang memiliki sifat yang sama
Detail |
|